Skenario yang Menjadi Prioritas pada Peningkatan Hubungan antar Nelayan Skenario yang Menjadi Prioritas pada Penyelesaian Konflik antar Nelayan

188

6.6.4 Skenario yang Menjadi Prioritas pada Peningkatan Hubungan antar Nelayan

Skenario menjadi prioritas pada peningkatan hubungan antar nelayan menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas utama adalah perbaikan sistem informasi bagi masyarakat nelayan, kemudian pembangunan solidaritas antar nelayan Tabel 45. Pilhan terhadap skenario peningkatan sistem informasi pada masyarakat nelayan dengan bobot 0,607 tersebut sangat beralasan, mengingat selama ini kehidupan nelayan cenderung terisolir, kondisi ini ditunjukkan dengan minimnya masyarakat nelayan mengetahui tentang bagaimana upaya pemerintah dalam pembangunan perikanan. Di Kabupaten Bengkalis penyebaran informasi di tengah-tengah masyarakat nelayan belum berjalan sebagaimana baiknya. Pesan- pesan program pembangunan perikanan dari pemeritah daerah cenderung tidak tersampaikan dengan baik pada level masyarakat, karena tidak berjalannya program penyuluhan perikanan. Sehingga sebagian besar dari program-program di sektor perikanan tidak sepenuhnya dapat dirasakan sampai lapisan masyarakat nelayan paling bawah, dan cenderung hanya dinikmati oleh pihak-pihak tertentu saja. Sementara skenario yang menjadi prioritas kedua adalah bagaimana membangun solidaritas antar nelayan dengan bobot 0,393, hal ini dipilih apabila skenario pertama telah dapat dilaksanakan dengan baik. Dengan peningkatan sistem informasi secara tidak langsung pembangunan solidaritas antar nelayan akan berjalan dengan baik. Tabel 45 Skenario yang menjadi prioritas pada peningkatan hubungan antar nelayan Elemen Pada Hubungan antar Nelayan Bobot Prioritas Informasi 0,607 1 Pembangunan solidaritas antar nelayan 0,393 2 Sumber: Diolah dari hasil AHP

6.6.5 Skenario yang Menjadi Prioritas pada Penyelesaian Konflik antar Nelayan

Skenario pada penyelesaian konflik antar nelayan menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas utama adalah penertiban penggunaan jaring batu bottom gill net yang ada, kemudian yang menjadi prioritas kedua adalah pemberian bantuan jaring batu bottom gill net kepada nelayan tradisional Tabel 46. Dalam penyelasaian konflik antar nelayan adalah harus ada upaya penertiban jaring batu 189 bottom gill net yang ada yaitu dengan bobot 0,706. Konflik antara nelayan tradisional dengan nelayan pengguna jaring batu bottom gill net di Kabupaten Bengkalis selama ini belum terselesaikan dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya terjadi kasus konflik antara kedua kelompok nelayan tersebut. Ada dua alternatif yang diusulkan pemerintah Kabupaten Bengkalis dalam penyelesaian konflik antar nelayan, namun kenyataan di lapangan kedua alternatif tersebut belum bisa diterapkan karena kedua belah pihak sama-sama mempertahankan pendiriannya masing-masing bahwa mereka berada pada posisi yang paling benar. Di Kabupaten Bengkalis pengoperasian alat tangkap jaring batu tidak mendapat izin dari pemerintah daerah, namun kenyataan di lapangan pengoperasian alat tangkap ini tetap dilakukan tanpa ada tindakan tegas dari pemerintah daerah. Masyarakat nelayan tradisional enggan dengan adanya pengoperasian jaring batu pada wilayah perairan 0-12 mil dari Tanjung Jati sampai dengan Tanjung Sekodi, hal ini dikarenakan jaring batu bottom gill net dengan teknologi yang lebih modern lebih banyak mendapatkan hasil bila dibandingkan dengan alat tangkap nelayan tradisional. Sementara nelayan tradisional menjaga keberlanjutan dari sumberdaya perikanan tersebut dengan keraifan lokal. Bergejolaknya konflik berakibat tidak berjalannya secara efektif pembangunan di sektor perikanan. Penertiban penggunaan jaring batu bottom gill net yang diinginkan bukan dimaksud untuk melarang pengoperasiannya, namun pemerintah daerah harus melakukan pengaturan wilayah penangkapan ikan yang jelas antara nelayan tradisional dengan pihak nelayan pengguna jaring batu bottom gill net. Tabel 46 Skenario yang menjadi prioritas pada penyelesaian konflik antar nelayan Elemen Pada Konflik antar Nelayan Bobot Prioritas Penertiban penggunaan jarring batu yang ada 0,706 1 Pemberian bantuan jarring batu kepada nelayan tradisional 0,294 2 Sumber: Diolah dari hasil AHP Prioritas kedua adalah pemberian bantuan alat tangkap jaring batu bottom gill net kepada nelayan tradisional dengan bobot 0,294. Skenario ini dimaksud bagaimana pemerintah daerah mempunyai program untuk meningkatkan hasil produksi nelayan tradisional dengan penerapan teknologi penangkapan ikan yang 190 lebih maju. Namun pengoperasiannya yang diinginkan tetap ada suatu pengaturan wilayah penangkapan ikan yang jelas. Dengan diterapkan kedua skenario tersebut akan dapat meminimalkan konflik antara kedua kelompok nelayan yang selama ini tidak terselesaikan dengan baik. 6.6.6 Fasilitas-Fasilitas yang Menjadi Prioritas dalam Pembangunan Sarana dan Prasarana Fasilitas yang menjadi prioritas dalam pembangunan sarana dan prasarana menunjukkan bahwa pembangunan fasilitas nelayan menjadi prioritas utama, kemudian yang menjadi prioritas kedua adalah pembangunan fasilitas pemerintah Tabel 47. Tabel tersebut menunjukkan perlu peningkatan pembangunan fasilitas nelayan yaitu dengan bobot 0,648. Minimnya ketersediaan fasilitas bagi nelayan di Kabupaten Bengkalis sekarang mengakibatkan sumberdaya perikanan yang ada tidak dapat memberikan dampak yang berarti bagi masyarakat dan daerah. Kalaupun ada fasilitas-fasilitas nelayan dibangun namun pemanfaatannya kurang maksimal. Melihat kondisi ini, dan dipilihnya pembangunan fasilitas nelayan menjadi prioritas utama memang selayaknya diperhatikan. Karena tanpa adanya ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana bagi nelayan akan mengakibatkan nelayan tetap berada pada kondisi memprihatinkan. Tabel 47 Fasilitas yang menjadi prioritas dalam pembangunan sarana dan prasarana Elemen Pada Sarana Prasarana Bobot Prioritas Pemb. Fasilitas nelayan 0,648 1 Pemb. Fasilitas pemerintah 0,352 2 Sumber: Diolah dari hasil AHP Sedangkan pembangunan fasilitas pemerintah menjadi prioritas kedua dengan bobot 0,352, hal ini dimaksud adalah bagimana meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana yang ada untuk dapat kelola secara efisien. Di Kabupaten Bengkalis fasilitas sarana dan prasarana pemerintah di sektor perikanan sudah banyak dibangun, namun sarana dan prasarana ini realitas di lapangan hanya sekedar dibangun tanpa adanya pengelolaan yang baik, sehingga menyebabkan sarana dan parasarana yang ada tersebut tidak dapat memberikan manfaat yang sebagaimana fungsinya. Untuk itu ke depan perlu ada pengelolaan yang lebih baik 191 pada fasilitas sarana dan prasarana yang ada sehingga pengelolaan sumberdaya perikanan ke depan dapat dilaksanakan secara tepat. 6.6.7 Skenario yang Menjadi Prioritas pada Pembangunan Fasilitas Nelayan Skenario yang menjadi prioritas pada pembangunan fasilitas nelayan menunjukkan bahwa pembangunan Tempat Pelelangan Ikan TPI menjadi prioritas utama, dan pembangunan pelabuhan perikanan menjadi prioritas kedua Tabel 48. Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan TPI pada pembangunan fasilitas nelayan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan merupakan prioritas utama dengan bobot 0,700 pilihan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pilihan terhadap pembangunan hanya sebatas pelabuhan perikanan dengan bobot 0,300. Hal ini merupakan pilihan yang benar-benar menjawab kebutuhan yang paling diinginkan nelayan saat ini. Kabupaten Bengkalis yang pada umumnya merupakan wilayah pesisir dan berhadapan langsung dengan Selat Malaka mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan sektor perikanan, sampai saat ini belum ada satupun tersedianya TPI. Kondisi ini mengakibatkan hasil-hasil tangkapan ikan tidak dapat dikelola dengan baik dari segi pemasarannya, tidak jelasnya harga baku pemasaran hasil perikanan, serta banyaknya terjadi pemasaran ikan secara ilegal. Tabel 48 Skenario yang menjadi prioritas pada pembangunan fasilitas nelayan Elemen Pada Pemb. Fasilitas Nelayan Bobot Prioritas Pemb. Pelabuhan perikanan 0,300 2 Pemb. Tempat pelalangan ikan 0,700 1 Sumber: Diolah dari hasil AHP Dengan dibangunnya TPI yang merupakan pusat dari kegiatan sektor perikanan, maka permasalahan selama ini dihadapi akan dapat diatasi dan dapat terkelola dengan baik. Disamping itu juga dengan pembangunan fasilitas tersebut nelayan yang selama ini selalu pada kondisi tertekan, karena ketergantungan dengan pengusaha yang sangat kuat dalam bentuk pinjaman modal dan pemasaran hasil perikanan, yang cenderung dimonopoli oleh pihak pengusaha. Sehingga harga hasil perikanan yang selama ini hanya ditentukan sepihak akan dapat diatasi dengan cepat. 192

6.6.8 Elemen-Elemen yang Menjadi Prioritas pada Aspek Partisipasi Masyarakat