LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

(1)

APOTEKER

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA

ANGKATAN XLIX

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO

Jalan Mayjend Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya

12 Oktober

11 Desember 2015

Oleh:

1. Defilia Tan, S. Farm (114214503) 2. Fanny Aristia K., S. Farm (114214504) 3. Patricia Valiana S, S. Farm (114214505) 4. Dewa Ayu K.D., S. Farm (114214506) 5. I Putu Agus Y, S. Farm (114214507) 6. Aida Fita Andani, S. Farm (114214511) 7. Ita Dwilestari, S. Farm (114214519) 8. Stephanie Jane E. L., S. Farm (114214520) 9. Vivian Irmasari, S. Farm (114214521) 10.Nofie Kusumawati, S. Farm (114214522) 11.Putri Givella C. E. L., S. Farm (114214534) 12.Wirda Anggraini, S. Farm (114214580) 13.Rizki Amalia, S. Farm (114214583) 14.Risa Ayu Julita, S. Farm (114214598) 15.Zora Almira, S. Farm (114214599) 16.Wisnu Agi Tidarria, S. Farm (114214600) 17.Syarifatul Mufidah, S. Far (114214615) FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SURABAYA

SURABAYA 2015


(2)

ANGKATAN XLIX

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO Jalan Mayjend Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya

12 Oktober – 11 Desember 2015

Oleh:

1. Defilia Tan, S. Farm (114214503) 2. Fanny Aristia K., S. Farm (114214504) 3. Patricia Valiana S, S. Farm (114214505) 4. Dewa Ayu K.D., S. Farm (114214506) 5. I Putu Agus Y, S. Farm (114214507) 6. Aida Fita Andani, S. Farm (114214511) 7. Ita Dwilestari, S. Farm (114214519) 8. Stephanie Jane E. L., S. Farm (114214520) 9. Vivian Irmasari, S. Farm (114214521) 10.Nofie Kusumawati, S. Farm (114214522) 11.Putri Givella C. E. L., S. Farm (114214534) 12.Wirda Anggraini, S. Farm (114214580) 13.Rizki Amalia, S. Farm (114214583) 14.Risa Ayu Julita, S. Farm (114214598) 15.Zora Almira, S. Farm (114214599) 16.Wisnu Agi Tidarria, S. Farm (114214600) 17.Syarifatul Mufidah, S. Far (114214615)

DISETUJUI OLEH :

Ketua Bidang Minat Klinis Kepala Instalasi Farmasi Program Studi Profesi Apoteker RSUD Dr. SOETOMO Universitas Surabaya


(3)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 iii KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan, Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode Oktober-Desember 2015 dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pengelolaan dan pelayanan farmasi serta segala jenis kegiatan di Rumah Sakit, termasuk peran dan fungsi seorang Apoteker di dalamnya. Terlaksananya Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara moral, spiritual dan material dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, disampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. dr. Harsono, selaku Pelaksana Tugas Direktur RSUD Dr. Soetomo yang telah memberikan izin kepada Penulis untuk dapat melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

2. Dra. Siti Farida, Sp.FRS., Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo, yang telah memberikan bimbingan dan fasilitas selama pelaksanaan PKPA.

3. Endang Martiniani, M. Pharm., Apt., selaku koordinator Diklat dan Litbang RSUD Dr. Soetomo.

4. Seluruh staf apoteker Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo yang dengan sabar dan disiplin telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama pelaksanaan PKPA.

5. Seluruh karyawan dan karyawati Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo atas segala bantuan selama pelaksanaan PKPA.

6. Orang tua serta keluarga kami tercinta atas dukungan dan doa yang diberikan bagi kami.

7. Seluruh teman-teman Program Profesi Apoteker Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Andalas, Universitas Sumatra Utara, Universitas Islam Indonesia, dan


(4)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 iv

Universitas Surabaya atas kebersamaan yang telah dilewati selama ini baik dalam suka maupun duka.

Menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini. Penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila selama menyelesaikan PKPA di RSUD Dr. Soetomo ini, kami telah melakukan kesalahan baik tutur kata maupun tingkah laku yang kurang sopan.

Semoga laporan PKPA ini dapat membantu dan memberikan sumbangan yang berarti bagi banyak pihak dalam memperoleh manfaat, pengetahuan dan informasi bagi generasi yang akan datang dalam melakukan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat.

Surabaya, Desember 2015


(5)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ... 3

1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA ... 4

2.1 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo ... 4

2.2 Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo ... 9

2.3 Tugas dan Kewajiban Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo ... 9

2.4 Fungsi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo ... 10

2.5 Struktur Organisasi IFRS RSUD Dr. Soetomo Surabaya ... 12

BAB III URAIAN DAN HASIL KEGIATAN ... 15

3.1. Unit Produksi ... 15

3.2. Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Standar (UPPFS) ... 26

3.3. Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Individu (UPPFI) ... 38

3.4. Unit Laboratorium Farmasi ... 49

3.5. Unit Pelayanan Informasi Obat (PIO) ... 61

3.6. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Jalan (IRJ) ... 89

3.7. Unit Pelayanan Konseling ... 100

3.8. Unit Pelayanan Farmasi Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) ... 128

3.9. Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Darurat (IRD) ... 154

3.10. Unit Pelayanan Farmasi IRNA Anak ... 175

3.11. Unit Pelayanan Farmasi IRNA Kebidanan dan Penyakit Kandungan (Obsgyn) ... 184

3.12. Unit Pelayanan Farmasi IRNA Bedah ... 202


(6)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 vi

BAB IV PEMBAHASAN ... 240

4.1. PembahasanKegiatan PKPA di Produksi ... 240

4.2. PembahasanKegiatan PKPA di Unit PenyimpananPerbekalan FarmasiStandar (UPPFS) ... 243

4.3. PembahasanKegiatan PKPA di Unit PenyimpananPerbekalan Farmasi Individual (UPPFI) ... 244

4.4. PembahasanKegiatan PKPA di LaboratoriumFarmasi ... 250

4.5. PembahasanKegiatan PKPA di Pelayanan Informasi Obat (PIO) ... 253

4.6. PembahasanKegiatan PKPA di Instalasi Rawat Jalan (IRJ) ... 254

4.7. PembahasanKegiatan PKPA di Konseling ... 260

4.8. PembahasanKegiatan PKPA di Gedung Bedah Pusat Terpadu(GBPT).. 268

4.9. PembahasanKegiatan PKPA di Intstalasi Rawat Darurat (IRD) ... 275

4.10. PembahasanKegiatan PKPA di UPF IRNA Anak ... 276

4.11. PembahasanKegiatan PKPA di UPF IRNA KebidanandanPenyakit Kandungan (OBGYN) ... 277

4.12. PembahasanKegiatan PKPA di UPF IRNA Bedah ... 279

4.13. PembahasanKegiatan PKPA di UPF IRNA Medik ... 283

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 286

5.1 Kesimpulan ... 286

5.2 Saran ... 287

DAFTAR PUSTAKA ... 288


(7)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 vii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fasilitas RSUD Dr.Soetomo Surabaya ... 8

Tabel 3.1 Tugas Terstruktur di UPPFI ... 48

Tabel 3.2 Hasil Uji Organoleptis ... 54

Tabel 3.3 Hasil Uji Kualitatif Menggunakan Reagen dan Kawat Ni ... 54

Tabel 3.4 Pembakuan Larutan NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 1 ... 55

Tabel 3.5 Titrasi Larutan Sampel NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 1 ... 55

Tabel 3.6 Pembakuan Larutan NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 2 ... 56

Tabel 3.7 Titrasi Larutan Sampel NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 2 ... 56

Tabel 3.8 Pembakuan Larutan NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 3 ... 57

Tabel 3.9 Titrasi Larutan Sampel NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 3 ... 57

Tabel 3.10 Pembakuan Larutan NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 4.. 58

Tabel 3.11 Titrasi Larutan Sampel NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 4 ... 58

Tabel 3.12 Pembakuan Larutan NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 5.. 59

Tabel 3.13 Titrasi Larutan Sampel NaCl dengan Larutan AgNO3 Kelompok 5 ... 59

Tabel 3.14 Hasil Uji Sterilitas ... 60

Tabel 3.15 Kegiatan PKP di PIO Kelompok 1 ... 70

Tabel 3.16 Kegiatan PKP di PIO Kelompok 2 ... 71

Tabel 3.17 Kegiatan PKP di PIO Kelompok 3 ... 71

Tabel 3.18 Kegiatan PKP di PIO Kelompok 4 ... 71

Tabel 3.19 Kegiatan PKP di PIO Kelompok 5 ... 71

Tabel 3.20 Daftar Pertanyaan di Unit PIO RSUD Dr.Soetomo Kelompok 1 . 72 Tabel 3.21 Daftar Pertanyaan di Unit PIO RSUD Dr.Soetomo Kelompok 2 . 74 Tabel 3.22 Daftar Pertanyaan di Unit PIO RSUD Dr.Soetomo Kelompok 3 . 78 Tabel 3.23 Daftar Pertanyaan di Unit PIO RSUD Dr.Soetomo Kelompok 4 . 80 Tabel 3.24 Daftar Pertanyaan di Unit PIO RSUD Dr.Soetomo Kelompok 5 . 83 Tabel 3.25 Respond Time... 85


(8)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 viii Tabel 3.26 Daftar Nama Obat Analgesik Narkotika, Analgesik Non

Narkotika, Antipiral, Antikonvulsi, Anti Alergi dan Anafilaktik pada

Booklet ... 86

Tabel 3.27 Daftar Nama Obat Psikofarmaka pada Booklet ... 86

Tabel 3.28 Daftar Nama Obat Antibiotika pada Booklet ... 87

Tabel 3.29 Daftar Nama Obat Kardiovaskular pada Booklet... 87

Tabel 3.30 Daftar Nama Obat Kemoterapi pada Booklet ... 88

Tabel 3.31 Permasalahan dalam resep... 98

Tabel 3.32 Rekapitulasi Jenis Penyakit yang Dikonselingkan ... 105

Tabel 3.33 Jumlah dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pasien di IRJ Berdasarkan Kelompok Status Pasien per Oktober – Desember 2015 ... 106

Tabel 3.34 Rekapitulasi Konseling Berdasarkan Usia Pasien ... 107

Tabel 3.35 Rekapitulasi Konseling Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien ... 107

Tabel 3.36 Rekapitulasi Konseling Berdasarkan Asal Poli di IRJ ... 107

Tabel 3.37 Jumlah dan Persentase Materi Konseling Aktif dan Pasif pada Pasien IRJ ... 108

Tabel 3.38 Daftar 10 Obat Terbanyak yang Dikonselingkan di IRJ ... 109

Tabel 3.39 Jumlah dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pasien UPIPI Berdasarkan Kelompok Status Pasien per Oktober - Desember 2015 ... 110

Tabel 3.40 Jumlah dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pasien UPIPI Berdasarkan Kelompok Usia Periode per Oktober – Desember 2015 ... 110

Tabel 3.41 Jumlah dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pasien UPIPI Berdasarkan Jenis Kelamin Periode per Oktober - Desember 2015 ... 111

Tabel 3.42 Jumlah dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pasien UPIPI Berdasarkan Domisili Periode per Oktober - Desember 2015 ... 111

Tabel 3.43 Daftar Regimen ARV terbanyak yang dikonselingkan di Ruang Konseling UPIPI per Oktober - Desember 2015... 111

Tabel 3.44 Jumlah dan Persentase Materi Konseling Aktif Pasien UPIPI per Oktober – Desember 2015 ... 112

Tabel 3.45 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Jenis Kelamin pasien di Poli Anak GTBT Periode Oktober - Desember 2015... 114


(9)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 ix Tabel 3.46 Jumlah dan Persentase Jenis TB pada Pasien TB Anak dan

Dewasa di GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 114

Tabel 3.47 Jumlah dan Persentase Umur Pasien TB AnakdanDewasa di

GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 114

Tabel 3.48 Frekuensi dan Persentase Pemakaian Obat pada Pasien TB Anak di GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 115

Tabel 3.49 Jumlah dan Persentase Fase Pengobatan Pasien TB Anak dan

Dewasa di GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 115

Tabel 3.50 Jumlah Dan Persentase Pertanyaan Dan Informasi Konseling

Aktif Pasien Anak di Poli GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 116

Tabel 3.51 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Penerima Informasi Konseling Pasien Anak dan Dewasa di Poli GTBT Periode Oktober - Desember 2015 ... 117

Tabel 3.52 Frekuensi Pemakaian Obat pada Pasien TB Dewasa di GTBT

Periode Oktober – Desember 2015 ... 117

Tabel 3.53 Jumlah Dan Persentase Pertanyaan Dan Informasi Konseling

Aktif Pasien Dewasa di Poli GTBT Periode Oktober–Desember 2015 ... 118

Tabel 3.54 Frekuensi dan Persentase Efek Samping Obat Pada Pasien TB Dewasa di GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 119

Tabel 3.55 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Pasien TB MDR Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Jenis Kelamin di Poli GTBT Periode Oktober – Desember 2015... 119

Tabel 3.56 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Pasien TB Pre XDR Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Jenis Kelamin di Poli GTBT Periode

Oktober - Desember 2015 ... 119

Tabel 3.57 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Pasien TB XDR Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Jenis Kelamin di Poli GTBT Periode

Oktober - Desember 2015 ... 120

Tabel 3.58 Jumlah dan Persentase Jenis TB pada Pasien TB MDR di GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 120

Tabel 3.59 Jumlah dan Persentase Jenis TB pada Pasien TB Pre XDR di


(10)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 x Tabel 3.60 Jumlah dan Persentase Jenis TB pada Pasien TB XDR di GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 120

Tabel 3.61 Jumlah dan Persentase Umur Pasien TB MDR, Pre XDR dan

XDR di GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 121

Tabel 3.62 Frekuensi dan Persentase Pemakaian Obat pada Pasien TB MDR di GTBT Periode Oktober - Dsember 2015 ... 121

Tabel 3.63 Frekuensi dan Persentase Pemakaian Obat pada Pasien TB Pre XDR di GTBT Periode Oktober - Desember 2015 ... 121

Tabel 3.64 Frekuensi dan Persentase Pemakaian Obat pada Pasien TB XDR di GTBT Periode Oktober - Desember 2015 ... 122

Tabel 3.65 Jumlah dan Persentase Fase Pengobatan Pasien TB MDR di

GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 122

Tabel 3.66 Jumlah dan Persentase Fase Pengobatan Pasien TB Pre XDR di GTBT Periode Oktober – Desember2015 ... 122

Tabel 3.67 Jumlah dan Persentase Fase Pengobatan Pasien TB XDR di

GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 123 Tabel 3.68 Jumlah Dan Persentase Pertanyaan Dan Informasi Konseling

Aktif Pasien TB MDR, Pre XDR dan XDR di Poli GTBT Periode Oktober – Desember 2015... 123

Tabel 3.69 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Penerima Informasi Konseling Pasien TB MDR di Poli GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 124

Tabel 3.70 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Penerima Informasi Konseling Pasien TB Pre XDR di Poli

GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 124

Tabel 3.71 Jumlah Dan Persentase Sasaran Konseling Aktif Pengguna OAT Berdasarkan Penerima Informasi Konseling Pasien TB XDR di Poli GTBT Periode Oktober – Desember 2015 ... 124

Tabel 3.72 Frekuensi dan Persentase Efek Samping Obat Pada Pasien TB-MDR, Pre XDR dan XDR Dewasa di GTBT Periode Oktober –

Desember2015... 125


(11)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 xi

Anak Periode Oktober – Desember 2015... 125

Tabel 3.74 Jumlah Dan Presentase Berdasarkan Berdasarkan Penyakit Pasien di UPF Anak Periode Oktober - Desember 2015 ... 125

Tabel 3.75 Jumlah Dan Presentase Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di UPF Anak Periode Oktober - Desember 2015 ... 126

Tabel 3.76 Daftar Obat Terbanyak untuk Terapi Thalasemia, Leukemia, dan Obat Pasien KRS yang Dikonselingkan di UPF Anak Periode Oktober – Desember 2015... 126

Tabel 3.77 Jumlah Dan Presentase Tingkat Pengetahuan Sasaran Konseling di UPF Anak Periode Oktober – Desember 2015 ... 127

Tabel 3.78 Daftar Obat Emergency ... 166

Tabel 3.79 Daftar obat Emergency Kit di IRD Lantai 3 ... 169

Tabel 3.80 Daftar Obat Emergency Kit di IRNA Anak... 178

Tabel 3.81 Aktivitas Mahasiswa PKP di IRNA Anak Periode Oktober- Desember 2015... 182

Tabel 3.82 Daftar Tugas Terpilih di IRNA Anak Periode Oktober-Desember 2015 ... 183

Tabel 3.83 Daftar Obat WFS di IRNA Obsgyn ... 190

Tabel 3.84 Daftar Obat Emergency Kit di Ruang Merak ... 192

Tabel 3.85 Daftar Kasus di Obsgyn ... 197

Tabel 3.86 Obat WFS di IRNA Bedah ... 210

Tabel 3.87 Daftar Obat LASA di UPF IRNA Bedah ... 213

Tabel 3.88 Daftar Obat High Alert di UPF IRNA Bedah ... 213

Tabel 3.89 Kasus Terpilih di Unit Pelayanan Farmasi IRNA Bedah ... 215

Tabel 3.90 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 1 ... 215

Tabel 3.91 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 2 ... 216

Tabel 3.92 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 3 ... 217

Tabel 3.93 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 4 ... 217

Tabel 3.94 Daftar Kasus di IRNA Bedah Kelompok 5 ... 218

Tabel 3. 95 Jadwal Pemberian Obat UDD di UPF IRNA Medik ... 223

Tabel 3.96 Daftar obat emergency kit yang ada di IRNA Medik ... 227


(12)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 xii Tabel 3.98 Profil Obat Berdasarkan Terapi Berdasarkan Kelas

Terapi Irna Medik ... 237

Tabel 4.1 Tugas Terstruktur di UPPFI ... 249

Tabel 4.2 Rekapan Titrasi Larutan Sampel NaCl dengan Larutan AgNO3 ... 252 Tabel 4.3 Jumlah Resep yang Dievaluasi di UPF Rawat Jalan RSUD

Dr. Soetomo ... 254

Tabel 4.4 Persentase Kelengkapan Administratif di UPF Rawat Jalan

RSUD Dr. Soetomo ... 254

Tabel 4.5 Persentase Kelengkapan Farmasetis di UPF Rawat Jalan RSUD Dr. Soetomo ... 255

Tabel 4.6 Persentase Kesesuaian Pola Penulisan Resep dengan Nama Generik, Nama Dagang, dan Formularium di UPF Rawat Jalan di RSUD

Dr. Soetomo ... 257

Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Permasalahan dalam Resep ... 257

Tabel 4.8 Jumlah Pasien yang Menjalani Operasi Saat PKPA Mahasiswa .... 268

Tabel 4.9 Penggunaan Antibiotika di GBPT Saat PKPA Mahasiswa ... 270

Tabel 4.10. Persentase Kesesuaian Antibiotika Profilaksis ... 271

Tabel 4.11 Penggunaan Anastesi di GBPT saat PKPA Mahasiswa ... 272

Tabel 4.12 Penggunaan Anastesi Berdasarkan jenis anastesi di GBPT saat PKPA Mahasiswa ... 273


(13)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo

Surabaya ... 14

Gambar 3.1 Skema Alur Pelayanan di Unit Produksi ... 17

Gambar 3.2 Skema Kegiatan di Unit Produksi ... 19

Gambar 3.3 Struktur Organisasi UPPFS ... 26

Gambar 3.4 Siklus Pengelolaan Perbekalan Farmasi ... 29

Gambar 3.5 Struktur Organisasi UPPFI RSUD Dr.Soetomo ... 40

Gambar 3.6 Siklus Pengelolaan Perbekalan Farmasi ... 42

Gambar 3.7 Alur Distribusi UPPFI ke UPF ... 47

Gambar 3.8 Hasil Uji Sterilitas... 60

Gambar 3.9 Alur Menjawab Pertanyaan dalam Pelayanan Informasi Obat ... 65

Gambar 3.10 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Farmasi IRJ RSUD Dr. Soetomo Surabaya ... 91

Gambar 3.11 Prosedur Alur Penerimaan dan Pendaftaran Pasien di IRJ RSUD Dr. Soetomo ... 93

Gambar 3.12 Standar Operasional Prosedur Unit Pelayanan Farmasi Instalasi Rawat Jalan ... 97

Gambar 3.13 Alur Konseling Aktif dan Pasif pada Pasien ... 105

Gambar 3.14 Struktur Organisasi Unit Pelayanan Farmasi GBPT ... 134

Gambar 3.15 Alur Unit Dose Dispensing di GBPT ... 135

Gambar 3.16 Alur Penyaluran Kebutuhan Dasar ... 139

Gambar 3.17 Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan diluar Bahan Dasar 139 Gambar 3.18 Alur Penyaluran Obat di BU/ ICU/ ICCU/ NICU ... 140

Gambar 3.19 Alur Pelayanan Obat/Alkes di Ruang Operasi ... 141

Gambar 3.20 Alur Pelayanan Resep di ICU/ ICCU/NICU/BU ... 145

Gambar 3.21 Alur Pelayanan Pasien Masuk IRD ... 156

Gambar 3.22 Alur Pelayanan di IRD Lantai 1 ... 157

Gambar 3.23 Alur Pelayanan di IRD Ruang Resusitasi ... 161

Gambar 3.24 Alur Pelayanan di IRD lantai 2 ... 165


(14)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 xiv

Gambar 3.26 Obat high alert di IRD lantai 2 ruang bersalin ... 167

Gambar 3.27 Alur Pelayanan Resep Pasien di IRD Lantai 3 ... 170

Gambar 3.28 Alur Pelayanan Pasien di Lantai 5 ... 171

Gambar 3.29 Alur Pemesanan Perbekalan Farmasi di Lantai 5 ... 172

Gambar 3.30 Alur Distribusi Obat Sistem UDD IRNA Anak ... 177

Gambar 3.31 Alur distribusi Emergency Kit di IRNA Anak ... 179

Gambar 3.32 Alur Distribusi Obat Sistem UDD di IRNA Obsgyn untuk Obat Sitostatika ... 188

Gambar 3.33 Alur Distribusi Obat Sistem UDD di IRNA Obsgyn untuk Obat non Sitostatika ... 189

Gambar 3.34 Alur Distribusi Obat Sistem WFS di IRNA Obsgyn ... 191

Gambar 3.35 Alur Permintaan Perbekalan Farmasi dari UPF IRNA Bedah ke UPPFI ... 206

Gambar 3.36 Etiket UDD di salah satu UPF IRNA Bedah ... 208

Gambar 3.37 Alur UDD di IRNA Bedah ... 208

Gambar 3.38 Alur Distribusi WFS di IRNA Bedah ... 210

Gambar 3.39 Alur Ditribusi Individual Prescription Di IRNA Bedah ... 212

Gambar 3.40 Alur Prosedur Penerimaan Resep UPF IRNA Bedah ... 214

Gambar 3.41 Distribusi Obat dengan Sistem Individual Prescription di IRNA Medik ... 222

Gambar 3.42 Jenis-Jenis Etiket yang Digunakan Di IRNA Medik ... 224

Gambar 3.43 Sistem Pelayanan Farmasi secara Unit Dose Dispensing (UDD) di IRNA Medik ... 225

Gambar 3.44 Distribusi Obat Emergency Kit dan Obat/Alkes di IRNA ... 226

Gambar 3.45 Contoh Obat-Obat LASA IRNA Medik ... 229

Gambar 3.46 Formulir Rekonsiliasi Terapi dan Serah TerimaObat/Alkes dari Pasien/UPF Lain ... 231

Gambar 3.47 Stiker untuk Obat yang Tidak Digunakan Lagi ... 232

Gambar 3.48 Etiket Obat Sharing Use ... 232

Gambar 4.1 Alur perencanaan anggaran dan pengadaan UPPFI... 246

Gambar 4.2 Grafik Persentase Kelengkapan Resep di UPF Rawat Jalan ... 256


(15)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 xv Gambar 4.4 Diagram Persentae Antibiotik yang Paling Sering Digunakan... 271

Gambar 4.5 Grafik Persentase Kesesuaian Penggunaan Antibiotika ... 272

Gambar 4.6 Diagram Presentase Anastesi yang Paling Sering Digunakan .... 273


(16)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 xvi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Rekam Pemberian Obat ... 295

Lampiran Etiket ... 301

Lampiran Stiker ... 304

Lampiran Ward Floor Stock, Emergency Kit & Emergency Trolly ... 307

Lampiran High Alert di IRNA ... 310

Lampiran Formulir Rekonsiliasi Terapi dan Serah Terima Obat/Alkes dari Pasien/UPF Lain ... 313

Lampiran Kegiatan di GTBT ... 315

Lampiran Tugas Terstruktur di Unit Produksi ... 317

Lampiran Tugas Terstruktur di Unit Pelayanan Informasi Obat ... 328

Lampiran Unit Pelayanan Farmasi dan Poster Pemberitahuan di IRNA ... 330

Lampiran Kegiatan di IRD ... 342

Lampiran Tugas Terstruktur di GBPT ... 393

Lampiran Rekapitulasi Studi Kasus Individu Kelompok 1-5 ... 413

Lampiran Kasus Terpilih IRJ ... 451

Lampiran Kasus Terpilih IRNA Anak (1) ... 469

Lampiran Kasus Terpilih IRNA Anak (2) ... 502

Lampiran Kasus Terpilih IRNA Obgyn ... 550

Lampiran Kasus Terpilih IRNA Bedah ... 563


(17)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan digunakan sebagai rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak. Menurut UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Konstitusi World Health Organization (WHO) 1948, telah menegaskan bahwa memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak asasi bagi setiap orang. Pemerintah dalam hal ini telah menyelenggarakan upaya kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal antara lain meliputi pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan dengan cara promosi tentang kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan baik secara mental ataupun fisik (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Untuk itu, sumber daya di bidang kesehatan yang meliputi segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan teknologi harus dimanfaatkan dalam rangka penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Rumah sakit yang merupakan salah satu sarana kesehatan, sebagai rujukan pelayanan kesehatan memiliki fungsi utama dalam menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien. Pelayanan kesehatan yang bermutu tentunya tidak terlepas dari pelayanan farmasi rumah sakit. Tuntutan pasien dan masyarakat tentang mutu pelayanan farmasi di era sekarang ini mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru (patient oriented) dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Hal tersebut diperjelas dalam Peraturan Menteri


(18)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 2

Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa standar pelayanan farmasi rumah sakit meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi klinik. Oleh karenanya penyelenggaraan pelayanan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014, Pengendalian mutu adalah mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil. Kegiatan pengendalian mutu ini diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Peran farmasis dalam pelayanan kefarmasian dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek pelayanan kefarmasian yang profesional dan aspek manajerial yang berkaitan dengan pengelolaan obat sebagai suatu komoditas. Sebagai seorang profesional, farmasis harus memiliki kompetensi, kemampuan akademik (farmakoterapi, farmasi klinik, patofisiologi, sediaan), komitmen, tanggung jawab, keterampilan dalam berkomunikasi dengan pasien, masyarakat, tenaga kesehatan lain. Sebagai seorang manajer, farmasis harus memiliki kemampuan dalam perencanaan, pengaturan, pengarahan, monitoring, evaluasi, komunikasi, serta bersikap efisien, efektif, proaktif. kedua aspek tersebut terangkum dalam lingkar sepuluh kegiatan PPOSR (Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional) yang meliputi pemilihan, perencanaan pengadaan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penggunaan dan informasi, pemberian dan informasi, pemantauan rasionalitas, pemantauan efektivitas serta pemantauan keamanan.

Semakin tingginya tuntutan tersebut, sehingga mahasiswa Program Pendidikan Profesi Apoteker perlu melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di rumah sakit. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tanggal 12 Oktober - 11 Desember 2015. Pelaksanaan PKPA ini dapat memberikan bekal yang cukup tentang ketrampilan profesi


(19)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 3

kefarmasian bagi farmasis, sehingga nantinya dapat melaksanakan pengelolaan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker

Setelah menjalankan PKPA ini, mahasiswa diharapkan:

a. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman secara mendalam mengenai peran dan fungsi Apoteker di rumah sakit baik dari aspek manajerial maupun klinis.

b. Mampu memahami dan mempraktekkan konsep Pharmaceutical Care dalam pelayanan kepada pasien.

c. Mampu menjalin kerjasama dan komunikasi dengan tenaga kesehatan maupun pasien secara profesional.

d. Memperoleh bekal pengetahuan praktis dan keterampilan tentang pengelolaan dan pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

1.3. Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker

Melalui kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) diharapkan mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan kegiatan kefarmasian khususnya di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang dilakukan secara utuh dan terpadu, memahami bagaimana peranan farmasis yang sebenarnya di rumah sakit serta meningkatkan keterampilan para calon apoteker dalam bidang manajerial, teknis profesional (farmasi klinik maupun sistem informasi) dan kemampuan berkomunikasi, baik dengan tenaga kesehatan, pemerintah ataupun masyarakat.


(20)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 4

BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI

FARMASI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

2.1. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya merupakan rumah sakit yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Rumah sakit ini beralamatkan di jalan Mayjend Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya. Jumlah SDM yang tergabung dalam rumah sakit ini ialah 5.851 orang (40 dokter umum, 250 dokter spesialis, 9 dokter gigi, 1441 perawat & bidan, 190 farmasi, 27 tenaga gizi, 1.495 PPDS I, serta 2.288 tenaga lainnya).

Visi dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo ialah “Menjadi Rumah Sakit yang Bermutu Internasional dalam Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian. Adapun Misi dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo

ialah “Menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian yang

professional, akuntable yang berorientasi pada kastemer untuk menuju pelayanan

kesehatan berstandart internasional”.

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit bab jenis dan klasifikasi Rumah Sakit, jika dilihat berdasarkan jenis pelayanannya, RSUD Dr. Soetomo tergolong Rumah Sakit Umum dan jika dilihat berdasarkan pengelolaannya tergolong Rumah Sakit Publik. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Berdasarkan Permenkes No. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang

Klasifikasi Rumah Sakit, RSUD Dr. Soetomo termasuk Rumah Sakit Tipe A, klasifikasi ini didasarkan atas pelayanan, sumber daya manusia (SDM), peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen. Ketentuan untuk Rumah Sakit Tipe A, yaitu:

1. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 5 (lima) pelayanan spesialis penunjang medik, 12 (dua belas)


(21)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 5

pelayanan medik spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medik sub spesialis.

2. Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A meliputi pelayanan medik umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar, pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan medik spesialis lain, pelayanan medik spesialis gigi mulut, pelayanan medik sub spesialis, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, dan pelayanan penunjang non klinik.

3. Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.

4. Sarana prasarana rumah sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. Peralatan yang dimiliki rumah sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri. Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.

5. Administrasi dan manajemen terdiri dari struktur organisasi dan tata laksana. Struktur organisasi paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tata laksana organisasi, standar pelayanan, standar operasional prosedur (SOP) dan sistem informasi manajemen rumah sakit.

Sebagai rumah sakit publik, RSUD Dr. Soetomo dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum dan Badan Layanan Umum Daerah. Kegiatan RSUD Dr. Soetomo antara lain, melaksanakan pelayanan kesehatan, penyembuhan penderita, dan pemulihan keadaan (cacat badan dan jiwa) sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RSUD Dr. Soetomo juga berfungsi dalam melaksanakan usaha pelayanan medis, melakukan usaha rehabilitasi medis, melaksanakan sistem rujukan, usaha pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi tenaga medis dan


(22)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 6

paramedis, serta sebagai tempat penelitian untuk pengembangan, serta penyelenggaraan umum pelayanan rumah sakit yang pada tahun 2011 telah lulus akreditasi Rumah Sakit Pendidikan ISO 9001:2008 untuk Manajemen Struktural RSUD Dr. Soetomo. Pelaksanaan semua fungsi rumah sakit tersebut secara keseluruhan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna.

RSUD Dr. Soetomo dalam melaksanakan tugas dan fungsinya senantiasa berpegang pada visi dan misi. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Nomor: 188.4/439/304/2006 tanggal 19 Januari tahun 2006 dan Nomor: 188.4/8223/301/2012 tentang Buku Profil & Panduan Informasi Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo Surabaya, visi dari RSUD Dr. Soetomo adalah menjadi rumah sakit yang terkemuka dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), sedangkan misi dari RSUD Dr. Soetomo adalah:

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, aman, informatif, efektif, efisien, dan manusiawi dengan tetap memperhatikan aspek sosial. 2. Menyelenggarakan pelayanan rujukan yang berfungsi sebagai pusat

rujukan tertinggi dengan menggunakan teknologi modern

3. Membangun SDM rumah sakit yang profesional, akuntabel, yang berorientasi pada customer serta mempunyai integritas tinggi dalam memberikan pelayanan.

4. Melaksanakan proses pendidikan yang menunjang pelayanan kesehatan prima berdasarkan standar nasional dan internasional.

5. Melaksanakan penelitian yang mengarah pada pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran dan pelayanan perumahsakitan.

RSUD Dr. Soetomo juga memiliki nilai dasar yang dianut yaitu: 1. Etika

2. Profesionalisme 3. Integritas 4. Kemitraan 5. Keadilan 6. Kemandirian


(23)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 7

Selain 6 nilai dasar tersebut RSUD Dr. Soetomo juga menganut Budaya malu yaitu:

Malu jika

1. Tidak ikut apel

2. Terlambat masuk kantor

3. Tidak masuk kerja tanpa alasan 4. Sering minta ijin juka masuk kerja 5. Sering meninggalkan kantor tanpa alasan 6. Bekerja tanpa program kerja

7. Bekerja tanpa pertanggung jawaban 8. Pekerjaan terbengkalai

9. Berpakaian tidak rapid an tanpa atribut 10.Pulang sebelum waktunya

Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh RSUD Dr. Soetomo secara umum antara lain pelayanan gawat darurat (IGD), pelayanan rawat jalan (IRJ), pelayanan rawat inap (IRNA), pelayanan bedah terpadu (GBPT), pelayanan penunjang (laboratorium, radiologi, gizi, farmasi, patologi, anatomi) dan Pendidikan Pelatihan Penelitian Pengembangan (Diklat-Litbang). Struktur organisasi RSUD Dr. Soetomo diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2008, yang selanjutnya menjadi landasan dalam pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian.

Data umum tahun 2012 RSUD Dr. Soetomo : 1. Jumlah tempat tidur: 1471 buah

2. Bed Occupation Rate (BOR): 66,32 % 3. Poliklinik: Sentralisasi

4. Jumlah Pengunjung: 404.176 orang 5. Kamar tindakan: Sentralisasi


(24)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 8 Tabel 2.1 Fasilitas RSUD Dr. Soetomo Surabaya

JUMLAH

JENIS RUMAH SAKIT BAGIAN/SMF

Kamar Operasi Besar 22 OK (Op. Elektif) 6 OK (Op. Emergency)

8 SMF

Kamar Operasi Kecil 1 OK Paru (Irna Medik) 1 OK Obgyn (URJ KB II)

3 OK URJ Bedah

-

Kamar Pulih 1 Kamar (IBP) 1 Kamar (IRD)

-

Kamar Bersalin 106 Bed -

Kamar Intensif 33 TT (Roi-IRD) 47 TT (IRIR-IBP)

-

Lain-lain - -

 Jumlah operasi / tindakan/ elektif / hari : 39 operasi / 55 tindakan / hari

 Jumlah operasi/ tindakan akut/ hari: 20 operasi / hari 6. Laboratorium : Sentralisasi

7. Jenis dan jumlah kasus yang menggunakan alat diagnostik:

 Radiodiagnostik : 60.835

 Patologi Klinik: 1.106.119

 Mikrobiologi Klinik: - Pengecatan 16.804 - Kultur 42.518

 Patologi Anatomi: - Histopatologi 7.953 - Frozen Section 451 - Imuno 1.039 - FNAB 3.896


(25)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 9

- Histokimia 145

 Rehabilitasi Medik: 75.194

 Radioterapy: 52.767

2.2. Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo

Pada dasarnya pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Kep Menkes no. 1197/Menkes/SK/X/2004).

Instalasi Farmasi Rumah Sakit bukan saja memerlukan berbagai kompetensi, tetapi bertanggung jawab membuat pelayanannya tersedia bagi penderita rawat inap dan rawat jalan, dan juga untuk meningkatkan penggunaan yang rasional dari obat oleh profesional kesehatan. IFRS harus berpartisipasi dalam semua program dan fungsi rumah sakit yang memerlukan keahlian farmasi. Staf profesional IFRS wajib mempunyai kemampuan melaksanakan berbagai fungsi pelayanan secara kolektif.

Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo merupakan salah satu instalasi RSUD Dr. Soetomo yang melaksanakan pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 068/Menkes/Per/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah Pasal 1 ayat 6, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah Instalasi Rumah Sakit yang mempunyai tugas menyediakan, mengelola, mendistribusikan informasi dan evaluasi tentang obat.

2.3. Tugas dan Kewajiban Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo

Pelayanan farmasi rumah sakit dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Depkes RI, 2004).


(26)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 10

Tugas Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, antara lain:

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi.

3. Melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE).

4. Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. 6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi. 7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan Formularium Nasional.

Kewajiban Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 068/Menkes/Per/I/2010 Bab II Pasal 5, antara lain:

1. Mengelola obat rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna.

2. Membuat prosedur perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian, dan pemantauan obat yang digunakan fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit.

2.4. Fungsi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 tahun 2014 fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai

a. memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuaikebutuhan pelayanan Rumah Sakit;

b. merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;


(27)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 11

c. mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku;

d. memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit;

e. menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;

f. menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;

g. mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ke unitunit pelayanan di Rumah Sakit;

h. melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;

i. melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;

j. melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan);

k. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

l. melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;

m.mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

n. melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

2. Pelayanan farmasi klinik

a. mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat; b. melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;


(28)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 12

d. memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien;

e. mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;

f. melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain; g. memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;

h. melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO) 1) Pemantauan efek terapi Obat;

2) Pemantauan efek samping Obat;

3) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). i. melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); j. melaksanakan dispensing sediaan steril

1) Melakukan pencampuran Obat suntik 2) Menyiapkan nutrisi parenteral

3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik

4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yangtidak stabil k. melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga

kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit;

l. melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

2.5. Struktur Organisasi IFRS RSUD Dr. Soetomo

Pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanankefarmasian. Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pemberiantugas, koordinasi, dan kewenangan serta fungsi.Dalam struktur organisasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) berkedudukan di bawah wakil direktur penunjang medik. Dalammenjalankan tugasnya, Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo dibantu olehbeberapa bagian, yaitu Tata Usaha, Koordinatorat Perencanaan Monitoring danEvaluasi, Koordinatorat Farmasi Klinik, Koordinatorat Pendidikan Pelatihan danPenelitian Pengembangan, dan


(29)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 13

beberapa unit pelayanan. Struktur organisasiInstalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo dibentuk untuk mempertegas pembagiantugas dan tanggung jawab dari setiap bagian, sehingga mampu melaksanakanperan dan fungsinya masing-masing secara optimal, lebih jelasnya dapat dilihat digambar 2.1.

Dalam rangka mewujudkan pelayanan kefarmasian sebagaimana yang tercermin dalam 10 kegiatan Pengelolaan dan Penggunaan Obat (PPO), yaitupemilihan obat, perencanaan pengadaan, pengadaan obat, penyimpanan obat,penyaluran obat (distribusi), peresepan obat dan informasi, peracikan obat daninformasi, pemberian obat dan informasi, penggunaan obat dan informasi danpemantauan manfaat dan keamanan obat, maka Instalasi Farmasi RSUD Dr.Soetomo menempatkan apoteker sebagai tenaga profesional yang merupakanperwujudan pelayanan keprofesian yang nyata.Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraanpengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu dan harusselalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuaiharapan pelanggan.


(30)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 14 UPF IRD

Instalasi Farmasi

Tata Usaha

Koordinatorat Monitoring dan Evaluasi

Koordinatorat Farmasi Klinik

Koordinatorat Diklat dan Litbang

Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Standar Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi

Standar

Unit Produksi Unit Laboratorium

Farmasi

Unit PIO dan Konseling STRUKTUR ORGANISASI

INSTALASI FARMASI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

UPF GBPT UPF R.I. Mata, THT & Kulit UPF Penyakit Dalam dan UPIPI

UPF Penyakit Syaraf UPF R.I Paru dan Jantung UPF IRNA Obsgyn

UPF IRNA Anak UPF IRNA Jiwa UPF IRJ

UPF POSA, Paliatif & POTI UPF Griu


(31)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 15

BAB III

URAIAN DAN HASIL KEGIATAN

3.1. Unit Produksi

3.1.1.Gambaran Umum Unit Produksi

Unit Produksi adalah salah satu unit kegiatan dibawah Instalasi Farmasi RSUD Dr.Soetomo dalam menghasilkan suatu persediaan obat (mulai dari pengadaan bahan baku, proses pengolahan, dan pengemasan sampai sediaan siap didistribusikan). Selain itu, unit produksi juga melakukan fungsi pelayanan, diantaranya melaksanakan pembuatan obat atas permintaan atau kebutuhan pasien di lingkungan RSUD Dr. Soetomo, terutama obat-obat yang tidak ada atau sukar didapat di pasaran, obat yang dikehendaki dengan konsentrasi tertentu (konsentrasi berbeda), obat yang tidak stabil setelah direkonstitusi atau recenter paratus (terutama obat-obat non steril), serta melaksanakan pembuatan atas permintaan Instansi di luar RSUD Dr.Soetomo. Unit produksi membuat prosedur tetap (protap) untuk masing-masing obat yang diproduksi, melaksanakan serangkaian produksi sesuai protap, melaksanakan usulan perencanaan kebutuhan bahan baku dan peralatan, baik untuk kebutuhan pembuatan sediaan steril (cairan kecil steril dan ekstrak alergen) maupun sediaan non steril (sirup dan tetes telinga), serta kegiatan aseptic dispensing seperti IV admixture, pengemasan ulang (repacking) sediaan injeksi, Total Parenteral Nutrisi (TPN) dan handling cytotoxic(penanganan sitostatika).

3.1.2.Tujuan PKPA di Unit Produksi

Mengetahui peran apoteker dalam melaksanakan kegiatan dibidang produksi sediaan steril maupun non steril dan aseptic dispensing (handling cytotoxic, IV admixture, repacking sediaan injeksi, dan TPN) yang sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) pada unit produksi.


(32)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 16 3.1.3.Manfaat PKPA di Unit Produksi

Manfaat pelaksanaan PKPA di Unit Produksi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah:

1. Mahasiswa mendapatkan pembelajaran dan wawasan mengenai gambaran nyata tentang kegiatan di Unit Produksi, antara lain handling cytotoxic, i.v. admixture, repacking sediaan injeksi, TPN, pembuatan cairan volume kecil, aseptic dispensing, dan pembuatan ekstrak alergen. 2. Mahasiswa mendapatkan informasi secara langsung mengenai kegiatan

produksi sediaan obat mulai dari pengadaan bahan baku, proses pengolahan, pengemasan sampai sediaan siap didistribusikan.

3.1.4.Kegiatan PKPA di Unit Produksi

Mahasiswa melaksanakan kegiatan PKPA di Unit Produksi selama dua hari. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Melakukan diskusi dengan Kepala Unit Produksi tentang rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Unit Produksi, mulai dari jenis sediaan yang dibuat, cara pembuatan, cara sterilisasi alat, ruangan, dan hasil produksi, serta prosedur permintaan sediaan steril maupun non steril. Mahasiswa mendapatkan penjelasan dan melakukan diskusi dengan Apoteker dan Asisten Apoteker di bagian produksi.

2. Melihat proses penanganan rekonstitusi sediaan sitostatika dan pembuatan ekstrak alergen secara aseptis sampai proses sealing vial dengan mengguanakan alumunium.

3. Melihat produk-produk ekstrak alergen baik yang masih dalam bentuk ekstrak yang sudah bebas lemak dan yang sudah selesai disiapkan (dalam wadah vial), TPN yang sudah disiapkan serta melihat form permintaan dokter terkait TPN yang diminta.

4. Melakukan perhitungan pengambilan sediaan sitostatika sesuai permintaan resep. Pelaksanaan tugas perhitungan pengambilan sediaan terdiri dari pengkajian terhadap kompatibilitas, stabilitas sediaan terkait konsentrasi, wadah, waktu, dan suhu, serta perhitungan pengambilan sediaan sitostatika sesuai permintaan resep.


(33)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 17 PERMINTAAN LUAR RSUD DR.SOETOMO 3.1.5.Fungsi Unit Produksi

3.1.5.1.Fungsi Pelayanan

Fungsi pelayanan yang dilakukan oleh Unit Produksi adalah melaksanakan pembuatan obat atas permintaan atau kebutuhan RSUD Dr. Soetomo dan atas permintaan rumah sakit di luar RSUD Dr. Soetomo dengan persetujuan Direktur dan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo (biasanya produk-produk yang dibuat adalah produk yang sudah pernah dibuat di RSUD Dr. Soetomo), membuat dan melaksanakan prosedur tetap untuk masing-masing obat yang diproduksi, melaksanakan usulan perencanaan kebutuhan bahan baku dan peralatan kepada UPPFS, bersama-sama QualityControl mencari solusi jika terjadi kegagalan produksi serta melakukan evaluasi.

Gambar 3.1 Skema alur pelayanan di unit produksi

3.1.5.2.Fungsi Pendidikan

Fungsi pendidikan berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan kepada para mahasiswa Fakultas Farmasi program profesi Apoteker, tenaga kesehatan, atau instansi lain di lingkungan RSUD Dr. Soetomo.


(34)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 18 3.1.5.3.Fungsi Penelitian

Fungsi penelitian dilakukan berkaitan dengan penyediaan obat untuk keperluan penelitian bagi tenaga kesehatan baik Dokter maupun Apoteker. Pembuatan sediaan yang digunakan untuk penelitian berdasarkan atas permintaan dari peneliti. Contoh sediaan yang dibuat di Unit Produksi untuk penelitian dan tetap dipakai sampai saat ini, antara lain: sirup kloral hidrat 250 cc (untuk melihat jaringan pada tumbuhan secara mikroskopis, mempunyai efek penenang atau anastesi yang biasanya digunakan pada anak-anak saat sebelum pemeriksaan fungsi pendengaran) dan sirup resomal 250 cc. Sedangkan sirup ferrous fumarat 5% 100 cc dan ZnSO4 0,4% 150 cc saat ini sudah ada di pasaran. Sirup resomal

250 cc, sirup ferrous fumarat 5% 100 cc dan ZnSO4 0,4% 150 cc digunakan untuk

anak yang mengalami malnutrisi.

3.1.6.Pelayanan Farmasi di Unit Produksi

Pelayanan farmasi di unit produksi meliputi pembuatan ekstrak alergen, pembuatan sediaan non steril, pembuatan sediaan steril, dan aseptik dispensing, termasuk di dalamnya adalah repacking, IV admixture, handling cytotoxic dan TPN. Prosedur pembuatan sediaan obat dimualai dari studi pustaka (formula, cara pembuatan, cara sterilisasi), penyiapan bahan (melihat ketersediaan bahan baku), penyiapan fasilitas dan sarana (melihat fasilitas pembuatan dan sterilisasi) dan pembuatan protap produksi. Adapun kegiatan di unit produksi dapat dilihat pada skema berikut (gambar 3.2).


(35)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 19 Gambar 3.2 Skema kegiatan di unit produksi

3.1.6.1.Produksi Sediaan Steril

Sediaan steril yang dibuat di unit produksi meliputi ekstrak alergen dan cairan volume kecil.

1. Ekstrak Alergen

Ekstrak alergen adalah sediaan ekstrak yang mengandung asam amino dari bahan yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada seseorang. Pembuatannnya berdasarkan permintaan yang biasanya datang dari ruangan, poli, dokter, dan dari luar lingkungan RSUD dr. Soetomo. Untuk setiap hasil ekstrak alergen yang diproduksi terlebih dahulu diuji di laboratorium farmasi untuk menjamin sterilitas ekstrak biasanya sebanyak 20 cc. Alergen digunakan untuk tujuan tes alergi pada bagian punggung dan lebih banyak pada bagaian lengan dan untuk tujuan terapi.

Tes alergi untuk mengetahui apakah seseorang mengalami alergi terhadap suatu alergen tertentu yang dicurigai atau tidak. Sedangkan untuk tujuan terapi adalah melakukan desensitisasi dengan pemberian ekstrak alergen tertentu secara intramuskular, mulai dari konsentrasi yang rendah yang ditingkatkan sedikit demi sedikit ke konsentrasi yang lebih tinggi supaya tubuh mampu mentoleransi (kebal) terhadap alergen tersebut.

Ekstrak alergen di Unit Produksi dibagi menjadi tiga jenis yaitu Alergen Kontrol (coca filtra, histamin fosfat, dan solutio 48/80), Alergen Inhalan (debu rumah bulu anjing, bulu kucing, bulu ayam, kecoa, mite/ tungau, jamur, kapuk,

IV admixture TPN

Repacking

Handlingc ytotoxic Cairan

volume kecil Ekstrak

alergen

Aseptic dispensing Produksi sed. non steril

Produksi sed. steril


(36)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 20

wool, tepung sari bunga,dll), dan Alergen Makanan (putih telur, kuning telur, daging ayam, coklat, daging sapi, daging kambing, tongkol, pindang, bandeng, kepiting, udang, pepaya, nanas, vitsin, bayam, dll). Cara mengumpulkan debu rumah dengan menggunakan vacum. Hal yang susah dan lama adalah pengumpulan bahan baku seperti bulu baik bulu kucing dan bulu anjing. Bahan yang paling sering menyebabkan alergi misalnya telur, udang, kepiting, ikan.

Pemisahan bahan yang mengandung lemak dan yang tidak mengandung lemak dilakukan sebelum pembuatan ekstrak alergen. Pemisahannya biasanya menggunakan etanol dengan proses defatting. Bahan yang mengandung lemak antara lain semua jenis daging, semua jenis ikan, pepaya, mangga, pisang, tongkol, bawang merah, terong, kapuk, kacang-kacangan, beras, susu, kuning telur, durian, apokat, kelapa, nangka, teh, kopi, coklat, tepung, tempe, tahu, nasi, kangkung, cabe. Bahan yang tidak mengandung lemak antara lain bayam, putih telur, wortel, mentimun, jeruk, nanas, rambutan, blewah, labu siam, buah yang berair, kubis, kecambah, apel, anggur, kentang, kacang panjang, buncis, rebung, anggur, kentang, kacang panjang, buncis, jambu biji, jambu air, dan semangka.

Proses pembuatan ekstrak Alergen meliputi proses antara lain Comminution, Defatting, Extractie, Clarification, Dialysis, Concentration, Sterilization, Standardization, dan Quality Control. Masing-masing proses dijabarkan sebagai berikut:

a. Comminution

Tujuan: mempermudah ekstrak dengan jalan memperbesar luas permukaan total. Cara: material dibuat sehalus mungkin dengan blender, grinding machine/juice, extractor atau cutting instrumen.

b. Defatting

Tujuan: mempermudah ekstraksi dengan jalan menghilangkan lemak dalam larutan material (proses untuk bahan yang mengandung lemak). Cara: material direflux dalam deffating agen aether, toluen, atau chloroform. c. Extractie

Tujuan: Menarik zat allergenik yang aktif kedalam pelarut. Cara: Mengocok material dalam larutan buffer saline, glycerid saline, dextros,


(37)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 21

phosphat buffer glycerid saline, hypertonis glycerid saline (stirers), bikarbonat saline/ cocos, dextrosa bicarbonat.

d. Clarification

Tujuan: Memisahkan inactive material dan partikel tersuspensi yang dapat menyumbat bakteri filter. Cara: Disaring dengan penyaring kasar atau kain bila perlu dapat dipakai buchner dengan pompa isap atau dapat pula disentrifuge.

e. Dialysis

Tujuan: Membebaskan dari bahan-bahan yang dapat menyebabkan iritasi seperti zat warna yang dapat mewarnai kulit penderita dan elektrolit yang tidak dikehendaki. Cara: Ekstrak dalam cellophone bag yang didialisir dalam air mengalir, larutan buffer saline, atau cairan ekstrak tertentu.

f. Concentration

Tujuan: Mendapatkan kadar yang lebih tinggi dengan jalan pemekatan larutan. Cara: Penguapan pelarut dengan menggunakan panas tidak langsung. Volume kecil menggunakan evaporating dish dengan aliran udara, volume besar menggunakan vacum evaporator dengan penangas air. g. Sterilization

Tujuan: Meniadakan semua bentuk mikroorganisme. Cara: Karena sifat alergen yang termolabil maka dilakukan sterilisasi tanpa pemanasan dengan menggunakan bakteri filter. Seluruh proses dilakukan dengan alat-alat steril dalam kondisi aseptis.

h. Standardization

Tujuan: Pembakuan ekstrak alergen. Cara: Pollen unit of noon, total nitrogen content, protein unit-N dan standardisasi menurut berat volume atau prosentase.

i. Quality Control

Tujuan: Menjaga mutu ekstrak alergen. Cara: Dilakukan pemeriksaan terhadap sterilitas, pirogenitas dan potensi.


(38)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 22 2. Sediaan Cairan Volume Kecil

Sediaan cairan volume kecil yang dibuat di Unit Produksi dibedakan berdasarkan cara sterilisasinya, yaitu:

a. Sediaan yang disterilkan dengan sterilisasi uap (autoclave dengan suhu 115-121 oC, tekanan 1 atm, selama 15-30 menit)

 CaCl3 20 cc  mengatasi kekosongan Ca Gluconas yang digunakan

untuk terapi hiperkalemia.

Lidocain 1 % 20 cc  yang beredar di pasaran 2% dan 5% sehingga dibuat sediaan cairan dengan volume dan konsentrasi yang lebih kecil.

Methylenblue 0,5 % 10 cc

 Na Nitrit 10 cc  sebagai antidotum sianida

 Na Thiosulfas 10 cc  sebagai antidotum sianida

 NaCl 15 % 10 cc  yang beredar di pasaran 0,9% dan 3% sehingga dibuat sediaan cairan dengan volume lebih kecil dan konsentrasi yang lebih pekat.

 Talk 7 % dalam PZ 0,9 % 50 cc  untuk pasien yang mengalami keganasan paru (Pleuro disease)

Triple dye 50 cc  pewarna untuk antiseptik pada bayi yang baru lahir dengan resiko timggi, pada tali pusar bayi dioleskannya.

b. Sediaan yang disterilisasi dengan cara filtrasi

 Alkohol 96 % 20 cc  sebagai antidotum metanol yang biasaya berasal dari minuman oplosan.

 Ekstrak alergen

Phenol Olie 5%

c. Bahan yang disterilkan dengan sterilisasi panas kering (oven) adalah oleum cocos 50 cc yang digunakan untuk membersihkan lemak atau kotoran yang menempel pada kulit bayi yang baru lahir.

3.1.6.2.Produksi Sediaan Non Steril

Sediaan non steril yang dibuat oleh Unit Produksi RSUD dr. Soetomo antara lain sebagai berikut ;


(39)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 23

1. Pasta dan zalf,seperti pasta ECG, pasta EEG, argenta sulfadiazin dan zalf 24.

2. Bahan baku,seperti aseton, metanol, parafin liquid, xylol, cupri sulfat, EDTA, acid trichlor aceton dan lainnya.

3. Antiseptik,seperti sabun hijau, hibicet, isodine, hibiscrub, alkohol, alkohol gliserin dan lainnya.

4. Obat,seperti asam Trichlor Acetic 30 %, bora gliserin, formalin 10 %, camphor spiritus, lidocain 4 %, perhidrol 3 %, sublimat-HCl 25 %. 5. Reagen,seperti acidum aceticum 30 %, amonia 10 %, BaCl 10 %, carbol

fuchsin, Fouchet, Lugol (selain sebagai reagen juga untuk terapi hyppthyroid), Methylen Blue.

6. Sediaan,seperti solution chloralhidrat 250 cc, resomal solution 250 cc, zinc sulphate 0,4 % solutio 150 cc, dan sirup fero fumarat 5 % 100 cc

3.1.6.3.Aseptic Dispensing

Aseptic dispensing adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan meminimalkan terjadinya kontaminasi mikroorganisme atau partikel kontaminan pada sediaan. Faktor yang perlu diperhatikan untuk melakukan aseptic dispensing meliputi:

1. Ruangan, monitoring suhu, kelembapan, tekanan dan jumlah partikel a. Untuk pelaksanaan aseptis harus dibersihkan dan didesinfeksi.

b. Dinding, lantai, dan langit-langit permukaannya harus halus tidak bercelah dengan dilapisi epoksi supaya mudah dalam membersihkannya dan dibersihkan secara berkala.

c. Dilengkapi dengan HEPA filter.

d. Dilengkapi dengan laminar air flow (LAF) yang memiliki tekanan positif dan aliran udaranya horizontal dan biological safety cabinet (BSC) yang digunakan untuk handling cytotoxic dengan tekanan negatif dan aliran udaranya vertikal.

e. Memiliki persyaratan suhu dan tekanan tertentu.


(40)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 24

Barang masuk dan keluar melalui pass box yang didesain mampu untuk meminimalkan kontaminasi. Pintu pass box harus dibuka secara bergantian untuk mencegah kontaminasi. Ada ruang antara yang digunakan petugas untuk memakai pakaian steril lengkap sebelum masuk ruang steril. Terdapat persyaratan jumlah partikel tertentu yang boleh ada pada tempat kerja yang dapat dipenuhi dengan adanya Laminar Air Flow. Ukuran partikel dalam clean room dan LAF tidak boleh kurang dari 0,5 mikron. Hanya 10.000 partikel tiap meter kubik yang diperbolehkan ada pada clean room. Sedangkan jumlah partikel yang diperbolehkan ada pada LAF adalah sebanyak 100 partikel.

