Konduktivitas Hidrolika Tanah Desain dan Uji Kinerja Emitter Irigasi Cincin

Gambar 6 c Laju rembesan dan akumulasi rembesan emitter bahan Parasut Gambar 6 d Laju rembesan dan akumulasi rembesan emitter bahan Kyramat, e bahan Veronica. Dari grafik di atas menunjukkan laju rembesan lebih besar di awal irigasi dan kemudian perlahan-lahan menurun sampai pada laju rembesan yang tetap dimana pada saat awal irigasi kondisi tanah disekitar emitter kering menyebabkan laju rembesan dari dinding bidang porus emitter cepat dan kemudian akan menurun jika tanah disekitar emitter telah lembab. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Stein 1997 dan Setiawan 1998 tentang kendi sebagai emitter dimana dinding kendi yang porus merupakan sistem yang dapat mengatur secara otomatis lajunya rembesan yang dikenal dengan autoregulative sistem. Hasil pengukuran rembesan dinding emitter menunjukkan laju rembesan dan akumulasi rembesan dipengaruhi oleh kondisi fisik tanah sekitar emitter cincin. Laju rembesan akan meningkat secara cepat pada awal pemberian air dan kemudian menurun sampai menjadi konstan Gambar 6. Peningkatan laju rebesan di awal pemberian air karena perbedaan pressure head h pada dinding emitter dengan matric head Ψ tanah yang kering. Penurunan laju rembesan terjadi setelah tanah lembab dan menjadi konstan setelah terjadi kesetimbangan antara h pada dinding emitter cincin dan Ψ pada tanah sekitarnya. Laju rembesan yang konstan ini menurut Stein 1997 akan berubah jika ada pengaruh luar seperti evaportanspirasi. Kemampuan dinding porus emitter cincin merespon perubahan kelembaban tanah ini dapat mensuplai air sesuai dengan kebutuhan air tanaman, yaitu jika saat evapotranspirasi tinggi maka laju rembesan akan meningkat. Oleh karena itu diyakini sistem emitter cincin dapat memberikan air secara efisien dan hemat air.

e. Performansi Irigasi Cincin pada Tanaman Melon

Untuk melihat performansi emitter cincin dilakukan pengujian emitter dengan membuat jaringan irigasi cincin untuk tanaman melon di greenhouse dimana diasumsikan tidak ada suplai air selain dari irigasi cincin sehingga curah hujan efektif = 0. Pada tahapan budidaya melon dengan suplai air irigasi cincin di greenhouse diperoleh hasil analisis dari beberapa pengamatan sebagai berikut :

1. Sifat Fisik Media Tanam

Media tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah tanah, kompos dan arang sekam dengan perbandingan 2 : 1 : 1, media tanam dengan perbandingan tersebut sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang digunakan adalah tanah yang berasal dari Laboratorium Wageningen yang telah diukur nilai konduktivitas sebelumnya yaitu antara 2.68 cmjam - 13.48 cmjam, sedangkan media arang sekam berfungsi untuk mempermudah aerasi sehingga jika media tanam jenuh akar tanaman tidak mudah rusak dan campuran kompos pada media tanam untuk meningkatkan bahan organik dan mengikat air yang baik bersama dengan tanah. Media tanam tersebut dimasukkan ke dalam pot dengan diameter pot 40 cm dan tinggi pot 35 cm. Media tanam diuji sifat fisikanya di Laboratorium Fisika Tanah pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. Hasil analisa sifat fisika media tanam disajikan pada berikut Tabel 9 : Tabel 9. Sifat Fisika Media Tanam Parameter Unit Besaran Pasir 27 Debu 62 Liat 11 Bulk Density gcc 0.55 Particle Density gcc 2.05 Pori Drainase Cepat Volume 45.5 Pori Drainase Lambat Volume 6.4 Ruang Pori Total Volume 73 Kadar Air Volume 31.4 Air Tersedia Volume 7.8 Perkolasi cmjam 5.55 Permeabilitas cmjam 62.14 Kadar Air pF 1 Volume 71.0 pF 2 Volume 27.5 pF2.54 Volume 21.1 pF 4.2 Volume 13.3 Sumber : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, 2014 Kurva hubungan antara kadar air volume dengan hisapan matrik pF pada media tanam dapat dilihat pada Gambar 7 yang menunjukkan kondisi kapasitas lapang media tanam campuran tanah, sekam dan kompos pF 2.54 adalah 21.1 volume dan pada kondisi titik layu permanen pF 4.2 adalah 13.3 volume, sehingga total air tersedia pada media tersebut adalah 7.8 0.78cm.