Minyak pada daging buah akan terbentuk 3-4 minggu sebelum buah sempurna matangnya secara morfologis. Matang fisiologis akan terjadi 1 bulan setelah
matang morfologis. Pahan 2006 menyatakan bahwa buah kelapa sawit memiliki berbagai
macam warna pada setiap fase pertumbuhannya yang tergantung varietasnya. Pertama adalah buah kelapa sawit bertipe nigrescens yang berwarna hitam
sewaktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Kedua adalah tipe virescens yang berwarna hijau ketika muda dan menjadi jingga
kemerahan pada waktu matang. Ketiga adalah bertipe albescens berwarna keputih-putihan sewaktu muda dan berubah kekuning-kuningan saat matang
Hariyadi, 2008.
2.4. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis dengan kisaran 15
º
LU-15
º
LS. Ketinggian tempat berhubungan dengan suhu udara, kelembaban serta penyinaran matahari. Tanaman tumbuh sempurna pada ketinggian 0-400 mdpl,
kelembaban optimal 80-90 dan lama penyinaran matahari 5-7 jamhari. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit
adalah 1250-3000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1750-2500 mm dengan jumlah bulan kering maksimal 3 bulan. Pertumbuhan
tanaman kelapa sawit memerlukan suhu udara antara 22
º
-33
º
C. Kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan
fotosintesis. Kecepatan angin sekitar 5-6 kmjam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit. Angin yang terlalu kencang menyebabkan tanaman
menjadi roboh.
Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat
dibudidayakan dengan baik ditanah mineral maupun ditanah gambut. Karakteristik tanah yang digunakan meliputi batuan permukaan tanah, kedalaman
efektif tanah, tekstur tanah, kondisi drainase tanah, dan tingkat kemasaman tanah pH. Tanah yang baik bagi tanaman kelapa sawit dalah tanah lempung berdebu,
lempung liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jika lebih dalam dari 100 cm. Keasaman pH tanah
yang optimal adalah pada pH 5-6 dan pH 3,5-4 pada lahan gambut. Sifat kimia tanah seperti kemasaman pH dapat diatasi melalui pemupukan dolomite, kapur
pertanian dan fosfat alam. Sifat fisik dan biologi tanah dapat diperbaiki dengan penggunaan bahan organik.
2.5. Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit
Proses pematangan buah kelapa sawit dapat di lihat dari perubahan warna kulit buahnya buah akan berubah menjadi merah jingga. Pada saat buah masak
kandungan minyak pada daging buah telah maksimal jika terlalu matang buah kelapa sawit akan jatuh dan lepas pada tandannya. Proses pemanenan kelapa sawit
meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkut buah ke Tempat Pengumpulan Hasil TPH serta ke pabrik. Buah
yang jatuh dari tangkai tandannya di sebut membrondol. Pelaksanaan pemanenan tidak di lakukan secara sembarang perlu
memperhatikan beberapa kriteria tertentu. Tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendeman minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yg
baik. Kriteria panen yang harus di perhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen, sistem panen serta mutu panen.
Panen adalah salah satu kegiatan penting pada kelapa sawit, pemanenan yang baik akan meningkatkan jumlah produksi yang bisa diangkut ke tempat
pengolahan. Selain itu baiknya pemanenan akan mengurangi serangan hama dan penyakit akibat TBS yang membusuk pada pohon karena tidak dipanen. Baiknya
proses pemanenan harus didukung oleh pengetahuan tantang panen terutama persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen dan sarana
panen Hariyadi, 2008. Persiapan panen diperhatikan agar dapat memperlancar proses pemanenan.
Diantara persiapan tersebut adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan, peralatan, transportasi, kerapatan panen dan sarana panen. Jumlah tenaga kerja yang
digunakan bergantung pada keadaan topografi daerah pemanenan, kerapatan panen dan umur tanaman yang akan dipanen Lubis, 1992.
Kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun. Kelapa sawit dapat dipanen setelah berumur 31 bulan, minimal 60 buah matang panen setelah masa
penyerbukan. Kriteria buah kelapa sawit yang telah matang panen ditandai dengan jatuh atau terlepasnya minimal dua buah dari tandan yang mewakilkan berat
kurang dari 10 kg Lubis, 1992. Rotasi panen adalah jarak waktu antara panen. Rotasi panen suatu lahan
perkebunan kelapa sawit tergantung pada kerapatan panen, luas areal, kapasitas pemanen dan keadaan pabrik. Ada dua rotasi yang dikenal dalam perkebunan
kelapa sawit yaitu 67 dan 810. 67 diartikan dimana suatu areal dibagi menjadi enam bagian kapel yang dalam waktu tujuh hari kerja. Sedangkan 810 diartikan
suatu areal dibagi menjadi delapan bagian yang dikerjakan dalam waktu sepuluh hari kerja. Sistem 67 lebih banyak digunakan Pahan, 2006.
Sistem pada tanaman kelapa sawit terdiri dari dua macam yaitu sistem hanca tetap dan sistem hanca giring. Sistem hanca yang diberikan pada pemanen
sangat bergantung pada keadaan topografi. Pada sistem hanca tetap setiap pemanen diberikan hanca panen dengan luasan yang sama dan harus selesai pada
hari yang ditentukan. Hanca ini tetap dan tidak bisa dikerjakan oleh pemanen yang lain. Pada sistem hanca giring, setiap pemanen diberikan hanca per basis tanaman
yang digiring bersama dan setiap harinya hanca yang dikerjakan oleh pemanen selalu berbeda serta seluruh hanca menjadi tanggung jawab bersama
Setyamidjaja, 2006. Alat yang digunakan pada proses pemanenan kelapa sawit tergantung dari
tinggi, umur tanaman dan topografi. Contoh alat-alat yang digunakan untuk kegiatan panen buah kelapa sawit diantaranya adalah dodos kecil, dodos besar,
pisau egrek, goni bekas, angkong, batu asah, fiber egrek, gancu dan tojok Haryadi, 2008.
III. METODE PRAKTEK KERJA PROFESI
3.1. Waktu dan Tempat