Gambar 7. Kurva pF Media Tanam Doorenbos dan Pruitt 1977 mengemukakan bahwa kedalaman perakaran
tanaman melon berkisar antara 45 – 90 cm dan factor p fraction ov available soil
water sebesar 0.5. Dengan demikian nilai kedalaman perakaran sebesar 0.45 m, maka besarnya RAW Ready Available Water sebesar 175.5 mm. artinya air akan
dipertahankan dari air tersedia untuk kedalaman perakaran 45 cm adalah 175.5 mm atau 17.55 cm. Pemberian air melalui irigasi cincin bertujuan untuk
mengembalikan kadar air tanah sampai kapasitas lapang 21.1 volume akibat adanya evpotranspirasi.
Hasil pengujian media tanam dengan campuran tanah, arang sekam dan kompos memiliki porositas sebesar 73 dengan nilai permeabilitas 62.14 cmjam
atau setara 1.04 cmmenit. Berdasarkan nilai permeabilitas media tanam tersebut termasuk kategori mudah meloloskan air. Makin baik kontinuitas dan stabilitas
pori, dan makin banyak pori dengan ukuran besar menyebabkan pergerakan air secara jenuh makin cepat Bodhinayake et al., 2004. Pergerakan air yang makin
cepat dapat membawa hara terlarut maupun yang belum terlarut makin cepat dan kesempatan hara teradsorpsi tanah makin rendah Bejat et al., 2000.
2. Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan air tanaman untuk pertumbuhannya merupakan jumlah air yang digunakan oleh tanaman untuk tumbuh normal atau disebut juga dengan
evapotranspirasi. Besarnya kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh fase pertumbuhan tanaman, faktor iklim suhu, radiasi matahari, kelembaban,
kecepatan angin dan jenis dari tanaman tersebut. Kebutuhan air tanaman dalam hal ini adalah besarnya evapotranspirasi tanaman akan dijadikan dasar untuk
menentukan jumlah air yang akan diberikan ke tanaman.
Evapotranspirasi tanaman terbagi dua yaitu evapotranspirasi acuan dan evapotranspirasi aktual. Untuk menentukan besarnya kebutuhan air tanaman maka
ditentukan oleh besarnya evapotranspirasi aktual yang diperoleh dari hasil kali antara koefisien tanaman melon dengan evapotranspirasi acuan ETo. Nilai ETc
di dalam greenhouse dengan metode radiasi berkisar antara 1.45 mmhari sampai 4.51 mmhari pada masa vegetatif, 1.22 mmhari sampai 4.84 mmhari
pada masa pembungaan, 1.75 mmhari sampai 6.98 mmhari pada masa pembuahan dan 0.88 mmhari sampai 4.18 mmhari pada masa pematangan buah.
Kebutuhan air tanaman melon terbagi dalam 5 tahap pertumbuhan yaitu tahap awal 15 hari yang ditandai dengan mulainya pertumbuhan batang dan
daun utama, tahap vegetatifpertumbuhan 25 hari ditandai dengan tumbuhnya bakal cabang atau bakal batang muda, tahap pembungaan 20 hari ditandai
dengan munculnya bunga jantan dan bunga betina, tahap terbentuknya buah 20 hari ditandai dengan bakal buah yang membesar dan menjadi buah yang nyata,
dan tahap pematangan buah 20 hari ditandai dengan adanya perubahan warna buah dan aroma harum. Berdasarkan budidaya melon yang dilakukan oleh Taman
Buah Mekarsari TBM pada umumnya sudah dipanen ketika tanaman berumur 75 hspt. Penelitian dilakukan sejak tahap vegetatif hingga tahap pematangan buah.
Besarnya evapotranspirasi tanaman melon berdasarkan pada tahap pertumbuhan disajikan pada Tabel 10 dan Lampiran 3.
Tabel 10. Evapotranspirasi tanaman Etc melon pada tiap pertumbuhan
Tahap Pertumbuhan
Umur hspt
Eto mmhari
Kc ETc
mmhari ETc Rata-rata
mmhari ETc
mm Vegetatif
1 s.d 25 3.12
0.81 1.45 - 4.51
2.98 74.5
Berbunga 26 s.d 35
2.53 0.97
1.22 - 4.84 3.03
30.3 Berbuah
36 s.d 55 3.5
1.16 1.75 - 6.98
4.37 87.3
Pematangan 56 s.d 78
2.98 0.85
0.88 - 4.18 2.53
58.2
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2014. Dari tabel 10 menunjukkan bahwa secara berturut-turut kebutuhan air
meningkat dimulai dari periode vegetatif, dan diikuti oleh periode pembungaan serta puncaknya terjadi pada periode pembentukan buah. Pada periode
pematangan buah melon kebutuhan airnya akan menurun kembali. Pada masa pembentukan buah tanaman melon membutuhkan air terbanyak karena buah
melon termasuk buah yang mengandung banyak air. Kekurangan air pada periode tersebut akan mempengaruhi penampilan buah yang dihasilkan baik ukuran,
jumlah maupun warnanya.
Selama tahapan masa tumbuh, kebutuhan air terus menerus meningkat. Pada tahap tersebut kebutuhan air digunakan untuk pertumbuhan dan pembentukan
daun. Pada minggu ke tiga tumbuhan memasuki tahap vegetatif. Pada tahap ini kebutuhan air irigasi meningkat karena digunakan untuk pertumbuhan tinggi
batang, pertumbuhan daun dan pertumbuhan kuncup bunga. Kebutuhan air terus meningkat sampai pada tahap pembentukan buah. Pada tahap tersebut kebutuhan
air sangat besar dibandingkan dengan tahap pertumbuhan lainnya, hal ini dikarenakan nilai Kc pada tahap berbuah lebih besar dari nilai Kc pada tahap
pertumbuhan lainnya. Pada tahap pematangan diikuti dengan penurunan kebutuhan air sampai pematangan buah melon.
Besarnya evapotranspirasi tanaman melon Cucumis melo L. dalam sistem pembudidayaan dalam rumah kaca greenhouse juga dipengaruhi oleh suhu,
kelembaban dan radiasi matahari. Suhu di dalam rumah kaca berkisar antara 29.3 – 36.1
o
C seperti yang tertera pada Lampiran 3. Meskipun suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman melon antara 28
– 30
o
C pada siang hari, namun tanaman melon masih tumbuh dengan baik bila udaranya kering pada kelembaban ± 60
dan suhu udaranya antara 35
o
C – 37
o
C. Faktor yang mempengaruhi besarnya temperatur dalam rumah tanaman adalah tingkat intensitas radiasi matahari, besar
kecilnya panas yang hilang melalui atap atau dinding, besar kecilnya panas yang diserap oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan besar kecilnya panas yang
hilang melalui ventilasi serta bahan konstruksi Nurhayati, 2006.
3. Kadar Air Media Tanam
Pengukuran media tanam selama pengamatan yaitu terhadap kadar air masing-masing pot dengan jenis bahan emitter yang berbeda dapat dilihat pada
Gambar 8 berikut :
Gambar 8. Kadar air media tanam pada tahap pertumbuhan tanaman melon. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa pot tanaman dengan emitter
berbahan parasut C memiliki rata-rata kadar air yang paling rendah diantara pot tanaman dengan emitter berbahan LegacyA, Colosal B, Kyramat D dan
Veronica E, dimana kadar air media tanam yang dialiri oleh emitter berbahan parasut antara 30
– 45 volume. Hal ini dikarenakan laju aliran emitter dengan bahan parasut sangat kecil dibandingkan dengan laju aliran emitter berbahan
Legacy, Colosal, Kyramat dan Veronica. Besarnya laju aliran emitter sangat dipengaruhi oleh nilai konduktivitas bahan emitter dimana nilai konduktivitas
bahan parasut memiliki nilai konduktivitas yang paling kecil yaitu 0.06 cmjam. Dengan demikian kondisi kadar air media tanam pada yang dialiri oleh emitter
berbahan parasut memungkinkan tanaman mengalami stress akibat kekurangan air dan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman akan menjadi
kerdil. Hal ini terbukti pada hasil pengamatan pertumbuhan tanaman pada Gambar 10 dimana panjang tulang daun pada pot yang dialiri dengan emitter berbahan
parasut adalah antara 7.5 cm
– 10 cm. Lain halnya dengan kondisi kadar air media tanam yang dialiri air melalui
emitter berbahan Kyramat D dan Veronica E, dimana kadar air rata-rata media tanam antara 50 volume sampai 85. Hal ini dikarenakan laju aliran emitter dan
nilai konduktivitas bahan emitter lebih besar. Dengan kondisi kadar air demikian dapat dikatakan bahwa media tanam dalam keadaan kondisi jenuh air, terlihat
bahwa kadar air media tanam melebihi kadar air pada kapasitas lapang 21.1 volume. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kelebihan pemberian air pada
setiap tahap pertumbuhan. Kelebihan pemberian air kadang diperlukan dalam pengaliran irigasi agar air tersedia untuk tanaman dapat terus terpenuhi, namun
bila pemberian terlalu berlebihan maka akan menyebabkan tanaman menjadi jenuh sehingga menimbulkan kematian pada tanaman dan tanaman mudah
terserang penyakit. Menurut Kramer 1977 umumnya pengaruh jenuh atau kurang baiknya aerasi akan mengurangi permeabilitas akar terhadap air, dimana
akan mengurangi absorbsi dan akibatnya terjadi defisit air dan akan menyebabkan tanaman langsung layu.