I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan lahan gambut untuk sektor pertanian pangan saat ini banyak dilakukan mengingat sulitnya mendapatkan lahan yang lebih berkualitas. Salah satu
kendala yang dihadapi petani di lahan gambut adalah adanya serangan hama dan penyakit, yang tidak hanya mengganggu produksi tetapi juga mengakibatkan
kegagalan panen. Upaya petani untuk menanggulangi masalah tersebut diantaranya dengan menggunakan pestisida.
Tanah gambut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Menurut Sriyani dan Salam 2008 bahan organik tanah merupakan komponen tanah yang
memengaruhi persistensi, mobilitas, degradasi, dan ketersediaan suatu herbisida dalam tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi umumnya mempunyai
daya jerap yang tinggi terhadap herbisida, sehingga mobilitas dan ketersediaan herbisida menjadi menurun. Aplikasi herbisida di lahan gambut diharapkan dapat
efektif dijerap oleh tanah dan tidak mencemari lingkungan. Penggunaan lahan gambut yang tidak bijak untuk kegiatan pertanian dapat
menyebabkan kerusakan ekosistem lahan gambut tersebut. Masalah lahan gambut yang banyak diperbincangkan akhir-akhir ini adalah emisi karbon dari lahan gambut.
Tanah gambut memiliki kandungan C-organik yang tinggi, sehingga apabila karbon hilang melalui proses oksidasi akan menambahkan karbon yang cukup signifikan ke
atmosfer. Menurut Setyanto 2008, penggunaan herbisida paraquat dan glifosat mampu
menurunkan emisi metana secara nyata antara 60-70 dibandingkan yang tidak menggunakan herbisida. Penggunaan herbisida berdampak positif terhadap emisi gas
metan, akan tetapi penelitian terhadap emisi CO
2
belum banyak diketahui. Pemberian pestisida di tanah gambut diharapkan dapat menurunkan emisi gas rumah kaca.
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian paraquat, difenoconazol, dan BPMC terhadap emisi CO
2
dari bahan gambut dengan
inkubasi tertutup dan terbuka.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambut