Penggunaan Lahan TINJAUAN PUSTAKA

citra satelit, oleh karena itu evaluasi pemanfaatan ruang aktual biasanya dilakukan dengan bantuan analisis citra satelit dan Sistem Informasi Geografis SIG. Citra satelit dapat berasal dari berbagai sumber institusi. Interpretasi citra satelit dapat dilakukan secara manual visual dan digital. Interpretasi secara manualvisual dilakukan dengan delineasi citra hardcopy citra yang tercetak atau delineasi secara langsung kenampakan citra yang ada di monitor computer screen digitizing. Sedangkan interpretasi secara digital dilakukan dengan klasifikasi citra digital berdasarkan kecerahan nilai pixel, interpretasi dilakukan guna mendapat peta tematik yang memberikan informasi mengenai batas wilayah perencanaan, penggunaan lahan, ekosistem perairan, serta kondisi fisik perairan. Perubahan penggunaan lahan yang sifatnya negatif akan berdampak pada degradasi lahan. Menurut Sinukaban 2008 bahwa degradasi lahan akan mengakibatkan rusaknya fungsi hidrologis DAS yang terlihat dari penurunan kapasitas infiltrasi DAS dan meningkatnya koefisien aliran permukaan. Terjadinya degradasi lahan dan rusaknya fungsi hidrologis DAS tersebut kemungkinan disebabkan beberapa faktor: Pertama, penggunaan dan peruntukan lahan menyimpang dari Rencana Tata Ruang Wilayah atau Rencana Tata Ruang Daerah. Misalnya, daerah yang diperuntukkan sebagai hutan lindung dialihfungsikan menjadi pertanian, hutan produksi dialihfungsikan menjadi permukiman, lahan budi daya pertanian dialihfungsikan menjadi permukiman atau industri, dan sebagainya. Kedua penggunaan lahan di DAS tidak sesuai dengan kemampuan lahan. Banyak lahan yang semestinya hanya untuk cagar alam, tetapi sudah diolah menjadi pertanian, atau lahan yang hanya cocok untuk hutan dijadikan lahan pertanian, bahkan permukiman. Banyak lahan yang kemiringan lerengnya lebih dari 30 persen bahkan 45 persen masih dijadikan pertanian yang intensif atau jadi permukiman. Ketiga, perlakuan terhadap lahan di dalam DAS tersebut tidak memenuhi syarat- syarat yang diperlukan oleh lahan atau tidak memenuhi kaidah-kaidah konservasi tanah, serta teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan tidak memadai. Setiap penggunaan lahan hutan, pertanian, industri, permukiman harus sesuai dengan syarat, yakni menerapkan teknik konservasi tanah dan air yang memadai. Teknik konservasi yang memadai di suatu bidang lahan belum tentu memadai di lahan yang lain. Pemilihan teknik konservasi yang memadai di suatu bidang lahan sangat dipengaruhi oleh faktor bio-fisik tanah, topografi, penggunaan lahan, hujaniklim lahan yang bersangkutan. Jenis teknik konservasi tanah dan air yang tersedia untuk dipilih dan diterapkan mulai dari yang paling ringan sampai berat, antara lain, penggunaan mulsa, penanaman mengikuti kontur, pengolahan mengikuti kontur, pengolahan tanah konservasi tanpa olah tanah, pengolahan tanah minimum, pengaturan jarak tanam, penanaman dalam strip strip cropping, dan penanaman berurutan rotasi. Keempat, tidak adanya Undang-undang Konservasi Tanah dan Air yang mengharuskan masyarakat menerapkan teknik konservasi tanah dan air secara memadai di setiap penggunaan lahan. Dengan tidak adanya UU ini maka masyarakat tidak merasa berkewajiban untuk melaksanakan teknik konservasi tanah dan air, sehingga degradasi lahan terus meningkat. Faktor kelima, kurang memadainya kesungguhan pemerintah mencegah degradasi lahan.Hal ini terindikasi dari tidak jelasnya program pencegahan degradasi lahan atau penerapan teknik konservasi tanah dan air di setiap tipe penggunaan lahan. Departemen yang berkaitan dengan penggunaan lahan, seperti Departemen Pertanian, Departemen PU, dan Departemen Dalam Negeri, kurang memprioritaskan program pencegahan degradasi lahan dan penerapan teknologi konservasi tanah dan air. Hal ini pun terindikasi dalam rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN 2005 – 2025. Dalam rancangan awal RPJPN tidak diindikasikan bahwa pencegahan degradasi lahan sebagai prioritas penting. Apabila hal ini berjalan terus maka minat generasi muda untuk mempelajari dan mendalami pencegahan degradasi sumber daya lahan akan memudar yang pada gilirannya dapat mengakibatkan tidak ada lagi orang yang mengetahui teknologi pencegahan degradasi lahan. Apabila ini terjadi maka malapetaka banjir, seperti yang dialami oleh masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, akan semakin sering terjadi. Pencegahan dan penaggulangan degradasi lahan dapat dilakukan dengan strategi berikut. Pertama, kaji ulang tata ruang nasional, wilayah, dan daerah agar didasarkan pada kemampuan lahan. Kedua, penyimpangan tata ruang yang sudah berdasarkan kemampuan lahan harus ditindak tegas. Ketiga, semua sumber daya lahan harus diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya. Keempat, penggunaan lahan harus didasarkan pada kemampuan lahan. Kelima, teknologi konservasi tanah dan air yang memadai harus diterapkan di setiap tipe penggunaan lahan. Keenam, penyusunan UU konservasi tanah dan air perlu dipercepat.Ketujuh, departemen terkait harus memprogramkan pencegahan degradasi lahan sebagai prioritas utama. Kedelapan, pemerintah perlu memasukkan materi pencegahan degradasi lahanpenerapan teknologi konservasi tanah dan air dalam kurikulum pendidikan.

2.3. Monitoring dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai

Menurut acuan dari Dirjen RLPS 2009 Identifikasi berbagai komponen biofisik hidrologis, sosial ekonomi dan kelembagaan DAS merupakan kunci dalam program monitoring dan evaluasi monev kinerja DAS, yaitu dalam upaya mengumpulkan dan menghimpun data dan informasi yang dibutuhkan untuk tujuan evaluasi dalam rangka menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pengelolaan DAS. Pengumpulan data dan informasi tersebut harus dilakukan secara berkala, dengan memanfaatkan perkembangan teknologi instrumentasi, informasi, dan komunikasi yang ada, misalnya dengan automatic data acquisition system, logger, sistem telemetri, teknik penginderaan jauh terkini, dan internet sedangkan untuk pengolahan dan analisis data secara spatial keruangan dan temporal waktu serta penyajian hasil dari monev kinerja DAS maka teknologi sistem informasi geografis SIG dapat dimanfaatkan untuk keperluan ini. Monitoring pengelolaan DAS adalah proses pengamatan data dan fakta yang pelaksanaannya dilakukan secara periodik dan terus menerus terhadap masalah: 1 jalannya kegiatan, 2 penggunaan input, 3 hasil akibat kegiatan yang dilaksanakan output, dan 4 faktor luar atau kendala yang mempengaruhinya. Evaluasi pengelolaan DAS adalah proses pengamatan dan analisis data dan fakta, yang pelaksanaannya dilakukan menurut kepentingannya mulai dari penyusunan rencana program, pelaksanaan program dan pengembangan program pengelolaan DAS. Monitoring dan evaluasi DAS dimaksudkan untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai perkembangan keragaan DAS, yang ditekankan pada aspek penggunaan lahan, tata air, sosial ekonomi dan kelembagaan. Kerangka logika kinerja Pengelolaan DAS didasarkan pada prinsip, kriteria, dan indikator kinerja DAS yang disajikan pada gambar 1. Prinsip Kriteria Indikator Gambar 1. Kerangka Logika Kinerja Pengelolaan DAS Monev kinerja DAS adalah kegiatan pengamatan dan analisis data dan fakta yang dilakukan secara sederhana, praktis, terukur, dan mudah dipahami terhadap kriteria dan indikator kinerja DAS dari aspekkriteria pengelolaan lahan, tata air, sosial, ekonomi, dan kelembagaan, sehingga “status” atau “tingkat kesehatan” suatu DAS dapat ditentukan.

2.3.1. Monitoring dan Evaluasi Penggunaan Lahan DAS

Monev penggunaan lahan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan jenis, pengunaan, pengelolaan lahan, tingkat kesesuaian penggunaan lahan dan erosi pada suatu DASSub DAS, yang bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi lahan terutama menyangkut kecenderungan degradasi lahan. Pada awal kegiatan, monev penggunaan lahan dilakukan pada seluruh parameter lahan, baik yang alami maupun parameter yang mudah dikelola.Namun untuk tahap selanjutnya, monitoring parameter alami, seperti topografifisiografi lahan, tidak perlu dilakukan setiap waktu karena bersifat relatif Tujuan: Kelestarian Pengelolaan Kelestarian Lingkungan Kelestarian Sosial ekonomi Kelembagaan Penggunaan Lahan Tata Air Sosial Ekonomi Kelembagaan - Penutupan vegetasi - Kesesuaian Penggunaan lahan - Indeks Erosi - Tanah Longsor - Debit air sungai - Kandungan sedimen - Kandungan pencemar - Koefisien limpasan - Kepedulian individu - Partisipasi terhadap lahan masyarakat - Tekanan penduduk - Ketergantungan penduduk terhadap lahan - Tingkat pendapatan - Produk lahan - Jasa lingkungan - KISS - Ketergantungan masyarakat pada memerintah - Keberdayaan lembaga lokaladat - Kegiatan usaha bersama