I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis merupakan salah satu jenis ikan karang yang populer dan digemari konsumen, ikan ini juga memiliki nilai jual
tinggi terutama di pasar Asia. Berdasarkan informasi pasar, diperoleh data bahwa harga kerapu bebek hidup ukuran konsumsi Rp. 350.000,00 per kilogram
Anonimous, 2008. Permintaan ikan kerapu yang terus meningkat tidak dapat mengandalkan hasil penangkapan dari alam, tetapi harus diupayakan melalui
usaha budidaya. Sampai saat ini usaha pembesaran budidaya ikan kerapu telah banyak dilakukan, khususnya dalam keramba jaring apung KJA.
Pemeliharaan ikan kerapu bertujuan untuk mencapai produksi maksimal secara berkesinambungan, baik dalam jumlah, mutu maupun ukuran. Sebagai
salah satu spesies ikan yang dibudidayakan di perairan laut, kerapu bebek berpotensi menghadapi masalah hama dan penyakit. Berdasarkan kondisi tersebut,
perlu diperhatikan beberapa hal yaitu pakan dan pengendalian hama dan penyakit. Pemberian pakan yang tidak sesuai, membuat ikan mudah terserang penyakit
sehingga produksi rendah. Oleh karena itu, keseimbangan formulasi pakan serta pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan sangat penting bagi
keberhasilan pemeliharaan ikan Watanabe, 1988. Pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit akan membantu menunjang kelangsungan hidup dan
peningkatan produksi, kegiatan yang sering dilakukan adalah dipping perendaman di air tawar. Kegiatan ini selain dapat menghilangkan parasit yang
menempel pada tubuh ikan juga diduga dapat meningkatkan nafsu makan ikan. Perubahan salinitas media hidup ikan yang terjadi saat perendaman juga
mempengaruhi tekanan osmotik ikan secara langsung dan melibatkan penggunaan energi yang besar untuk melakukan pengaturan kerja osmotik Sucipto et al.,
2008. Kegiatan pemindahan ikan pada saat perendaman dalam air tawar sangat
berpengaruh terhadap keseimbangan antara air dan garam dalam tubuh ikan. Keseimbangan ini berkaitan dengan proses osmoregulasi. Menurut Fujaya 2002,
osmoregulasi dapat terjadi karena adanya penyesuaian keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan serta perbedaan tekanan osmosis antara cairan
tubuh dengan lingkungannya, dimana cairan akan mengalir dari tekanan osmosis rendah ke tekanan osmosis yang lebih tinggi. Kegiatan perendaman dalam air
tawar dapat menyebabkan ikan laut menjadi stres karena terjadi perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim, dalam hal ini adalah perubahan salinitas yang drastis.
Perubahan ini mengakibatkan berubahnya pola osmoregulasi pada ikan. Pola osmoregulasi yang terjadi pada ikan air laut adalah cairan dalam tubuh ikan akan
mengalir keluar menuju lingkungannya karena tekanan osmosis pada air laut lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan osmosis cairan dalam tubuh ikan, jika ikan
air laut dipindahkan pada media air tawar maka pola osmoregulasi akan terjadi sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan ikan menjadi stres. Sebagai respon dari
stres ikan akan mengalami peningkatan plasma katekholamin dan kortikosteroid yang berdampak pada penurunan kadar protein otot, peningkatan glukosa darah,
serta kandungan elektrolit tubuh menjadi tidak stabil. Mazeaud and Mazeaud, 1977 dalam Pickering, 1981. Untuk mengatasi stres, ikan melakukan adaptasi
terhadap perubahan lingkungan dengan cara meningkatkan metabolisme tubuh. Proses adaptasi dengan cara meningkatkan metabolisme tubuh memerlukan
banyak energi, sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan rendah serta mudah terserang penyakit karena sebagian besar energi digunakan untuk beradaptasi.
Perendaman ikan air laut pada air tawar diduga dapat meningkatkan nafsu makan ikan, sehingga dapat memacu kinerja pertumbuhan ikan jika dilakukan
pada frekuensi yang tepat. Oleh karena itu, penelitian untuk melihat kinerja pertumbuhan ikan akibat perendaman dalam air tawar perlu dilakukan.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi perendaman dalam air tawar yang berbeda terhadap kinerja pertumbuhan ikan kerapu bebek
Cromileptes altivelis serta mengetahui frekuensi perendaman dalam air tawar optimum yang tidak menghambat pertumbuhan ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA