Emisi Gas Rumah Kaca Emisi Karbondioksida dari Lahan Gambut

6 Sifat-sifat fisik tanah gambut yang penting untuk dipertimbangkan dalam pemanfaatannya untuk pertanian maupun kegiatan rehabilitasi lahan gambut yang terdegradasi meliputi kadar air, berat isi bulk density, BD, daya menahan beban bearing capacity, subsiden penurunan permukaan, dan mengering tidak balik irriversible drying Agus dan Subiksa, 2008.

2.4. Fungsi Lingkungan Tanah Gambut

2.4.1. Emisi Gas Rumah Kaca

Gas rumah kaca GRK seperti karbondioksida, uap air, klorofluorokarbon CFC, metan dan nitrogen oksida merupakan gas-gas yang dapat memicu meningkatnya panas di permukaan bumi global warming. Meningkatnya GRK ini dapat menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri diartikan sebagai proses masuknya radiasi matahari dan terjebaknya radiasi tersebut di atmosfer akibat GRK sehingga menaikkan suhu permukaan bumi. Sekitar 80-90 radiasi yang terjebak memberikan kehangatan bagi makhluk hidup di bumi Kartikawati et al., 2011. Gas rumah kaca dilepaskan diemisikan dari lahan gambut dalam bentuk CO 2 , CH 4 metan, dan N 2 O. Di antara ketiga gas tersebut, CO 2 merupakan GRK terpenting karena jumlahnya yang relatif besar, terutama dari lahan gambut yang sudah berubah fungsi dari hutan menjadi lahan pertanian dan pemukiman. Emisi CH 4 cukup besar pada gambut yang berada dalam keadaan alami yang pada umumnya terendam atau jenuh air. Bila gambut didrainase maka emisi CO 2 menjadi dominan dan emisi CH 4 menjadi sangat berkurang. Jumlah emisi GRK dari tanah gambut untuk selang waktu tertentu dapat dihitung berdasarkan perubahan cadangan karbon pada tanah gambut yang terjadi pada selang waktu tersebut Agus et al., 2011.

2.4.2. Emisi Karbondioksida dari Lahan Gambut

Simpanan karbon terbesar pada lahan gambut adalah pada tanah gambut itu sendiri dan yang kedua adalah pada jaringan tanaman dan seterusnya pada tanaman mati necromass. Masing-masing komponen cadangan karbon carbon stock 7 tersebut dapat bertambah atau berkurang tergantung pada faktor alam dan campur tangan manusia. Kemarau panjang berakibat pada penurunan muka air tanah yang selanjutnya dapat mempercepat emisi CO 2 dari tanah gambut. Cara pengelolaan lahan pertanian pada lahan gambut, seperti pembakaran, pembuatan drainase, dan pemupukan mempengaruhi tingkat emisi CO 2 Pembakarankebakaran lahan gambut dapat menurunkan cadangan karbon di dalam jaringan tanaman dan didalam gambut yang berarti meningkatkan emisi dari kedua sumber tersebut. Pemupukan dapat meningkatkan emisi disebabkan meningkatnya aktivitas mikroba. Sebaliknya, pada lahan gambut yang sudah terlanjur didrainase, penurunan kedalaman muka air tanah, misalnya melalui pemasangan empang pada saluran canal blocking dapat memperlambat emisi Agus et al., 2011. Penggunaan herbisida paraquat dan glifosfat dapat menurunkan emisi gas CH 4 . Kandungan bahan aktif dalam herbisida tersebut diduga menghambat aktivitas bakteri metanogen namun mekanisme penghambatannya belum diketahui secara jelas. Selain herbisida paraquat dan glifosat, penggunaan organoklorin dan hexakloro-sikloheksan HCH juga dapat menekan perkembangan bakteri metanogen. Meskipun herbisida dapat digunakan untuk mereduksi emisi CH 4 , penggunaannya harus sesuai dengan anjuran sehingga tidak meninggalkan residu dalam tanah yang akan menimbulkan pencemaran lingkungan Kartikawati et al., 2011.

2.5. Pestisida