Penelitian mengenai hubungan antara perubahan Vegetasi dan hasil air pernah dilakukan pada DAS Nakambe, Afrika Barat yang memberikan hasil
bahwa dari tahun 1965 sampai tahun 1995 terjadi penurunan luas kawasan vegetasi dari 43 sampai 13, kawasan budidaya meningkat dari 53 sampai
76, dan areal terbuka meningkat hampir tiga kali lipat dari 4 menjadi 11, mengakibatkan penurunan kapasitas menahan air dengan kisaran penurunan
antara 33 sampai 62 sehingga mengakibatkan peningkatan yang nyata pada debit aliran sungai Mahe G., et.al., 2005.
4.3. Hubungan antara Hasil Air dan Suplai Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi merupakan jumlah air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman pada suatu periode pertumbuhan tertentu
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan normal dan memberikan produksi yang optimal. Wilayah pantai Utara Jawa Barat memperoleh pasokan air irigasi dari
dua sumber yaitu dari sungai lokal sumber setempat dan sungai Citarum melalui waduk jatiluhur. Pengairan irigasi terbagi pada 3 tarum yakni tarum barat,
tarum utara, dan tarum timur. Pasokan air pada tarum barat berasal dari 3 sungai besar yakni sungai bekasi tertampung di bendung Bekasi, sungai Cikarang
bendung Cikarang, dan sungai Cibeet bendung Cibeet. Tarum utara sepenuhnya bergantung pada pasokan air dari DAS Citarum melalui bendung
Walahar. Sungai
lokal pada
tarum timur,
masing-masing: Sungai
CilamayaCiherang yang dibendung di Bendung Barugbug, Sungai Ciasem yang dibendung di Bendung Jengkol dan Bendung Macan, Sungai Cigadung yang
dibendung di Bendung Gadung dan Sungai CipunegaraCilamatan yang dibendung di Bendung Salamdarma. Pasokan air dari waduk Jatiluhur akan
terkontrol di bendung Curug yang bertugas sebagai pembagi air ke tiga wilayah pengairan yang ada.
Berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan air irigasi yang berasal dari dua sumber utama maka dalam uraian selanjutnya kebutuhan irigasi ini akan terbagi
dalam dua bagian besar yaitu kebutuhan irigasi Potensial dan kebutuhan irigasi Aktual. Kebutuhan irigasi potensial merupakan kebutuhan irigasi yang
direncanakan untuk seluruh areal persawahan yang termasuk dalam wilayah otorita Perum Jasa Tirta II, sedangkan kebutuhan irigasi actual merupakan
kebutuhan irigasi yang harus dipenuhi dari Waduk jatiluhur setelah kebutuhan potensial tersebut dikurangi dengan persediaan air dari sumber lokal.
Menurut Masjhudi 2001 penyediaan air untuk irigasi sangat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: letak sumber air, kondisi prasarana dan sarana
pengairan, dan ketepatan waktu pemanfaatannya. Kehilangan air water losses yang harus diperhitungkan antara lain: penguapan secara alam evaporation,
rembesan tanggul seepage, bocoran pintu atau bangunan leakage, penyiapan tanah land preparation dan pelaksanaan tanam.
Berdasarkan metoda perhitungan kebutuhan air Biro-EPL PJT II dapat terlihat bahwa kebutuhan air dari Bendung Curug sumber air adalah kebutuhan
air irigasi di petak sawah ditambah kehilangan air di saluran sebesar 35. Ini belum diperhitungkan andaikata petani karena berbagai hal terlambat mengolah
tanah atau terlambat menanam. Rencana pemberian air setiap tahun umumnya dibagi ke dalam empat atau lima golongan pemberian air, tetapi pada
kenyataannya seringkali penggolongan ini mundur menjadi enam bahkan pernah tercapai 13 golongan pemberian air. Secara umum kebutuhan air irigasi per
bulannya disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Kebutuhan Irigasi untuk Areal persawahan yang termasuk dalam
wilayah Otorita Perum jasa Tirta II Jatiluhur, tahun 2002-2009.
Bulan Kebutuhan air irigasi juta m
3
bulan untuk tiap tahun 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Jan
555.52 466.78
474.57 469.48
477.81 469.20
471.06 467.88
Feb 430.67
387.06 409.48
394.73 400.21
392.37 407.18
402.68 Mar
485.69 444.50
453.95 443.62
456.00 448.61
450.62 450.86
Apr 564.63
531.15 527.04
507.67 514.51
504.71 506.55
501.34 Mei
644.82 628.84
628.91 644.54
656.10 649.21
651.23 642.04
Jun 627.06
644.12 602.60
642.97 653.42
648.16 653.13
644.63 Jul
556.94 559.27
543.52 591.05
597.12 591.76
594.08 586.20
Ags 385.13
332.23 342.58
364.95 374.69
373.23 375.17
369.85 Sep
282.20 198.62
201.00 205.17
210.07 204.17
206.12 178.16
Okt 384.81
493.14 492.26
410.57 401.13
433.44 415.56
416.37 Nov
557.32 601.18
599.50 542.08
534.92 541.99
538.72 536.38
Des 558.03
545.25 558.33
566.86 560.37
562.09 557.33
555.89 Total
6032.82 5832.14
5833.75 5783.69
5836.35 5818.94
5826.76 5752.28
Kebutuhan air irigasi selalu merata setiap bulannya dan hal ini bertentangan dengan distribusi hujan yang tidak merata sehingga seringkali menjadi kendala
karena hasil air DAS juga berfluktuasi dengan tingkatan yang terkadang sangat tinggi. Pemenuhan terhadap kebutuhan irigasi berasal dari dua sumber yaitu dari
sungai-sungai lokal sumber setempat dan dari Waduk Jatiluhur. Persentase
pemenuhan dari sumber lokal seperti pada Tabel 10 sedangkan pemenuhan air irigasi bulanannya disajikan pada lampiran 6.
Tabel 10. Persentase Pemenuhan kebutuhan air dari sungai-sungai lokal
Bulan Kebutuhan air irigasi juta m
3
bulan untuk tiap tahun 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Jan
37.43 31.78
46.98 44.01
54.99 34.64
40.18 43.06
Feb 50.30
44.64 40.46
46.39 53.09
40.69 32.09
46.13 Mar
42.20 44.96
44.45 44.19
36.00 37.25
35.43 42.38
Apr 39.00
32.89 40.53
32.99 31.83
38.36 41.73
42.08 Mei
24.91 25.79
34.66 23.39
30.62 29.48
27.10 35.22
Jun 16.21
9.73 23.06
24.49 17.52
26.68 9.64
31.43 Jul
20.67 4.97
15.13 28.61
8.59 17.05
4.56 15.08
Ags 15.17
5.54 7.17
26.81 6.77
9.81 6.09
15.05 Sep
9.08 23.68
12.10 40.12
5.50 14.71
8.56 32.17
Okt 7.84
23.32 12.44
38.09 3.30
13.52 22.74
28.48 Nov
16.84 25.82
21.89 33.83
7.74 32.37
36.96 32.26
Des 33.23
33.07 33.79
41.87 36.18
35.22 38.78
38.67
Hasil pada Tabel 10 menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dari sumber lokal pada musim hujan dapat mencapai 54.99 sedangkan pada musim
kemarau dapat mencapai 4.56 saja. Hal ini menandakan bahwa pengelolaan daerah aliran sungai pada sumber setempat belum dilakukan dengan baik yang
terlihat dari rendahnya jumlah air yang dapat disumbangkan untuk kebutuhan irigasi saat musim kemarau. Berdasarkan ketentuan dalam sistem pengairan
Jatiluhur, sumber setempat seharusnya dapat memberikan pasokan air sebesar 70 saat musim hujan dan 30 saat musim kemarau, namun kenyataan yang
terjadi selalu berkekurangan untuk kedua musim tersebut sedangkan curah huja pada daerah hilir termasuk cukup tinggi.
