87
6.1.2 Penentuan Lokasi Sasaran Proyek
Berdasarkan persyaratan dan kriteria dalam penentuan lokasi proyek, yang menjadi suatu kriteria utama dalam penentuan lokasi proyek adalah wilayah
pesisir. Sesuai dengan hasil survey yang dilakukan oleh tim ADB dan pihak pemerintah Indonesia yang dalam hal ini melalui Direktorat Jenderal Perikanan
pada tahun 1998, bahwa desa-desa yang menjadi sasaran atau binaan dari Co-Fish Project
di Kabupaten Bengkalis meliputi Kecamatan Bengkalis terdiri dari tiga desa antara lain: Meskom, Penampi, Tameran. Serta lima desa pada Kecamatan
Bantan antara lain: Jangkang, Selatbaru, Bantan Air, Muntai, dan Teluk Pambang, sesuai dengan kriteria penentuan lokasi semua desa-desa tersebut merupakan
wilayah pesisir. Berdasarkan laporan awal pra pelaksanaan Co-Fish Project pada tahun
1998 tentang keadaan awal desa yang menjadi sasaran, pada umumnya komitmen sosial dan masyarakat untuk menjadi sasaran Co-Fish Project sangat mendukung
dan antusias serta siap menjadi peserta dengan berpartisipasi aktif diberbagai aktivitas dari Co-Fish Project. Disamping itu juga, lokasi dimana Co-Fish Project
dilaksanakan merupakan desa-desa terisolir dan tidak menjadi sasaran program inpres binaan desa tertinggal. Kondisi ini dipandang sesuai dengan persyaratan
dari Co-Fish Project, dimana salah satu syarat penentuan lokasi sasaran proyek. Dimana desa yang akan dilaksanakan Co-Fish Project merupakan desa tertinggal
dan belum pernah menjadi sasaran program Inpres desa tertinggal oleh pemerintah.
6.1.3 Penentuan Masyarakat Sasaran Proyek
Dalam menentukan masyarakat yang akan menjadi sasaran dari proyek yang dilaksanakan, didasarkan pada persyaratan dan tujuan yang telah digariskan
pada pedoman administrasi proyek, maka kriteria utama penentuan masyarakat adalah masyarakat pesisir yang mata pencahariannya sebagai nelayan.
Nelayan sasaran proyek adalah nelayan yang berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Co-Fish Project. Dalam hal ini pemilihan
masyarakat yang menjadi penerima proyek adalah berdasarkan atas koordinasi Co-Fish Project
dengan pihak pemerintahan desa serta dibantu oleh konsultan
88 pelaksana proyek. Secara lebih jelas, konsep Co-Fish Project dalam penentuan
sasaran penerima proyek di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 7.
6.1.4 Institusi
Co-Fish Project
Co-Fish Project dalam pelaksanaannya melibatkan instansi di tingkat
pusat, provinsi, dan kabupaten dimana tempat pelaksanaan proyek serta desa-desa sasaran. Secara nasional, proyek dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal
Perikanan Republik Indonesia dengan membentuk komisi koordinasi proyek. Pada tingkat provinsi dikoordinasikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi,
pada tingkat kabupaten dikoordinasikan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten yang bekerjasama dengan dinas lain serta membentuk unit pelaksana
PIU pimbagpro kabupaten. Struktur organisasi Co-Fish Project dapat dilihat pada Gambar 8.
Lokasi Co-Fish Project
Sasaran
Masyarakat
Laporan pra proyek
Masyarakat nelayan
tradisional WilayahDesa
pesisir
- Miskin - Tertinggal
- Punya komitmen - Terisolir
- Prasarana Terbatas
Gambar 7 Konsep Co-Fish Project dalam penentuan sasaran di Kabupaten Bengkalis.
Sumber: Co-Fish Project 1998 Pelaksanaan proyek
89
Unit pelaksana proyek PIU pimbagpro kabupaten yang dalam keorganisasian proyek terdapat dua bidang yang meliputi operasional dan
administrasi keuangan. Bidang operasional dalam memperlancar pelaksanaan proyek dibentuk beberapa koordinator yang meliputi: pengelolaan kawasan
pelestarian alam, pengembangan kelembagaan, pengelolaan keanekaragaman hayati serta pengembangan usaha ekonomi. Sedangkan pada bidang administrasi
dan keuangan dibentuk bagian urusan administrasi dan logistik serta bidang program dan evaluasi. Untuk mendampingi masyarakat di tingkat desa sasaran,
proyek bekerjasama dengan Lembaga swadaya masyarakat LSM. Struktur organisasi Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 9.
Komisi Koordinasi Proyek Direktorat Jenderal
Perikanan Badan Pelaksana
Kantor Koordinasi Proyek Manajer koordinator
Unit Pelaksana Proyek PIU Pimbagro Kabupaten
Gambar 8. Struktur organisasi Co-Fish Project.
Direktorat Bina Program Direktorat Lain
Direktorat Lain
Dinas Perikanan Provinsi Supervisor Proyek
Komisi Penasehat Proyek
Dinas Perikanan Kabupaten
Dinas Lain
Tingkat Pusat
Tingkat Provinsi
Tingkat Kabupaten
Sumber: Co-Fish Project 2005
90
6.1.5 Pendanaan
Co-Fish Project
Dalam pelaksanaan suatu proyek tidak bisa terlepas dari dana, yang digunakan untuk memperlancar segala program agar tercapai tujuannya. Pada
pelaksanaanya di Kabupaten Bengkalis dari tahun 1998-2005, Co-Fish Project dibiayai dengan menggunakan dana pinjaman luar negeri loan yaitu dana
pinjaman dari Bank pembangunan asia Asian Development Bank atau yang disebut ADB, serta dana yang bersumber dari Anggaran pembangunan belanja
negara APBN. Sampai akhir pelaksanaannya di Kabupaten Bengkalis, telah menghabiskan dana sebesar 34 milyar rupiah lebih Tabel 20.
Pel. Harian Atasan Langsung
Assisten Operasional Pemimpin Bagian Proyek
Atasan Langsung
Bendahara
Koordinator Pengelolaan
Kawasan Pelestarian Alam
Koordinator Pengembangan
Usaha Ekonomi Koordinator
Pengelolaan Keanekaragaman
Hayati Koordinator
Pengembangan Kelembagaan
Assisten Adm Keuangan
Urusan ADM dan Logistik
Bidang Program dan Evaluasi
Gambar 9 Struktur organisasi Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis.
Sumber: Co-Fish Project 2005
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
91 Tabel 20 Daftar anggaran pinjaman luar negeri ADB dan dana APBN tahun
1998-2005 pada pelaksanaan Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis
Tahun Anggaran Alokasi Dana
19981999 1.181.026.000,- 19992000 851.107.000,-
2000 2.928.535.000,-
2001 5.293.011.000,-
2002 4.577.290.000,-
2003 10.186.941.000,-
2004 8.577.055.000,-
2005 623.833.000,-
Jumlah 34.218.798.000,-
Sumber: Co-Fish Project 2005
Selain dana di atas, untuk melihat perbandingan banyaknya dana yang diserap pada pelaksanaan Co-Fish Project dengan dana Anggaran pembangunan
dan belanja daerah APBD Kabupaten Bengkalis pada sektor perikanan, juga disajikan rincian anggaran pendanaan pemerintah Kabupaten Bengkalis dalam
pembangunan sektor perikanan selama tahun 2000-2004 pada tiga belas kecamatan di Kabupaten Bengkalis, tidak terkecuali dua kecamatan sasaran Co-
Fish Project Kecamatan Bengkalis dan Bantan. Dimana dana yang terserap yaitu
sebesar 38 milyar rupiah lebih Tabel 21. Dari alokasi pendanaan di tersebut, dari pelaksanaan Co-Fish Project dari tahun 1998-2005 dan ditambah dana
pembangunan pada sektor perikanan dari tahun 2000-2004 maka total pembiayaan pada pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis mencapai 72
milyar rupiah lebih. Tabel 21 Alokasi dana pembangunan di sektor perikanan pada APBD Kabupaten
Bengkalis dari tahun 2000-2004
Tahun Anggaran Alokasi Dana
2000 1.318.030.000,-
2001 9.526.750.000,-
2002 9.891.707.000,-
2003 6.149.474.750,-
2004 11.827.000.000,-
Jumlah 38.712.961.750,-
anggaran tidak termasuk belanja rutin dan anggaran tahun 2005
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bengkalis 2006
6.1.6 Program
Co-Fish Project dalam Meningkatkan Kondisi Sosial- Ekonomi Masyarakat Nelayan
92 Selama pelaksanaannya di Kabupaten Bengkalis, Co-Fish Project dalam
memenuhi serta menjawab permasalahan sosial-ekonomi yang ada pada masyarakat sasaran, serta disesuaikan dengan tujuan dan komponen dari proyek,
secara garis besar pelaksanaan Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis terdiri dari empat program. Adapun program-program yang dimaksud sebagai berikut:
1 Pembangunan kelembagaan, 2 Pelatihan dan pembinaan, 3 Pembangunan sarana dan Prasarana, dan 4 Pengelolaan lingkungan. Secara lebih terperinci
program-program Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis dalam upaya meningkatkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat dapat dijelaskan sebagai
berikut. 6.1.6.1 Pembangunan Kelembagaan
Pembangunan kelembagaan nelayan merupakan salah satu program utama pada pelaksanaan Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis. Pembangunan
kelembagaan dimaksud membentuk kelompok-kelompok usaha alternatif, dengan tujuan untuk memperkecil ketergantungan nelayan terhadap sektor perikanan
tangkap. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Co-Fish Project dalam program pembangunan kelembagaan pada masyarakat sasaran dalam bentuk sebagai
berikut: 1 Kelompok usaha bersama KUB, 2 Perkoperasian nelayan, serta 3 Kelompok industri rumah tangga yang merupakan pencaharian tambahan bagi
anggota keluarga nelayan. Namun yang benar-benar terlaksana hanya dalam bentuk KUB, sedangkan dua kegiatan lain yaitu perkoperasian dan kelompok
industri rumah tangga tidak begitu digalakkan. Secara lebih jelas, usaha Co-Fish Project
dalam pembangunan kelembagaan sebagai mata pencaharian alternatif dapat bagi masyarakat nelayan dapat dilihat pada Gambar 10.
Dalam penerapannya di lapangan, pada pelaksanaan pembangunan kelembagaan ini melalui berbagai langkah. Pertama melalui pembentukan
kelompok-kelompok nelayan, dan kedua pembinaan dan latihan, serta pendampingan. Selama pelaksanaan Co-Fish Project, tidak semua masyarakat
tergabung dalam kelompok baik itu dalam bentuk KUB dan perkoperasian. Walaupun ada kelembagaan pada masyarakat, keberadaannya sangatlah minim.
Namun kelompok-kelompok yang sudah ada tersebut tetap mendapat pembinaan dan pemberian bantuan dari proyek. Sedangkan bagi masyarakat nelayan yang
93 belum membentuk atau tergabung dalam suatu kelompok tetapi mempunyai
komitmen yang kuat maka dilakukan pembinaan dalam bentuk pengarahan pendidikan dan latihan, kemudian dilanjutkan dengan pemberian bantuan dalam
bentuk permodalan dan alat produksi. Usaha-usaha yang dilakukan dalam pembangunan kelembagaan kelompok mengikuti karakteristik daerah dan
menjadi kebutuhan masyarakat nelayan.
Didalam program pembangunan kelembagaan, Co-Fish Project dibantu
oleh lembaga pendamping LSM yang ikut secara bersama-sama melakukan pembinaan, pendidikan dan latihan terhadap nelayan sasaran. Pencapaian tujuan
akhir dari pembangunan kelembagaan yaitu bagaimana masyarakat nelayan dapat terhindar dari tekanan pada sektor perikanan tangkap, dengan jalan penciptaan
mata pencaharian alternatif. Untuk mencapai tujuan akhir tersebut, dilakukan suatu proses dalam pembangunan kelembagaan, yaitu merubah perilaku para
nelayan dan keluarga yang kesehariannya telah membudaya ketergantungannya terhadap sektor perikanan tangkap. Untuk menjawab permasalahan tersebut, Co-
Fish Project melakukan beberapa langkah yaitu dalam bentuk menggali potensi,
pendampingan serta pembinaan dan pemberian bantuan Gambar 11.
Co-Fish Project
Pembangunan kelembagaan
Mengurangi ketergantungan
dari usaha penangkapan
dengan cara penciptaan mata
pencaharian alternatif
KUB Koperasi
Industri rumah tangga
upaya
Gambar 10 Usaha Co-Fish Project dalam pembangunan kelembagaan sebagai mata pencaharian alternatif di Kabupaten Bengkalis.
Sumber: Co-Fish Project 2005
94
Selama keberadaan Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis, ditunjukkan banyak berdiri kelompok-kelompok masyarakat nelayan untuk melakukan usaha
selain dari sektor perikanan tangkap. Kelompok-kelompok yang terbentuk selama keberadaan Co-Fish Project berjumlah 22 kelompok dengan jenis usaha beraneka
ragam Tabel 22.
Mata Pencaharian
Alternatif Merubah
Prilaku Menggali
potensi - Pendampingan
- Pembinaan
Individu yang ingin melakukan
- Pendampingan -Pembinaan
Dibentuk Kelompok
- Pendampingan - Pembinaan
- Bantuan Co-Fish Project
LSM Pendamping
Gambar 11 Sistem pembangunan kelembagaan masyarakat yang dilakukan oleh Co-Fish Project
di Kabupaten Bengkalis.
Sumber: Co-Fish Project 2005
95 Tabel 22 Kelompok usaha bersama KUB binaan Co-Fish Project di Kabupaten
Bengkalis
No Tahun
Berdiri Nama dan Alamat KUB
Jumlah Anggota Jenis Usaha
1 2001 Camar Putih
Desa Meskom Kec. Bengkalis 9 orang
1 Kerupuk ikan 2 Kerupuk inter
2 2000 Karya Mandiri
Desa Meskom Kec. Bengkalis 32 orang
1 Terasi pasta 2 Terasi bubuk
3 2003 Mekar
Desa Penampi Kec. Bengkalis 6 orang
Kerupuk saguudang 4 2003
Sejahtera Desa Penampi Kec. Bengkalis
8 orang Manisan kelapa
5 2004 Makmur
Desa Penampi Kec. Bengkalis 12 orang
1 Presto ikan 2 Kerupuk ubi
6 2003 Gembira
Desa Penampi Kec. Bengkalis 8 orang
1 Ikan asin lomek 2 Ikan asin pari
7 2004 Harapan Nelayan
Desa Penampi Kec Bengkalis 6 orang
Peresto ikan 8 2002
Surya Darma Desa Penampi Kec Bengkalis
10 orang Kerupuk ikan
9 2002 Saroja
Desa Tameran Kec. Bengkalis 12 orang
1 Kerupuk ikan 2 Dendeng ikan
10 2003 Melati
Desa Tameran Kec. Bengkalis 13 orang
1 Kerupuk udang popey 2 Dendeng ikan
3 Otak-otak 11 2003
Usaha Bhakti Wanita Desa Pambang Kec. Bantan
11 orang Kerupuk ikan
12 2003 Pantai Madani
Desa Pambang Kec. Bantan 42 orang
Penyaluran BBM
13 2003 Sumber Rezeki
Desa Pambang Kec. Bantan 10 orang
1 Pengolahan manisan pepaya
2 Presto ikan 3 Otak-otak
4 Pembuatan sagu lemak 5 Pembuatan sagu
rendang 14 2003
Camar Laut Desa Pambang Kec. Bantan
17 orang Penggilingan kopi
15 2001 Bunga Desa
Desa Pambang Kec. Bantan 20 orang
1 Kerupuk ikan 2 Telur asin
16 2004 Belukap Prabot
Desa Pambang Kec. Bantan 10 orang
Perabotan dan pertukangan
17 2003 Karya Cipta
Desa Pambang Kec. Bantan 11 orang
Pengeringan ikan pari 18 2003
Sedia Menanti Desa Muntai Kec. Bantan
7 orang Jamu tradisional
19 2003 Muda Bestari Desa
Muntai Kec. Bantan 10 orang
Pengolahan saguubi 20 2003
Bina Baru Desa Selatbaru Kec. Bantan
12 orang Penyaluran BBM solar
21 2002 Mekar Sehati
Desa Selatbaru Kec. Bantan 9 orang
Kerupuk ikan 22 2002
Mekar Serumpun Desa Selatbaru Kec. Bantan
10 orang Kerupuk ikan
Sumber: Co-Fish Project 2005
96
6.1.6.2 Pelatihan dan Pembinaan
Selain dari pembangunan kelembagaan, pelatihan dan pembinaan terhadap masyarakat juga merupakan salah satu bagian dari program pada pelaksanaan Co-
Fish Project di Kabupaten Bengkalis. Program ini merupakan satu keterpaduan
dengan pembangunan kelembagaan, yang mempunyai maksud bahwa masyarakat yang mendapat program ini adalah masyarakat yang telah tergabung kedalam
Kelompok usaha bersama KUB, dan ditambah dengan stakeholderaparat pemerintahan desa. Secara lebih jelas sistem pelatihan dan pembinaan masyarakat
yang dilaksanakan oleh Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 12. Dari Gambar tersebut, ada dua sasaran dari Co-Fish Project
dalam program pelatihan dan pembinaan, pertama dimaksud untuk mendampingi, membina dan memberikan pelatihan kepada masyarakat yang tergabung dalam
berbagai kelompok usaha yang ada. Dengan cara ini diharapkan anggota kelompok timbul suatu perbaikan wawasan tentang bagaimana penciptaan mata
pencaharian alternatif selain dari sektor perikanan tangkap.
Co-Fish Project Program pelatihan, dan
pembinaan
Peningkatan wawasan masyarakat nelayan
Anggota kelompok
Stakeholder Aparat desa
Peningkatan wawasan untuk dikembangkan
kepada masyarakat Peningkatan wawasan
keterampilan anggota kelompok
Gambar 12 Sistem pelatihan dan pembinaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Co-Fish Project
di Kabupaten Bengkalis.
Dapat dikembang
disosialisa sikan
Sumber: Co-Fish Project 2005
97 Kedua, program ini juga dilakukan terhadap stakeholderaparat desa
dengan tujuan agar nantinya dapat dikembangkan kepada masyarakat secara luas. Dengan sistem seperti ini diharapkan wawasan masyarakat terutama nelayan dapat
meningkat. Kegiatan Co-Fish Project dalam bentuk pelatihan di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23 Kegiatan Co-Fish Project pada program pelatihan di Kabupaten Bengkalis
No Jenis Kegiatan
Tujuan 1
Pelatihan sanitasi Peningkatan kesehatan nelayan
2 Pelatihan penanganan
ikan segar Peningkatan kemampuan nelayan dalam penanganan ikan
segar 3 Konsolidasi
Stakeholder Peningkatan kemampuan pengelolaan sumberdaya perikanan
4 Pelatihan partisipasi
masyarakat nelayan dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan Penglibatan masyarakat dalam mengelola sumberdaya
perikanan
5 Pelatihan pengelolaan
kredit Peningkatan pengetahuan nelayan dalam usaha
6 Studi banding
Peningkatan wawasan nelayan tentang pengelolaan wilayah pesisir
7 Pelatihan sistem
pengawasan masyarakat dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan Peningkatan kemampuan pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan wilayah pesisir
8 Temu usaha nelayan
Peningkatan pengelolaan usaha perikanan 9
Demonstrasi tambak ramah lingkungan
Pengelolaan usaha tambak yang ramah lingkungan 10
Demonstrasi penggelodongan ikan
kakap putih Peningkatan kemampuan pembudidayaan ikan kakap putih
11 Pelatihan operasional
GIS Peningkatan pengelolaan lingkungan
12 Worksop pengelolaan
sumberdaya perikanan Peningkatan pengelolaan sumberdaya perikanan
Sumber: Co-Fish Project 2005
Disamping kegiatan yang dilakukan dalam bentuk pelatihan seperti pada penjelasan di atas, Co-Fish Project juga melakukan program pembinaan terhadap
masyarakat sasaran. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam program pembinaan terhadap masyarakat dapat dilihat pada Tabel 24 sebagai berikut.
Tabel 24 Kegiatan Co-Fish Project pada program pembinaan terhadap masyarakat
No Kegiatan Tujuan
1 Community Development
Pengelolaan dan
pembangunan masyarakat nelayan
2 Pengelolaan keanekaragaman hayati
Pembinaan pengelolaan lingkungan
98
3 Pendampingan kegiatan masyarakat
Pembinaan dan pemantauan aktivitas nelayan
Sumber: Co-Fish Project 2005
6.1.6.3 Pembangunan dan Perbaikan Sarana Prasarana
Usaha lain yang dilakukan Co-Fish Project selama pelaksanaannya di Kabupaten Bengkalis adalah program pembangunan dan perbaikan sarana
prasarana dasar bagi masyarakat nelayan. Pembangunan sarana prasarana yang dilakukan berupa pembangunan dan perbaikan sarana prasarana desa serta
pemberian bantuan yang manfaatnya langsung dapat diterima nelayan, dengan tujuan peningkatan kualitas ikan sebelum dipasarkan. Untuk mengetahui alur dari
distribusi kegiatan Co-Fish Project pada program pembangunan dan perbaikan sarana prasarana di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 13.
Dengan melakukan pembangunan, perbaikan dan bantuan sarana prasarana, diharapkan masyarakat desa yang butuh akan sarana prasarana dasar
dapat terpenuhi serta dapat memanfaatkannya, dan secara lebih jauh dengan program tersebut diharapkan perekonomian masyarakat dapat meningkat.
Sumber: Co-Fish Project 2005 Co-Fish Project
Program pembangunan
perbaikan sarana dan prasarana
Masyarakat Desa sasaran
Butuh sarana prasarana dasar
Pemerintah DesaStakeholder
Pembangunan sarana prasarana
1. Terpenuhi kebutuhan masyarakat sasaran akan
sarana prasarana dasar 2. Menjaga kualitas ikan
Dapat dimanfaatkan
Gambar 13 Co-Fish Project pada program pembangunan dan perbaikan sarana prasarana di Kabupaten Bengkalis.
99 Kegiatan Co-Fish Project dalam program pembangunan dan perbaikan
sarana prasarana di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Kegiatan Co-Fish Project pada program pembangunan dan perbaikan
sarana prasarana di Kabupaten Bengkalis
No Lokasi Desa
Jenis Kegiatan Volume
1 Meskom 1. Pembuatan Penampungan Air Hujan PAH
8 Unit 2. Pembangunan Pelabuhan Pendaratan Ikan
3,6 x 2,5 m 3. Bantuan Cold Box
66 Unit 4. Pembangunan Jembatan Desa
1 Unit 5. Bantuan Mesin Pembuatan Tepung Ikan
1 unit 6. Pabrik Es Mini
1 Unit 7. Bantuan Sumur Bor
1 Unit 2 Penampi
1. Pembuatan Penampungan Air Hujan PAH 9 Unit
2. Seminisasi Jalan Desa 235 x 2,5 M
3. Normalisasi KanalSungai 700 x 8 m
4. Pembangunan Balai Pertemuan Nelayan 900 m
2
5. Pembangunan Sumur Bor 1 Unit
6. Pabrik Es Mini 1 Unit
3 Tameran 1. Pembuatan Penampungan Air Hujan PAH
7 Unit 2. Bantuan Cold Box
30 Unit 3. Pembangunan Sumur Bor
1 Unit 4 Selatbaru
1. Pembuatan Penampungan Air Hujan PAH 5 Unit
2. Pembangunan Sumur Bor 1 Unit
3. Bantuan Cold Box 40 Unit
4. Seminisasi Jalan Desa 843 x 2,5 m
5. Pabrik Es Mini 1 Unit
5 Jangkang 1. Pembuatan Penampungan Air Hujan PAH
9 Unit 2. Semenisasi Jalan Desa
943 x 2,5 m 3. Normalisasi KanalSungai
300 x 8 m 4. Pembangunan Balai Pertemuan Nelayan
1 Unit 5. Bantuan Cold Box
89 Unit 6. Pembangunan Sumur Bor
1 Unit 6 Bantan
Air 1.Pembangunan Penampungan Air Hujan PAH
10 Unit 2. Pembangunan Sumur Bor
1 unit 3. Bantuan Cold Box
13 Unit 7 Muntai
1.Pembangunan Penampungan Air Hujan PAH 6 unit
2. Pembangunan Jembatan Desa 2 Unit
3. Normalisasi KanalSungai 300 x 8 m
4. Pembangunan Sumur Bor 1 Unit
5. Bantuan Cold Box 70 Unit
8 Tl. Pambang
1.Pembangunan Penampungan Air Hujan PAH 7 Unit
2. Pembangunan Balai Pertemuan Nelayan 1 Unit
3. Semenisasi Jalan Desa 1125 x 2,5 m
4. Bantuan Cold Box 44 Unit
9 Kab. Bengkalis
Kapal Patroli Perikanan 1 Unit
Sumber: Co-Fish Project 2005 dan Survey 2006
Sedangkan bantuan yang manfaatnya dapat secara langsung diterima masyarakat nelayan perikanan tangkap dalam bentuk kotak es cold box. Bantuan
ini sekaligus merupakan salah satu bagian yang dilakukan Co-Fish Project dipandang menyentuh langsung pada sektor perikanan tangkap yang sebagian
besar merupakan mata pencaharian masyarakat sasaran. Secara lebih jelas, alur
100 distribusi paket bantuan cold box bagi masyarakat nelayan sektor perikanan
tangkap dapat dilihat pada Gambar 14.
Dalam pelaksanaannya, nelayan yang menerima bantuan cold box untuk
adalah nelayan yang sudah tergabung dalam kelompok-kelompok, sedangkan yang tidak tergabung dalam kelompok tidak mendapatkan bantuan dari program
yang ada. Dalam mendistribusikan bantuan, Co-Fish Project bekerjasama dengan stakeholder
ketua kelompok yang ada pada masing-masing desa. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pendataan dalam pemberian bantuan pada
tingkat sasaran. Masing-masing anggota kelompok mendapatkan satu buah cold box. Kelompok nelayan perikanan tangkap yang mendapat bantuan dari Co-Fish
Project di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 26.
Paket bantuan Cold Box
Pengarahan penampungan
aspirasi anggota Co-Fish
Project
Agar dapat dimanfaatkan
sesuai kebutuhan Stakeholder
ketua nelayan
Gambar 14 Alur distribusi paket bantuan cold box bagi masyarakat nelayan sektor perikanan tangkap.
Program peningkatan
pendapatan nelayan tangkap
AnggotaNelayan
Sumber: Co-Fish Project 2005 dan Survey 2006 Menjaga kualitas
ikan
Terima bantuan
101
Tabel 26 Kelompok nelayan perikanan tangkap yang mendapat bantuan cold box dari Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis
No Desa
Nama Kelompok 1 Meskom
Karya Jaya
2 Meskom KUD
Pelita Masa
3 Penampi
Nelayan Dusun Kelebuk 4 Penampi
Putra Nelayan
5 Penampi Makmur
6 Selatbaru KUD
Nelayan Selatbaru
7 Muntai Tani
Nelayan I
8 Muntai Tani
Nelayan II
9 Muntai Senangin
10 Bantan Air
Ondan I 11
Bantan Air Ondan II
12 Bantan Air
Ondan III 13
Pambang KUD Mina Darma Putra
14 Pambang Pantai
Madani 16 Pambang
Camar Laut
17 Jangkang Penampar
18 Jangkang Deluk
19 Jangkang Parit
Tiung 20 Jangkang
Suku Asli
Sumber: Co-Fish Project 2005
6.1.6.4 Pengelolaan Lingkungan
Seperti halnya program-program yang lain, pengelolaan lingkungan juga merupakan salah satu bagian dari program Co-Fish Project. Jadi disamping
mengurangi tekanan terhadap sektor perikanan tangkap dalam waktu bersamaan kondisi lingkungan perikanan juga dikelola kelestariannya. Program ini dilakukan
karena dilatarbelakangi bahwa di Kabupaten Bengkalis terutama desa sasaran telah terjadi pengurangan hutan mangrove yang disebabkan oleh aktivitas
masyarakat untuk kebutuhan kayu bakar serta usaha lainnya. Kegiatan yang dilakukan Co-Fish Project dalam program pengelolaan
lingkungan ini terdiri dua kegiatan yang meliputi penanaman mangrove, serta membuat kawasan pelestarian mangrove. Selama pelaksanaannya, dalam program
ini Co-Fish Project membentuk kelompok-kelompok konservasi lingkungan pada masyarakat sasaran. Kelompok-kelompok konservasi lingkungan yang dibentuk
adalah masyarakat yang pada umumnya melakukan usaha sehari-sehari bekerja
102 sebagai penebang mangrove. Kelompok masyarakat ini diberi latihan, dibina serta
bantuan dalam menjaga kelestarian lingkungan Gambar 15.
Secara lebih jelas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam program pengelolaan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27 Kegiatan Co-Fish Project dalam program pengelolaan lingkungan
No Lokasi Jenis Kegiatan
Volume 1 Penampi
Penataan Fish Sanctuary
1 Paket
2 Tl. Pambang
Penataan Fish Sanctuary
1 Paket 3 Selatbaru
Penataan Fish Sanctuary 1 Paket
Penanaman Mangrove 25 Ha 54.217 Batang
4 Meskom Penataan Fish Sanctuary
1 Paket 5 Bantan
Air Penataan Fish Sanctuary 1
Paket Penanaman Mangrove
25 Ha 54.217 Batang 6 Muntai
Penataan Fish Sanctuary 1 Paket
Penanaman Mangrove 25 Ha 54.217 Batang
Sumber: Co-Fish Project 2004
Konservasi mangrove
Pengarahan penampungan
aspirasi masyarakat
Co-Fish Project Program
pengelolaan lingkungan
Pendaftaran pembentukan kelompok
Stakeholder
Gambar 15 Alur distribusi pemberdayaan masyarakat dalam menjaga konservasi lingkungan yang dilaksanakan oleh Co-Fish Project
di Kabupaten Bengkalis.
pelatihan pembinaanbantuan
1. Pelestarian magrove 2. Penanaman mangrove
Menjaga kelestarian Lingkungan
mangrove
Sumber : Co-Fish Project 2005 kerjasama
103 Sementara kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dalam
program pengelolaan lingkungan dari Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28 Kelompok-kelompok masyarakat sasaran binaan pada program pengelolaan lingkungan dari Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis
No Desa
Nama Kelompok 1 Pambang
Camar Laut
2 Pambang Tunas
Muda 3 Pambang
Tunas Mekar
4 Pambang Tunas
Harapan 5
Jangkang Suku Asli
6 Kec. Bantan
SNKB
Sumber: Co-Fish Project 2005
6.1.7 Partisipasi Sasaran dalam Co-Fish Project
Partisipasi sasaran yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah partisipasi masyarakat sasaran dan pemerintahan desa selama Co-Fish Project.
6.1.7.1 Partisipasi Masyarakat Sasaran Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang berbasis komunitas, agar
pelaksanaannya lebih terarah dan tepat sasaran, menurut Murdiyanto 2004 diperlukan partisipasi aktif dari masyarakat nelayan. Partisipasi diperlukan mulai
dari proses menganalisis situasi, penentuan masalah, membuat rencana pengelolaan, pelaksanaan dan implementasi dari rencana yang disusun, serta
memonitor dan mengevaluasi hasil dan dampak dari tindakan yang dilakukan serta membuat revisi berdasarkan strategi dan kebijaksanaan yang lebih baik.
Sehubungan dari pendapat di atas, ditinjau dari konsep proyek, Co-Fish Project
merupakan pengelolaan sumberdaya perikanan dengan menitikberatkan prinsip-prinsip partisipatif dari masyarakat. Yaitu menghendaki adanya
keterlibatan aktif dari masyarakat dalam keseluruhan program yang ada. Mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan dilanjutkan menjaga
keberlanjutan program secara berkesinambungan. Oleh sebab itu, pada pembahasan ini dilihat bagaimana partisipasi masyarakat sasaran dalam bentuk
hubungan yang terjadi dengan pihak proyek. Partisipasi meliputi proses
104 keikutsertaan masyarakat dalam sosialisasi program, latar belakang pembentukan
kelompok-kelompok binaan, keikutsertaan dalam mendapatkan pelatihan dan pendampingan. Serta keterlibatan masyarakat sasaran dalam pengawasan proyek
Tabel 29. Dari kondisi yang ada, pada proses sosialisasi program, menunjukkan
sebagian besar masyarakat sasaran tidak terlibat pada proses tersebut 90, hanya sebagian kecil saja adanya keterlibatan dari masyarakat sasaran pada
sosialisasi program 10. Rendahnya keterlibatan masyarakat sasaran dalam proses sosialisasi program yang ada juga dijelaskan dengan pendapat salah
seorang ketua kelompok nelayan di Desa Muntai Bapak “ID 51 tahun” sebagai berikut:
“Pade umumnye Co-Fish Project memberitaukan program hanye melalui stakeholder
dan ketue kelompok aje, kemudian diharapkan ketue yang diundangmenghadiri pertemuan dengan pihak proyek dapat memberitaukan
kepade anggota dan masyarakat nelayan yang laen. Paling banyak setiap kali petemuan yang penah saye ikuti masing-masing desa hanye 2-5 orang”.
Dari kondisi di atas, menunjukkan proses sosialisasi program hanya melibatkan orang-orang tertentu saja dan tidak secara langsung dari proses yang
ada melibatkan masyarakat sasaran. Pada program pelatihan dan pembinaan, dalam pelaksanaannya masyarakat sasaran dibentuk dalam kelompok binaan.
Selanjutnya dilihat dari latar belakang pembentukan kelompok-kelompok binaan yang ada, menunjukkan pembentukan kelompok sebagian besar dilatarbelakangi
atas dasar keinginan sendiri dari masyarakat sasaran 65, namun ada juga dilatarbelakangi karena semata-mata hanya untuk mendapatkan bantuan dari
proyek 30. Disamping itu, ada juga masyarakat sasaran bergabung dalam kelompok-kelompok binaan dilatarbelakangi karena adanya pengaruh ajakan
dari orang-orang tertentu 5. Selain fakta di atas, yang melatarbelakangi masyarakat sasaran dalam
pembentukan kelompok-kelompok binaan juga diperjelas dengan yang disampaikan oleh salah seorang nelayan Desa Bantan Air Bapak “AS 46 tahun”
sebagai berikut: “Pembentukan kelompok-kelompok selame adenye Co-Fish Project pade
umumnye merupakan keinginan sendiri, dan ade juge terbentuk karene dilatarbelakang untuk mendapatkan bantuan dari proyek saje, dan ade juge
105 masyarakat tak tau bahwa beliau namenye udah masuk dalam kelompok karene
orang-orang tetentu. Biasenye yang buat keje macam gitu ketue, hal ini menyebabkan kelompok tidak betahan lame”.
Meskipun hasil menunjukkan kelompok-kelompok binaan yang ada terbentuk dilatarbelakangi oleh keinginan sendiri dari masyarakat sasaran, namun
kalau dihubungkan dengan Tabel 22, kelompok-kelompok binaan terbentuk pada umumnya selama adanya proyek tahun 2003. Dari kondisi yang ada tersebut
mengambarkan disamping pembentukan kelompok-kelompok binaan dilatarbelakangi oleh keinginan sendiri, namun kelompok-kelompok yang ada
juga dipengaruhi untuk mendapatkan bantuan dari proyek. Hal ini terbukti tidak ada satupun kelompok-kelompok yang menjadi binaan proyek berdiri sebelum
datangnya proyek. Sedangkan selama proyek banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan sifatnya memberikan bantuan, sedangkan untuk mendapatkan bantuan
tersebut masyarakat harus membentuk kelompok-kelompok binaan. Kuatnya pengaruh untuk mendapatkan bantuan dari proyek mengakibatkan banyak
pihak-pihak tertentu mendirikan kelompok binaan tanpa melalui proses musyawarah atau keinginan bersama dengan masyarakat yang menjadi anggota
dari kelompok-kelompok binaan yang didirikan. Kelanjutan dari pembentukan kelompok binaan harus diikuti dengan
pelatihan dan pembinaan terhadap masyarakat sasaran, yang merupakan suatu rangkaian program untuk pengembangan kelompok-kelompok binaan. Dengan
program pelatihan dan pembinaan diharapkan masyarakat sasaran yang selama ini bergantung hanya pada sektor perikanan tangkap dapat mengenali mata
pencaharian alternatif yang diperkenalkan proyek. Namun dari data yang ada, menunjukkan sebagian besar masyarakat
sasaran tidak mendapatkan kesempatan program pelatihan dan pembinaan 85 selama adanya proyek. Hanya sebagian kecil saja masyarakat sasaran
mendapatkan kesempatan tersebut 15. Ketidakikutsertaan masyarakat sasaran secara langsung pada proses yang ada juga didukung dengan penjelasan salah
seorang ketua kelompok nelayan di Desa Muntai Bapak ”AS 50 tahun” sebagai berikut:
”Setau saye selame ikut kegiatan Co-Fish Project, kami yang ikut tidak penah semue anggota, paling-paling ketue dan sedikit ditambah pengurus. Anggota laen
106 tak penah ikut, mereke hanye dapat kabar aje, Co-Fish Project tak pernah undang
seluruh nelayan ikut pertemuan, lagipun pertemuan sangat jarang dilakukan di desa, tapi banyak dilakukan di hotel, waktu saye tanye ngape tak dekat desa aje
buat acara, pengurus Co-Fish Project cakap instruktur payah pegi ke desa karene jauh”.
Dari fakta di atas, dapat disimpulkan sebagian besar masyarakat sasaran tidak dilibatkan secara langsung dalam pelatihan dan pembinaan, namun hanya
sebatas pada pihak-pihak tertentu saja. Permasalahan ini mengakibatkan apa yang diharapkan proyek untuk merubah prilaku masyarakat sasaran dengan
memperkenalkan mata pencaharian alternatif selain dari sektor perikanan tangkap tidak tercapai. Hal ini dilatarbelakangi karena proses pelatihan dan pembinaan
yang dilakukan tidak benar-benar sampai kepada masyarakat sasaran secara langsung.
Begitu juga pada keterlibatan masyarakat sasaran dalam pengawasan terhadap proyek, juga tidak jauh berbeda dari proses-proses yang lain. Dari
kondisi yang ada menunjukkan tidak ada suatu mekanisme yang jelas dari pihak proyek tentang keikutsertaan masyarakat sasaran dalam proses tersebut. Sebagian
besar masyarakat sasaran tidak terlibat dalam pengawasan proyek 78. Selain itu, masyarakat sasaran langsung tidak mengetahui tentang pengawasan 20,
dan sebagian kecil ada keterlibatan masyarakat sasaran 2. Selain data yang ada, tidak diikutsertakan masyarakat sasaran dalam pengawasan proyek juga
didukung apa yang disampaikan oleh salah seorang ketua kelompok nelayan di Desa Jangkang Bapak ”Is 50 tahun” sebagai berikut:
“Dalam proyek Co-Fish Project ini kami tak begitu jelas macam mane bentuk pengawasannye, dan tidak ade aturan yang jelas dari pengurus proyek, kemaren
macam rehabilitasi kanal di Desa Jangkang, kite nak ngadu same pihak Co-Fish Project
ngape buat kanal macam tu, gelombang laut beso tapi kanal hanye dikasi turap cume pakai papan, belum sampai 3 bulan turap dah hancou, tapi tak tau
macam mane carenye nak ngadu. Kite tak tau apekah memang begitu bangunannye atau macam mane, tapi saye kire kalau macam gitu hanye buang
duit aje”.
Hal senada juga didukung seperti yang disampaikan oleh salah seorang tokoh nelayan Bapak ”Z 52 tahun” sebagai berikut:
“Kemaren nelayan sini dapat bantuan tong es, tapi kite bingung ade juge yang bukan nelayan dapat, mereke tu cume untuk buat nampung air aje, dan kegiatan
seperti nanam piapi yang tidak tepat musem tanam, tapi nak ngadu same siape, karene Co-Fish Project tak ade ngatou macem mane nak memantau”.
107 Dari kondisi yang ada pada proses-proses keterlibatan masyarakat sasaran
di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada keterlibatan masyarakat sasaran secara langsung terhadap program-program yang dilaksanakan selama keberadaan
proyek. Namun dari proses-proses yang ada hanya sebatas melibatkan pihak-pihak tertentu. Kondisi ini sangat bertolakbelakang dari konsep proyek, dan sekaligus
tidak tercapainya strategi proyek dalam mengedepankan partisipasi aktif masyarakat sasaran yang merupakan prinsip dasar dalam strategi pengelolaan
sumberdaya perikanan. Tabel 29 Partisipasi masyarakat sasaran pada pelaksanaan Co-Fish Project
Partisipasi Masyarakat Proses
Persentase Sosialisasi program
Tidak terlibat Terlibat
90 10
Latar belakang pembentukan kelompok Keinginan sendiri
Hanya untuk dapat bantuan
Karena ajakan 65
30 5
Keikutsertaan mendapatkan pelatihan dan pembinaan Dapat
Tidak 15
85 Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan proyek
Terlibat Tidak terlibat
Tidak tahu 2
78 20
Sumber: Survey 2006
6.1.7.2 Keterlibatan Pemerintahan Desa
Menurut Pratikto 2005, disamping masyarakat nelayan merupakan sasaran utama yang harus menjadi pusat perhatian dari program pemberdayaan,
penting dipertimbangkan keterlibatan sasaran lain sebagai sasaran penentu dalam pemberdayaan masyarakat nelayan. Sasaran penentu tersebut adalah pimpinan
wilayah desa yang dipandang memiliki pengaruh dalam pengembalian keputusan yang sekaligus bisa dijadikan panutan dari masyarakat. Disamping itu,
mereka juga dipandang sebagai pihak yang mengetahui kondisi yang ada di tengah-tengah masyarakat. Pentingnya keterlibatan pimpinan wilayah yang paling
dekat dengan lingkungan masyarakat juga dikemukan Wrihatnolo dan Dwidjowijoto 2007 sebagai salah satu pendekatan yang penting menjadi
pertimbangan untuk mewujudkan pemberdayaan masyarakat sebagai strategi penanggulangan kemiskinan.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pemberdayaan tidak bisa dilaksanakan serta-merta hanya menitikberatkan pada keterlibatan
masyarakat nelayan saja. Namun perlu kerjasama yang baik atau penglibatan
108 pemerintahan desa yang paling dekat dengan masyarakat nelayan. Pada
pembahasan ini, keterlibatan pemerintahan desa yang dimaksud adalah bagaimana koordinasi yang terjadi antara pihak proyek dengan pemerintahan desa sasaran.
Keterlibatan meliputi proses sosialisasi, pelaksanaan program, serta koordinasi yang terjadi setelah proyek selesai.
Dilihat dari sosialisasi proyek pada masing-masing desa sasaran, data yang ada menunjukkan kurangnya koordinasi antara pihak proyek dengan pemerintahan
desa. Hal ini ditunjukkan pada waktu sebelum proyek dilaksanakan, pemerintah desa tidak diikutsertakan secara aktif dalam penyusunan program dan kegiatan-
kegiatan yang akan dilaksanakan di tingkat desa. Namun semua program yang ada sudah disusun sebelumnya oleh pihak proyek tanpa melakukan koordinasi dengan
pemerintah desa. Kondisi ini mengakibatkan pemerintah desa tidak mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan mendasar bagi
masyarakatnya yang menjadi sasaran proyek. Ketidakterlibatan pemerintahan desa ini sesuai yang disampaikan oleh salah seorang aparat pemerintahan desa di salah
satu desa sasaran yaitu Bapak “A 37 tahun” sebagai berikut: “Yang saya tahu Co-Fish Project masuk desa ini kurang sekali koordinasi dengan
pemerintahan desa, yang ada hanya undangan kalau ada kegiatan dari proyek, ini membuat kita bingung, desa dan warga kita menjadi sasaran proyek, tapi pihak
desa tidak diikutsertakan dalam mekanisme proyek secare jelas, hal ini menjadi sangat sulit dalam hal pendataan tentang apa saja kegiatan dan siapa-siapa
masyarakat di desa ini menjadi sasaran dari Co-Fish Project. Kita sangat ingin dilibatkan dalam proyek karena kondisi masyarakat dan desa pemerintah desa
yang paling tahu”.
Seperti halnya pada proses sosialisasi, pada tahap pelaksanaan juga menunjukkan masalah yang sama. Juga ditunjukkan tidak adanya koordinasi
antara pihak proyek dengan pemerintahan desa. Namun selama keberadaannya, hubungan yang kuat pihak proyek terjadi dengan pihak-pihak tertentustakeholder.
Kondisi seperti ini terlihat pada pendataan masyarakat sasaran penerima bantuan, lokasi dimana tempat sarana dan prasarana akan dibangun, menunjukkan sangat
kuat dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu tersebut. Tidak jauh berbeda seperti pada permasalahan yang ada, pada tahap
selesainya proyek, dari semua desa sasaran yang ada menunjukkan tidak ada satupun laporan resmi tentang apa yang telah dilaksanakan proyek dan bagaimana
109 kondisi program-programnya. Kondisi ini terjadi juga dikarenakan masalah yang
sama, yaitu tidak adanya koordinasi yang jelas antara pihak proyek dengan pemerintah desa setelah masa proyek berakhir.
6.1.8 Keberlanjutan Program Co-Fish Project Setelah Masa Proyek Habis