kebutuhan, maka perlu adanya tampungan tambahan misalnya dengan membangun bendungan atau embung.
2.7. Irigasi
Irigasi adalah pemberian air ke dalam tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman Linsley R.K.,
dan Joseph B. Franzini, 1995. Maryono 2005 mengemukakan bahwa dalam perencanaan bangunan irigasi teknis, sungai yang ada dapat dipakai sebagai
saluran irigasi teknis, jika dari segi teknis memungkinkan.Kehilangan air di saluran dengan menggunakan sungai kecil lebih kecil daripada menggunakan
saluran tanah buatan, karena pada umumnya porositas sungai relatif rendah mengingat adanya kandungan lumpur dan sedimen gradasi kecil yang relatif
tinggi. Kaitannya dengan ekologi, perlu dipertimbangkan besarnya debit suplai air
sungai. Sejauh mungkin tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan flora dan fauna sungai yang bersangkutan. Jika pada pengambilan air dengan
menggunakan bendung harus diperhitungkan jumlah debit air minimum yang harus tersedia di sungai bagian hilir bendung agar kehidupan ekologi sungai
masih dapat berlangsung, demikian pula pada penggunaan sungai untuk saluran irigasi harus dipertimbangkan besarnya debit tambahan maksimum yang masih
dapat ditolerir, baik bagi hidraulik maupun ekologi sungai tersebut. Salah satu fungsi DAS yang dapat terganggu adalah kemampuannya dalam
memberikan kontribusi terhadap air irigasi. Kebutuhan air untuk irigasi biasanya bersifat musiman, dengan jumlah maksimum selama musim panas kemarau
yang kering dengan kebutuhan yang kecil sekali atau sama sekali tidak ada selama musim dingin musim hujan. Karena tampungan irigasi merupakan
jaminan terhadap kekeringan, maka diharapkan untuk memelihara jumlah tampungan sebesar mungkin sesuai dengan kebutuhan yang berjalan Linsley
R.K., dan Joseph B. Franzini, 1995.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini memanfaatkan data sekunder yang tersedia pada Perum Jasa Tirta II Jatiluhur dan BPDAS Citarum-Ciliwung untuk data seri dari tahun 2002 sd
2009. Penelitian dilaksanakan pada DAS Citarum Provinsi Jawa Barat, berlangsung dari Bulan Agustus sampai Oktober 2010. Secara geografis, DAS
Citarum terletak pada 106 51’36’’–107
51 BT dan 7 19’– 6
24’ LS. Wilayah DAS memanjang dari bagian hulu di selatan Kabupaten Bandung ke hilir menuju utara
pantai Jakarta. Peta Lokasi Penelitian seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Wilayah Penelitian, DAS Citarum Jawa Barat.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi: 1. Peta digital penutupan lahan DAS Citarum hulu tahun 2002 dan tahun 2008.
2. Data bulanan debit input DAS Citarum ke Waduk Jatiluhur dari tahun 2002 –
2009 dan data bulanan Debit irigasi Jatiluhur dari tahun 2002-2009 yang diperoleh dari Perum Jasa Tirta II Jatiluhur.