Permintaan untuk Kebutuhan air irigasi yang harus dipenuhi dari DAS Citarum melalui waduk Jatiluhur masih cukup tinggi berkisar antara 45.11
sampai 95,46 yang berfluktuasi menurut musim. Hal ini memberikan indikasi bahwa ketergantungan petani terhadap pasokan air dari waduk Jatiluhur masih
sangat tinggi sehingga perlu pengelolaan yang baik untuk mengatasi kebutuhan ini. Jumlah kebutuhan tersebut seperti pada Tabel 11 yang merupakan nilai sisa
dari rencana kebutuhan irigasi setelah dikurangi pasokan air dari sumber setempat.
Tabel 11. Permintaan air untuk kebutuhan irigasi dari waduk Jatiluhur
Bulan Kebutuhan air irigasi juta m
3
bulan untuk tiap tahun 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Jan
347.60 318.42
251.63 262.88
215.09 306.64
281.78 266.41
Feb 214.06
214.28 243.79
211.63 187.75
232.70 276.53
216.92 Mar
280.74 244.66
252.16 247.60
291.83 281.49
290.96 259.80
Apr 344.42
356.45 313.41
340.19 350.72
311.12 295.18
290.36 Mei
484.17 466.69
410.96 493.81
455.18 457.82
474.74 415.91
Jun 525.40
581.46 463.67
485.51 538.93
475.24 590.19
442.03 Jul
441.81 531.47
461.27 421.97
545.85 490.87
566.97 497.83
Ags 326.72
313.83 318.01
267.11 349.33
336.62 352.33
314.17 Sep
256.57 151.59
176.67 122.85
198.52 174.14
188.46 120.84
Okt 354.64
378.13 431.01
254.17 387.89
374.85 321.05
297.77 Nov
463.49 445.98
468.24 358.71
493.50 366.56
339.62 363.35
Des 372.61
364.92 369.70
329.53 357.63
364.13 341.18
340.91 Jml
4412.23 4367.88
4160.53 3795.94
4372.24 4172.18
4319.00 3826.28
Kebutuhan air irigasi yang dibutuhkan dari DAS Citarum melalui waduk Jatiluhur menunjukkan jumlah yang sangat tinggi karena sungai-sungai lokal
tidak dapat memenuhi kebutuhan ini sesuai dengan yang diharapkan yakni ±70 saat musim hujan dan ±30 pada musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengelolaan daerah aliran sungai dari sungai-sungai lokal dan fasilitas penampung air yang kurang dalam segi jumlah maupun kapasitasnya.
Kebutuhan air irigasi aktual kemudian diuraikan cara pemenuhannya menjadi dua pendekatan yakni pemenuhan langsung dari DAS Citarum asumsi
tanpa adanya waduk dan pemenuhan dari waduk, yang tujuannya untuk melihat efisiensi waduk.
Evaluasi pemenuhan kebutuhan irigasi berikut mengikuti skenario DAS tanpa waduk sehingga semua kebutuhan langsung dipenuhi dari sungai Citarum.
Penyediaan air dari DAS sangat berlebih saat musim hujan sedangkan pada musim kemarau mengalami kekurangan yang disebabkan oleh kapasitas
menahan air yang rendah pada skala DAS terutama disebabkan oleh berkurangnya kawasan bervegetasi permanen yang memiliki kemampuan untuk
meningkatkan daya serap air. Kenyataan ini semakin dipertegas oleh penggunaan lahan pada daerah lereng untuk kegiatan pertanian tanpa
memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air. Hasil analisis Indeks Penggunaan Air kebutuhan irigasi berdasarkan pemenuhan dari DAS Citarum
disajikan pada Tabel 12.