Formulasi masalah HASIL DAN PEMBAHASAN

optimalisasi panjang kode optimal-N, dan sekaligus memformulasikan masalahnya: K n, d = maks { k kode [ n, k, d ] ada } N k, d = min { n kode [ n, k, d ] ada }. Berdasarkan formulasi umum problem di atas, pada penelitian ini didefinisikan kode optimal kuat strongly optimal codes beserta formulasi problem konstruksinya. Kode linear C dengan parameter [n, k, d] disebut optimal kuat jika kode linear-[n, k, d] ada dan telah berhasil dibuktikan bahwa kode linear [n+1, k+1, d] tidak ada. Sedangkan suatu kode disebut optimal –D jika kode linear [n, k, d] ada dan telah berhasil dibuktikan bahwa kode linear [n, k, d+1] tidak ada. Jika kode linear [n, k, d] ada dan telah berhasil dibuktikan bahwa kode linear [n-1, k, d] tidak ada maka disebut optimal-N. Selanjutnya jika kode linear [n, k, d] ada dan telah berhasil dibuktikan bahwa kode linear [n, k+1, d] tidak ada, maka kode tersebut disebut optimal –K.

2.6 Analisis Teori

Suatu matriks H berukuran yang semua barisnya merupakan suatu basis untuk disebut matriks cek paritas dari C. Pengertian matriks cek paritas ini berimplikasi pada pendefinisian kode linear berkaitan dengan cara konstruksinya, yaitu | H . Mengkonstruksi suatu kode berarti mendefinisikan matriks cek paritas H atau matriks generatornya G. Pada bagian ini akan dikaji beberapa teorema yang paling berperan untuk melandasi konstruksi H. Teorema 3.2.1 Jika H adalah matriks cek paritas dari suatu kode dengan panjang n, maka kode tersebut mempunyai dimensi n-r jika dan hanya jika ada r kolom dari H yang bebas linear tetapi tidak ada r + 1 kolom dari H yang bebas linear. Ini artinya r adalah rank dari H. Bukti Misalkan H adalah matriks cek paritas dari kode linear C dengan panjang n dan G adalah matriks generator untuk C. Maka C berdimensi n – r jika dan hanya jika rank G = n – r. karena G adalah basis dan banyaknya baris di G menunjukkan dimensi suatu kode. Karena G dan H saling orthogonal, maka rank G = n - r jika dan hanya jika rank H = r. Teorema 3.2.2 Jika H adalah matriks cek paritas dari suatu kode dengan panjang n, maka kode tersebut mempunyai jarak minimum d jika dan hanya jika setiap d - 1 kolom dari H yang bebas linear dan ada d kolom dari H yang tidak bebas linear. Bukti: Misalkan H adalah matriks cek paritas dari kode C dengan panjang n, maka kode tersebut berjarak minimum d jika dan hanya jika C berbobot minimum d jika dan hanya jika ada vektor v dengan wtv = d sehingga Hv T = 0 T dan untuk setiap w dengan wtw d jika dan hanya jika Hw T T jika Hw T = 0 T berarti w , maka akan terjadi kontradiksi karena wtw d jika dan hanya jika ada d kolom dari H yang tidak bebas linear dan setiap d – 1 kolom dari H yang bebas linear. Teorema 3.2.3 The Singleton Bound Jika C adalah kode dengan parameter [n, k, d], maka n – k d- 1. Bukti: Jika C kode dengan parameter [n, k, d], maka C mempunyai matriks paritas H berordo n – k n. Ini berarti rank H n – k, dan berdasarkan teorema 3.2.2, matriks H memiliki d – 1 kolom yang bebas linear, sehingga rank H = d – 1, maka n – k d- 1. Teorema 3.2.4 Teorema Gilbert-Varshamov bound Jika telah diketahui ada kode [ ] yang m 1 , maka ada dapat dikonstruksi kode dengan parameter [n+1, k+1, d]. n,k,d emenuhi ketaksamaan Bukti: Misalkan diketahui kode C memiliki parameter [n, k, d]. Berdasarkan teorema 3.2.2 ada matriks paritas H berordo n - k n ditulis H = c 1 c 2 … c n yang setiap d - 1 vektor dari { c 1 , c 2 , … c n } adalah bebas linear dalam ruang . Ide dasar pembuktian adalah jika ada vektor x yang bukan i kombinasi linear dari vektor-vektor kolom H untuk i = 1, 2,…, d – 2, maka