2.5 Keseimbangan Sedimen Pantai
Analisis keseimbangan sedimen pantai digunakan untuk mengevaluasi sedimen yang masuk dan yang keluar dari suatu pantai. Analisis keseimbangan
sedimen pantai berdasarkan pada hukum kontinuitas atau kekekalan masa sedimen. Melalui analisis ini dapat diperkirakan daerah pantai yang mengalami
perubahan. Pendekatan yang dilakukan mengevaluasi besar sedimen yang masuk dan yang keluar, kemudian membandingkannya untuk mengetahui apakah suatu
ruas sel pantai yang ditinjau mengalami erosi atau akresi sedimentasi. Pada analisis keseimbangan sedimen pantai, daerah pantai dibagi menjadi
sejumlah ruas sel. Keseimbangan sedimen pantai adalah banyaknya sedimen yang masuk dikurangi dengan yang keluar. Apabila nilai keseimbangannya nol
maka pantai dalam kondisi stabil, jika nilainya posistif pantai mengalami akresi dan sebaliknya untuk nilai keseimbangan negatif pantai mengalami erosi.
Hasil evaluasi keseimbangan sedimen di masing-masing sel memberikan informasi kondisi daerah sepanjang pantai. Analisis keseimbangan sedimen pantai
dapat dilakukan dengan pengamatan terhadap laju erosi atau akresi selama beberapa waktu tahun. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui keseimbangan
sedimen pantai dan dapat diperkirakan kondisi pantai di masa mendatang Triatmodjo, 1999.
2.6 Model Perubahan Garis Pantai
Pemodelan adalah proses menjabarkan fenomena kompleks yang terjadi di alam dan menerjemahkannya menjadi sebuah model pada komputer untuk dapat
dipahami kedinamisannya pada dunia nyata Bossel 1994 dalam Lakhan 2005. Menurut Bekey 1977 dalam Lakhan 2005, model komputer mewakili
kesatuan hubungan antara persamaan matematika, aturan logika, dan program komputer. Penggunaan model untuk mensimulasikan kedinamisan sistem pantai
memerlukan sejumlah asumsi yang diambil dari hubungan logika atau matematika untuk dibangun dan diformulasikan menjadi model.
Perubahan garis pantai pada dasarnya meliputi proses abrasi dan akresi sedimentasi yang dapat terjadi secara alami karena faktor alam. Akresi dan
abrasi yang terjadi disertai dengan maju dan mundurnya garis pantai. Perubahan garis pantai tersebut dapat diprediksi dengan membuat model matematik yang
didasarkan pada keseimbangan sedimen pantai yang ditinjau. Akibat pengaruh transpor sedimen sepanjang pantai, sedimen dapat terangkut sampai jauh dan
menyebabkan perubahan garis pantai. Proses pengembalian garis pantai pada kondisi semula memerlukan waktu cukup lama. Bahkan apabila gelombang dari
satu arah lebih dominan daripada gelombang dari arah yang lain, sulit untuk mengembalikan garis pantai pada posisi semula. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa transpor sedimen sepanjang pantai merupakan penyebab utama terjadinya perubahan garis pantai Triatmodjo, 1999.
Berdasarkan alasan tersebut maka dalam model perubahan garis pantai ini hanya memperhitungkan transpor sedimen sepanjang pantai. Transpor sedimen lain yang
diberikan dalam keseimbangan sedimen pantai tidak diperhitungkan dalam pemodelan perubahan garis pantai ini.
Pendekatan umum untuk membangun model komputer perubahan garis pantai hampir serupa dengan model komputer aliran air. Persamaan kontinuitas
untuk air digantikan dengan hubungan kontinuitas untuk pasirsedimen sehingga menjaga arah volume atau massa pasir total dan memastikan bahwa tidak ada
penambahan atau pengurangan yang luar biasa Komar, 1983a. Pada model, pantai dibagi menjadi sejumlah sel ruas. Pada tiap sel ditinjau angkutan sedimen
yang masuk dan keluar. Sesuai dengan hukum kekekalan massa, jumlah laju aliran massa netto di dalam sel adalah sama dengan laju perubahan massa di dalam sel
tiap satuan waktu Triatmodjo, 1999. Triwahyuni et al. 2010 telah meemodelkan pantai timur Tarakan,
Kalimantan Timur. Model tersebut menggunakan bahasa program Matlab yang dimodifikasi dari bahasa program Fortran oleh Komar 1983a. Perubahan garis
pantai ditimbulkan oleh gelombang pecah yang dibangkitkan oleh angin selama 10 tahun 1991-2001. Hasil simulasi model memberikan gambaran perubahan
garis pantai yang mengikuti pola garis pantai hasil citra. Selain itu, Triwahyuni et al.
2010, juga memperoleh hasil model dan hasil citra tidak sama pada daerah yang terdapat sungai dan intervensi manusia. Hal tersebut terjadi karena faktor
masukan sedimen dari sungai dan intervensi manusia tidak diperhitungkan dalam model. Dewi 2011 telah membuat model transformasi gelombang dari laut
dalam menuju ke pantai serta perubahan garis pantai di pantai Teritip hingga Ambarawang. Bentuk garis pantai model cenderung mengikuti bentuk garis pantai
awal garis pantai citra Landsat tahun 2000. Perbandingan hasil model dengan hasil citra Landsat tahun 2007 memperlihatkan bentuk garis pantai yang mirip.
Meskipun terdapat juga perbedaan terutama pada garis pantai berbentuk tonjolan, dimana akibat adanya tonjolan maka model memprediksi terjadinya abrasi.
Sementara hasil citra memperlihatkan garis pantai yang hampir tidak berubah. Hal ini diperkirakan akibat adanya mangrove di lokasi tersebut yang menghalangi
proses abrasi, akan tetapi pengaruh tersebut tidak dipertimbangkan dalam model.
2.7 Citra Landsat 4 Thematic Mapper TM dan 7 Enhanced Thematic