2. Personel

a. Personel harus sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan yang terlatih dalam pelaksanaan aseptis. Personel merupakan sumber kontaminan terbesar oleh karena itu sebelum masuk ruang aseptik petugas harus didesinfeksi dahulu di ruang transisi, pergerakan dari petugas harus diminimalkan agar tidak menyebabkan tabrakan udara yang dapat menyebabkan kontaminasi.

b. Personel memakai Alat Pelindung Diri Steril (baju atau gaun, sarung kaki, tutup kepala, masker, sarung tangan) yang harus disterilkan dahulu.

c. Peralatan, harus disterilkan terlebih dahulu dan pengerjaan aseptisnya di bawah LAF (laminar Air Flow) dengan standar sertifikasi.

3. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri terdiri dari baju yang terbuat dari linen, penutup kepala, penutup kaki, masker, sarung tangan, dan kaca mata. Untuk penanganan obat-obat sitostatika digunakan 2 lapis masker dan 2 lapis sarung tangan (sarung tangan yang pertama terbuat dari latex dan yang kedua terbuat dari gloves). Masker dan sarung tangan termasuk dalam alat pelindung diri disposable (sekali pakai). Baju, penutup kepala, penutup kaki, dan kaca mata dapat dipakai beberapa kali, setelah melalui proses sterilisasi ulang.

Sediaan yang disiapkan dengan aseptic dispensing antara lain, repacking obat injeksi, IV admixture, total parenteral nutrition, danhandling cytotoxic. Repacking merupakan pengemasan ulang sediaan obat injeksi yang ada dipasaran


(41)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 25

menjadi kemasan dengan kekuatan yang lebih kecil secara teknik aseptis. Alasan dilakukan repacking antara lain karena waktu stabilitas obat tersebut pendek (≤24 jam) baik setelah direkonstitusi maupun dibuka, sediaan obat yang dikehendaki dalam dosis yang lebih kecil dari yang tersedia di pasaran, dan harga obat mahal. Contoh sediaan yang direpacking misalnya ampicilin sulbactam 100 mg, acyclovir 100 mg, piperacilin sodium dan tazobactam sodium 100 mg, serbuk injeksi gansiclovir satu vial dosis 500 mg, dikemas ulang dalam dosis 50 mg, serta sediaan meropenem satu vial 1000 mg dikemas ulang dalam dosis 60 mg dan 100 mg.

IVadmixture adalah merekonstitusi dan atau menambahkan atau mencampur obat suntik dengan cairan infus secara teknis aseptis. Tujuannya adalah meminimalkan risiko kontaminasi terhadap sediaan (jaminan sterilitas), penjaminan mutu dan kualitas (pengkajian apoteker terhadap dosis, kompatibilitas & stabilitas), cost effective dan peningkatan keamanan dengan larutan yang terstandarisasi. Contoh sediaannya prostin injeksi dan pregnil injeksi..

Total Parenteral Nutrition (TPN) adalah suatu sediaan yang mengandung berbagai macam nutrisi seperti air, protein (L-amino acids), karbohidrat (glucose), lemak dengan asam lemak esensial, elektrolit (Na, K, Mg, Ca, P, Cl), trace elements (Cu, Zn, Mn, Se, Fe, Cr, Mo) dan vitamin (A, D, E, K, C, B1, B2, B6, B12, Niacin, Biotin, Pantothenic acid, Asam Folat) yang dibutuhkan oleh pasien. TPN mudah terkontaminasi bakteri dan jamur, sehingga TPN harus dibuat dengan steril aseptic technique. Pengerjaan teknik aseptic dispensing TPN secara umum sama dengan pengerjaan teknik aseptic dispensing iv admixture baik ruangan dan alat pelindung diri yang digunakan.

Handlingcytotoxic dilakukan dalam pengerjaan obat-obatan sitostatika karena obat-obatan tersebut berpotensi menimbulkan efek karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik sehingga memerlukan penanganan yang khusus dan mampu melindungi operator dari paparan obat-obat sitostatik. Prinsip pengerjaan handling cytotoxic sama dengan iv admixture, hanya berbeda pada alat yang digunakan yaitu BSC yang dirancang untuk melindungi personel dan obat. Sedangkan untuk personelnya sendiri diwajibkan menggunakan alat pelindung diri (APD). Pembuangannya pun perlu diperhatikan yaitu dispisahkan dari sampah


(42)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 26

lain dimasukkan dalam kantung sampah berwarna ungu dan dimusnahkan di incenerator.

3.2. Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Standar (UPPFS) 3.2.1.Gambaran Umum UPPFS

Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Standar merupakan unit fungsional di bawah naungan Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang mempunyai tugas dalam aspek manajemen farmasi. Aspek manajemen farmasi yang dilakukan oleh UPPFS didasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit. UPPFS melakukan kegiatan pengelolaan yang meliputi perencanaan anggaran, perencanaan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan pelaporan dan pemusnahan atau penghapusan perbekalan farmasi serta administrasi yang berada di bawah tanggung jawab Instalasi Farmasi. UPPFS bertugas melayani poli, ruang dan UPF seperti GBPT, GPDT, IGD, dan GRIU. Organisasi di UPPFS terdiri dari kepala UPPFS (seorang apoteker), 5 orang asisten apoteker penanggung jawab, 3 orang tenaga administrasi, dan 6 orang pekarya.

Gambar 3.3 Struktur organisasi UPPFS

Kepala IFRS

Pekarya Kepala UPPFS

Administrasi

2 AA PJ Alat kesehatan pakai habis 1 AA

PJ Reagen dan gas

medik

1 AA PJ Bahan radiodiagnostik,

x-ray film, dan alkes penunjang 2 AA

PJ Obat, bahan padat, dan

cair

1 AA PJ Perbekalan

Farmasi Bantuan


(43)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 27

Perbekalan Farmasi Standar merupakan perbekalan farmasi yang masuk ke dalam komponen tarif tindakan atau pemeriksaan, termasuk di dalamnya obat, alat kesehatan, bahan laboratorium/reagen, x-ray film/materi radiodiagnostik, gas medik, serta perbekalan yang tidak diresepkan.

Pengelolaan anggaran untuk pengadaan perbekalan farmasi standar menggunakan sistem BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) berdasarkan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP RI No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Permendagri No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, Pergub Jatim No. 29 tahun 2008 tentang Pedoman Penetapan Pola Pengelolaan BLU Daerah Propinsi Jawa Timur, Pergub Jatim No. 66 Tahun 2011 tentang pedoman Pengadaan Barang/Jasa pada SKPD yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD Prov. Jatim.

BLUD merupakan sistem pengelolaan dana instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memperbaiki pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan jasa yang dijual tanpa mengutamakan keuntungan dan dalam melaksanakan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisien dan produktif. Pengelolaan BLUD ini memberikan keleluasaan dan flexibilitas dalam menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat yang didasarkan prinsip efisien dan produktivitas. Pengelolaan BLUD secara flexibilitas dengan mempertimbangkan keseimbangan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran berdasarkan praktek bisnis sehat, sehingga dapat mengembangkan berbagai produk usaha sebagai upaya peningkatan pelayanan bermutu kepada pelayanan secara efisien dan produktif berkesinambungan serta memperoleh revenue (profit). Dengan diterapkannya sistem BLUD, Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Standar (UPPFS) diharapkan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo dapat melaksanakan tujuan sesuai dengan PP RI No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU.


(44)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 28 3.2.2.Tujuan dan Manfaat PKP di Unit Pelayanan Perbekalan Farmasi

Standar (UPPFS)

Tujuan PKP di UPPS RSUD dr. Soetomo adalah:

1. Memahami dan mengerti peran farmasis dalam unit pelayanan perbekalan farmasi standar.

2. Mampu memahami tentang siklus kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi standar yang meliputi perencanaan penganggaran, perencanaan

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,

pencatatan/pelaporan dan pemusnahan/penghapusan pembekalan farmasi standar serta mengetahui evaluasi kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi standar. Perencanaan dan pengelolaan anggaran perbekalan farmasi dengan konsep BLUD.

3. Mampu mengetahui kegiatan perencanaan dan pengelolaan perbekalan farmasi standar di rumah sakit yang merupakan back up pelayanan farmasi klinis di RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Manfaat yang diharapkan dari PKP ini adalah agar mahasiswa PKP mampu memahami, mengerti dan melaksanakan tugas dan fungsi UPPFS dalam melakukan pengelolaan perbekalan farmasi standar yang meliputi perencanaan anggaran, perencanaan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan pelaporan dan pemusnahan atau penghapusan perbekalan farmasi.

3.2.3.Pengelolaan Perbekalan Farmasi di UPPFS

Pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan tugas pokok dan fungsinya. Dalam menjalankan kegiatan tersebut harus tepat dan benar dalam mengelola dana anggaran, dalam merencanakan pengadaan, menerima, menyimpan, menyalurkan, dan membuat pencatatan serta pelaporan dari kebutuhan unit kerja dan pelayanan yang ada di rumah sakit.


(45)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 29 Gambar 3.4 Siklus pengelolaan perbekalan farmasi

3.2.3.1.Perencanaan Anggaran

Perencanaan anggaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun anggaran untuk pemenuhan kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Perencanaan anggaran harus dilakukan secara optimal sehingga uang dapat digunakan secara efektif dan efisien.

Tujuan perencanaaan anggaran adalah sebagai berikut:

1. Memperkirakan jumlah uang yang dibutuhkan untuk menyediakan perbekalan kesehatan.

2. Meningkatkan penggunaan uang secara rasional dalam menyediakan perbekalan kesehatan.

3. Meningkatkan efisiensi penggunaan uang secara tepat.

Anggaran disusun berdasarkan kebutuhan tahunan Instalasi/Unit Kerja yang dikonversi dalam satuan biaya. Anggaran tersebut dinamakan Rencana Bisnis

perencanaan anggaran

perencanaan pengadaan

pemeriksaan dan penerimaan

penyimpanan pendistribusian

pencatatan/ pelaporan


(46)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 30

Anggaran (RBA) yang dibuat oleh Unit Penyimpanan Perbekalan Farmasi Standar (UPPFS) tentang jumlah kebutuhan dan perkiraan anggaran tahunan. RBA akan diajukan ke Bagian Perencanaan dan Program Rumah Sakit setelah disetujui Kepala Instalasi Farmasi RSUD Dr. Soetomo. RBA dikonversi menjadi DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang selanjutnya disebut DPA tentatif dan diajukan ke Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) untuk dikoreksi. Setelah DPA tentatif direvisi menjadi DPA definitif kemudian diajukan oleh Sekdaprov ke pembahasan tingkat DPRD. Persetujuan DPA definitif tersebut kemudian menjadi DPA-BLUD yang menjadi dasar penentuan anggaran dalam pengadaan perbekalan farmasi standar di Rumah Sakit. Anggaran pengadaan perbekalan farmasi standar di RSUD Dr. Soetomo berasal dari Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dimana dana tersebut merupakan pendapatan fungsional Rumah Sakit, kerjasama operasional (KSO), dan dari pemerintah. Dalam pengadaan perbekalan farmasi, BLUD menganut sistem flexibilitas, sehingga jika terdapat perubahan anggaran atau kekurangan anggaran dapat diajukan kepada BLUD yang artinya kekosongan perbekalan farmasi akibat kekurangan anggaran dapat teratasi.

3.2.3.2.Perencanaan Pengadaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.

Untuk memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus


(47)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 31

melibatkan tenaga kefarmasian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai antara lain:

1. Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa;

2. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS);

3. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus mempunyai nomor izin edar; dan

4. Expireddate minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain).

Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah kekosongan stok obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan mendapatkan obat saat Instalasi Farmasi tutup. Perencanaan untuk periode yang akan datang dilakukan oleh UPPFS didasarkan pada data penggunaan periode sebelumnya dengan menggunakan metode konsumsi nyata. Selain itu, perencanaan pengadaan memperhatikan faktor jumlah kebutuhan, stok, buffer, plafon anggaran, waktu penerimaan, dan tingkat kebutuhan. Pedoman dalam membuat perencanaan adalah Formularium Rumah Sakit, Rekam Medik Kesehatan, anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, data penggunaan periode lalu, rencana pengembangan, persediaan barang di gudang, usulan dari masing-masing unit dengan memperhatikan prioritas sasaran pelayanan (antara lain IRD, GBPT, Instalasi Sterilisasi dan Binatu, Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Mikrobiologi Klinik, dan Radiologi). Pengadaan perbekalan farmasi UPPFS meliputi obat-obat standar, gas medik, alat-alat kesehatan, X-ray film atau materi radiodiagnostik, dan bahan lab atau reagen.

Pengadaan di UPPFS dapat dilakukan melalui: 1. Pembelian

Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah:


(48)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 32

a. Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat

b. Persyaratan pemasok.

c. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

d. Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu. 2. Sumbangan/Dropping/Hibah

Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatandan pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sumbangan/dropping/hibah. Seluruh kegiatan penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit untuk mengembalikan / menolak sumbangan / dropping / hibah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.

Tahapan dalam melakukan pengadaan yaitu: Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang telah disetujui oleh UPPFS, dimana Usulan Kebutuhan Instalasi Farmasi (UKIF) dibuat per bulan sesuai alokasi DPA pertriwulan kemudian Rencana Anggaran Belanja (RAB) dikirim ke Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk diteruskan kePejabat Pembuat Komitmen (PPK) kemudian diteruskan ke ULP/pejabat pengadaan, yang kemudian memproses pengadaan sampai keluarnya Surat Pesanan (SP). Perencanaan dilakukan setiap bulan sekali melalui UK dan ada pengadaan CITO untuk jenis barang yang dimiliki maupun jenis barang baru yang tidak ada dalam stok bisa dilakukan pengadaan CITO. Pengadaan CITO tersebut secara langsung akan memotong anggaran yang telah direncanakan/tercantum dalam RAB. Prosedur pengadaan


(1)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 606

Mengatasi hipocalcemia dan mencegah resiko

hiperfosfatemia

Kadar Ca dan Fosfat normal

CaCO 3 x 500 mg Ca Fosfat

8,5-10,1 mmol/L 2,5-4,9 mmol/L

Serum Ca dan Fosfat dipantau 3 hari sekali.

Terapi DCFC I-II dan PJK Anterior

TD terkontrol Nyeri dada (-)

Furosemide 20 mg Amlodipin 5 mg

TD

Nyeri dada Nadi RR

<140/90 mmHg (-)

80-100 x/menit 20-24 x/menit

Setiap hari dilakukan pemantauan

Terapi prevensi primer

terjadinya Iskemi

Tidak terjadi iskemi Cilostazol 2 x 50 mg TD

Nyeri dada Nadi RR

<140/90 mmHg (-)

80-100 x/menit 20-24 x/menit

Setiap hari dilakukan pemantauan


(2)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 607 PHARMACIST’S CARE PLAN MONITORING WORKSHEET (PCPMW)

PATIENT : Tn.S PHARMACIST : Kelompok 1 LOCATION/ROOM : Pandan II

Pharmacoth erapeutic Goal

Monitoring

Parameter Desired Endpoint(s)

Monitoring Frequency Tanggal 19/ 11 20/ 11 21/ 11 22/ 11 23/ 11 24/ 11 25/ 11 26/ 11 27/ 11 Mengatasi Acidosis Metabolik, uremyc syndrome, hipokalem ia HD Cito Na Bic pH pCO2 pO2 HCO3 7,35-7,45 35-45 80-100 22-26

3 hari sekali 7,226 25,7 98 10,8 7,22 39 61 16 7,33 22 83 11,6 7,46 33 96 23

antibakteri meropene m Suhu WBC Nadi RR 36,5-37 3,6-10x103 80-100x/menit 20-setiap hari 3hari sekali Setiap hari 36,2 13,59 62 16-24 36,8 80 20 37,8 80 20 36,8 16,9 72 20 37,8 84 20 37,4 84 20 37,3 86 20 36,7 96 20 36,8 96 20


(3)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 608 25x/menit Menguran gi volume CES K TD Edema

3 hari sekali setiap hari 5,1 - 3,3 - - - 3,5 - - - - - Mengatasi Anemia Asam Folat Transfusi PRC HB MCV MCH 13,3-16,6 36,7-102,3 27,1-32,4

3 hari sekali 4,7 98,8 29,1 7,9 92,6 29,2 Hypocalse mia Hyperfosf atemia

CaCO3 Ca Fosfat 8,5-10,1 2,5-4,9 6,6 4,2 Terapi DCFC I-II dan PJK Anterior Amlodipin Cilostazol ISDN TD Nyeri Dada <140/90 tidak nyeri

setiap hari 100/ 76 120-130/ 80 110/ 70 100/ 60 110/ 70 110/ 70 110/ 70 110/ 70 110/ 70


(4)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 609 LEMBAR KONSELING

Nama : Tn. S

Umur : 53 thn BB : 50 kg TB : 165 cm

No. DMK : 12.29.20.59 Ruangan : Pandan II

Dokter : dr. Nia Farmasis : Kelompok I

No. Hari/

Tanggal

Uraian Rekomendasi / Saran Evaluasi

1. 20/11/2015 Menyampaikan kepada pasien terkait penggunaan obat oral.

 Pagi hari pukul 07.00

ISDN 15-30 menit sebelum makan CaCO3 bersamaan dengan makanan

2 jam setelah makan : amlodipin, asam folat, dan cilostazol

 Pada siang hari

Pukul 12.00-13.00 ISDN diminum (sebelum makan)

CaCO3 bersamaan dengan makanan

2 jam setelah makan siang : asam folat, dan cilastazol diminum

 Pada malam hari

CaCO3 bersamaan dengan makanan

2 jam setelah makan, pada pukul 21.00, asam folat, dan cilastazol diminum, Allopurinol 100 mg


(5)

Pendidikan Profesi Apoteker Periode Oktober-Desember 2015 610

Disampaikan terkait kepatuhan akan minum obat agar pasien patuh dan rutin terhadap terapi yang diberikan.

ISDN dapat menyebabkan hipotensi ortostatik sehingga diminum dengan keadaan duduk (DIH ed.22, 2013; Medscape drug reference; Stockley ed 8)

2. 20/11/2015 Pasien dengan CKD st.V dan PJK perlu diberikan diet khusus untuk mengontrol gisi dan nutrisi sehingga dapat mendukung kondisi pemulihan

 Protein : perlu dilakukan penurunan konsumsi protein menjadi 0,8 g/kg/hari

 Garam : perlu dilakukan penurunan konsumsi garam menjadi <90mmol (2 gram)/hari  Menjaga atau mengontrol berat badan (BMI

20-25), konsumsi buah dan sayuran  Menghindari makanan berlemak

 Menyeimbangkan cairan masuk dan cairan keluar (minum dibatasi maksimal 700cc) (KDIGO, 2012; ACCP, 2013)

3. 20/11/2015 Menyampaikan kepada perawat terkait terapi injeksi yang diberikan

 Injeksi furosemide 40 mg diberikan IV perlahan 1-2 menit untuk menghindari efek

samping “hearing-loss”

 Injeksi meropenem 500 mg direkonstitusi dengan 10 mL NS lalu diberikan IV perlahan 3-5 menit. Stabilitas setelah direkonstitusi adalah 2 jam pada suhu kamar (25ºC)


(6)