Perspektif-Perspektif Politik Luar Negeri .1 Model StrategikModel Rasional

suatu lat analisis analytical tool dapat memberikan alat untuk menetukan lingkungan eksternal yang relevan bagi para pembuat keputusan decision maker. Selain itu, konsep ini juga berfungsi sebagai alat untuk menghubungkan dua unit analisis yang lainnya yaitu negara dan sistem internasional. Sedangkan James N. Rosenau mengkategorikan faktor-faktorsumber sumber politik luar negeri melalui dua kontinum, yakni dengan cara menempatkan sumber-sumber itu pada kontinu waktu dan kontinu agregasi sitematik. 41 Kontinum waktu meliputi sumber-sumber yang cenderung bersifat mantap dan berlaku terus menerus dan tetap dan sumber-sumber yang dapat dipengaruhi oleh fluktuasi jarak pendek, dan sumber-sumber yang dapat berubah. Sumber-sumber utama yang menjadi input dalam perumusan kebijakan luar negeri, yaitu :  Sumber sistemik systemis source, merupakan sumber yang berasal dari lingkungan eksternal suatu negara. Sumber ini menjelaskan struktur hubungan di antara negara-negara besar, pola-pola aliansi yang terbentuk diantara negara- negara dan faktor situasional eksternal yang dapat berupa isu area atau krisis.  Sumber masyarakat societal source, merupakan sumber yang berasal dari lingkungan internal. Sumber ini mencakup faktor kebudayaan dan sejarah pembangunan ekonmi, struktur sosial dan perubahan opini public.  Sumber pemerintahan governmental source, merupakan sumber internal yang menjelaskan tentang pertanggungjawaban politik dan struktur dalam pemerintahan.  Sumber idiosentrik idiosyncratic source merupakan sumber internal yang melihat nilai-nilai pengalaman, bakat serta kepribadian elit politik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi, dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar negeri. 42 1.7.5 Perspektif-Perspektif Politik Luar Negeri 1.7.5.1 Model StrategikModel Rasional Asumsi dasar model ini yaitu bahwa negara-negara dapat dianggap sebagai aktor yang berupaya untuk memaksimalkan pencapaian tujuan mereka berdasarkan kalkulasi retional di dalam kancah politik global. 43 Lovel telah menyarankan adanya beberapa faktor utama yang mempengaruhi proses perumusan strategi kebijakan luar negeri suatu negara-bangsa lain, dan 41 James N.Rossenau, gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An Introduction. New York: The free Press, hlm.18 42 Ibid, hlm. 15 43 Lloyd Jensen.1982. Explaining Foreign Policy. New Jersey. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, hlm. 5 kapabilitas yang dimiliki oleh negara tersebut. Keempat faktor ini menentukan corak interaksi antar negara dalam perspektif strategi yang meliputi leadership strategy, confrontation strategy, accommodative strategy, dan concordance strategy. 44 Leadership strategy menunjukkan adanya posisi pengawasan melalui cara persuasi dan tawar-menawar daripada melalui cara kekerasan. Pada tipe strategi ini suatu negara menganggap kapabilitasnya superior dan strategi negara-negara bangsa lain mendukung. Concordance strategy merupakan kepentingan yang saling menguntungkan. Namun, menyadari bahwa kapabilitasnya relative rendah daripada negara A, maka para pembuat keputusan negara B akan berusaha untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan negara A dengan cara menghindari pembuatan kebijakan luar negeri yang dapat menimbulkan konflik dengan negara A, dan negara B akan bertingkah laku selaras dengan inisiatif-inisiatif negara A. Sementara itu, dalam atmosfir confrontation strategy, negara bangsa A akan mencoba untuk mempertajam isu-isu yang mengandung konflik kepentingan dengan negara B, dan memaksa negara B untuk memodifikasi negara A. Di lain pihak, dengan adanya pengakuan negara B terhadap superioritas kapabilitas negara A, maka diharapkan negara B akan mencoba untuk membuat strategi penyesuaian-penyesuaian accommodation strategy untuk menghindari konflik, meskiun adanya kemungkinan di waktu depan negara B akan menerapkan strategi konfrontasi ketika kapabilitas negara B meningkat. Model ini dikenal pula sebagai model strategi model aksi-reaksi yang digunakan para analis terutama para ahli sejarah diplomasi untuk menerapkan tiap respon sebagai suatu perhitungan rasional rational calculation untuk menghadapi tindakan yang dilakukan pihak lain. Kelemahan yang melekat pada model ini adalah asumsi mengenai perhitungan rasional dari para pembuat keputusan. Sering terjadi suatu keputusan yang rasional bagi seseorang namun belum tentu rasional bagi orang lain. Dalam banyak literature mengenai studi politik luar negeri, dijelaskan bahwa para pengambil keputusan akan bertindak rasional dengan mencoba menjelaskan keputusan dan tindakan yang diambilnya. Model inilah yang menjadi Politik Luar Negeri Bebas-Aktif Indonesia, dimana Mohammad Hatta mencoba menimbulkan pilihan yang rasional dengan melihat aspek-aspek faktor internal dan eksternal yang terjadi pada masa itu. Indonesia perlu untuk tetap menjalankan politik luar negeri yang rasional dan moderat dengan mengendalikan prinsip-prinsip kerjasama 44 John P. Lovel. 1970. Foreign Policy in Perspective: Strategy, Adaption, Decision Making. New York, Holt, Rinehart and Winston. Inc., 1970 internasional. Diplomasi Indonesia dijalankan dengan menjauhi sikap konfrontatif dan melaksanakan peranan aktif dalam diplomasi preventif serta penyelesaian konflik, hal ini berguna untuk membuat citra baik Indonesia di mata internasional. 1.8 Metodologi Penelitian 1.8.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian