Ikan  sama  halnya  seperti  hewan  lain  memanfaatkan  karbohidrat  sebagai salah  satu  sumber  energi.  Kemampuan  ikan  untuk  memanfaatkan  karbohidrat
sebagai  sumber  energi  masih  lebih  rendah  dibandingkan  hewan  lain  dan kemampuan  ikan  omnivora  untuk  memanfaatkan  karbohidrat  lebih  tinggi
dibandingkan  dengan  ikan  karnivora  seperti  ikan  kerapu.  Kebutuhan  karbohidrat yang  optimal  pada  ikan  omnivora  berkisar  30  –  40  sedangkan  ikan  karnivora
berkisar 10 – 20 Furuichi, 1988. Namun, kerapu bebek mampu memanfaatkan glukosa sebagai sumber karbohidrat sebesar 16  Usman, 2002 dalam Laining et
al., 2004. Vitamin  penting  untuk  pertumbuhan,  kesehatan,  reproduksi,  dan
pemeliharaan,  namun  dalam  pakan  dibutuhkan  dengan  jumlah  yang  sedikit berkisar  antara  0,2  –  0,5    Lovell,  1989.  Secara  umum,  mineral  bermanfaat
untuk  menjalankan  struktur  komponen  jaringan,  berfungsi  sebagai  metabolisme sel, dan mempunyai peran yang penting dalam osmoregulasi dan mempertahankan
keseimbangan asam basa Jobling, 2001.
2.2 Perendaman dalam Air Tawar
Kegiatan  dipping  perendaman  merupakan  salah  satu  kegiatan penanganan yang dilakukan dengan cara merendam ikan ke dalam air tawar yang
bertujuan untuk mengurangi parasit pada tubuh ikan. Kegiatan ini biasa dilakukan di  keramba  jaring  apung  KJA  secara  rutin,  pada  umumnya  setiap  seminggu
sekali.  Lamanya  perendaman ikan  disesuaikan  dengan  kepadatan  ikan  serta penggunaan  aerasi.  Ikan  yang  akan  direndam  diangkat  dari  wadah
pemeliharaannya dan ditempatkan pada wadah berupa ember atau sterofoam yang diisi air tawar. Berdasarkan informasi dari petani ikan di Kepulauan Seribu, ikan
dengan kepadatan  tinggi  dan direndam  tanpa  aerasi dilakukan selama  ±  3 menit, sedangkan  jika  menggunakan  aerasi  direndam  selama  ±  5  menit.  Namun  jika
dilakukan pada kepadatan rendah perendaman dapat dilakukan lebih lama. Kegiatan  perendaman sangat  berkaitan  dengan  handling  penanganan
seperti  penangkapan  dan  pemindahan  ikan  serta  pembiusan  ikan  yang berpengaruh  terhadap  keseimbangan  antara  air  dan  garam  dalam  tubuh  ikan
Eddy,  1981.  Selain  itu,  kegiatan  handling  selalu  menyebabkan  respon  stres
secara  fisiologi  dengan  meningkatnya  plasma  katekholamin dan  kortikosteroid yang  berdampak  pada  kadar  protein  otot  rendah,  glukosa  darah  meningkat,  serta
kandungan  elektrolit  tubuh  tidak  stabil.  Mazeaud  dan  Mazeaud,  1981.  Stres dalam  bentuk  apapun  dapat  meningkatkan  kebutuhan  energi  ikan  serta
mengurangi  tingkat  pertumbuhan  ikan.  Energi  yang  digunakan  untuk  mengatasi stres  tidak  dapat  digunakan  lagi  untuk  pertumbuhan.  Stres  secara  kimia  maupun
fisik  dapat  disebabkan  oleh  akumulasi  sisa  feses,  oksigen  rendah,  kepadatan, penanganan,  polusi  air,  kualitas  pakan  yang  kurang  baik,  dan  lain-lain  Halver,
1988. Respon  hematologi  yang  terjadi  pada  saat  ikan  air  laut  ditangkap  dan
diberikan  perlakuan  stres  terjadi  sangat  cepat.  Pada  kondisi  stres,  ikan  ini cenderung untuk meningkatkan ion-ion dan cairan osmolaritas Wells et al, 1984
dalam Montgomery dan Wells, 1993. Beberapa indikator stres dini dapat dilihat dari kadar glukosa darah, persentase hemoglobin Smith dan Ramos, 1976 dalam
Mazeaud  dan  Mazeaud,  1981.  Semua  hal  di  atas  dapat  menyebabkan pertumbuhan  ikan  rendah  serta  mudah  terserang  penyakit  serta  kematian
Mazeaud dan Mazeaud, 1981. Perpindahan ikan salmon dari air laut ke air tawar tentu saja meningkatkan
afinitas  oksigen  dari  darah  Maxime  et  al,  1990  dalam Jensen,  1993.  Air  laut memiliki  massa  jenis  oksigen  yang  lebih  rendah  dibandingkan  dengan  air  tawar
disebabkan karena adanya stimulus ventilasi yang meningkat. Perubahan salinitas juga  dapat  menimbulkan  efek  terhadap  konduksi  difusi  dari  insang.  Pemindahan
ikan  dari  air  laut  ke  air  tawar  secara  cepat  telah  dipelajari  secara  intensif  pada beberapa  jenis  ikan  stenohaline  dengan  tujuan  untuk  mengetahui  perpindahan
garam yang terjadi di dalam tubuh yang ditandai dengan berkurangnya kadar ion Na
+
dan  Cl
-
.  Sebagai  contoh,  ikan  laut  stenohaline,  Holocanthus  ciliaris  dapat bertahan  hidup  selama  beberapa  minggu  pada  air  tawar  yang  telah  ditingkatkan
konsentrasi kalsiumnya sekitar 5 – 25 mmliter Evans, 1975 dalam Eddy, 1981. Pengembangan  dan  pengaplikasian  uji  perendaman  ikan  air  laut  pada  air  tawar
dilakukan  untuk  melihat  kondisi  akibat  pengaruh  dari  stressor  terhadap kemampuan  osmoregulasi  ikan.  Kegunaan  perendaman  air  tawar  dengan  adanya
pengukuran ketidakseimbangan homeostatik, dapat membantu kegiatan perikanan
untuk  menentukan  kondisi  yang  lebih  baik  serta  meningkatkan  kelangsungan hidup  ikan  dalam  menghadapi  perubahan  lingkungan  Wedemeyer  dan  McLeay,
1981.
2.3 Nafsu Makan dan lingkungan