Pencelupan Kain Kapas PENDAHULUAN

12 afinitas yang besar terhadap air. Serat kapas yang kering bersifat kasar, rapuh dan kekuatannya rendah. Daya serap kapas berada pada kondisi standar adalah 7 - 8.5.Bobot jenis kapas adalah 1,50 – 1,56 gml. Serat kapas jika dipanaskan pada selama lima jam pada suhu 120 o C tidak memperlihatkan perubahan kekuatan, namun pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan penurunan kekuatan. Serat kapas akan kehilangan kekuatan secara keseluruhan jika dipanaskan pada suhu 240 o C Djufri, 1996. Serat kapas umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian yang normal. Selulosa dapat dipengaruhi oleh asam kuat, oksidator, alkali kuat, jamur, dan hama. Oksidator akan mengoksidasi selulosa menjadi oksiselulosa. Asam menyebabkan hidrolisis ikatan- ikatan glukosa membentuk hidroselulosa, sehingga rantai-rantai molekul serat menjadi lebih pendek. Larutan alkali kuat dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat. Jamur yang tumbuh pada selulosa dapat menyebabkan pembusukan dan memutuskan rantai-rantai selulosa. Kerusakan-kerusakan yang terjadi mengakibatkan penurunan kekuatan serat Sunarto, 2008. Komposisi kimia serat kapas dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Kimia Serat Kapas Komposisi Kandungan Bobot Kering Selulosa 94 Protein N x 6,25 1,3 Pektat 1,2 Lilin 0,6 Abu 1,2 Pigmen dan zat-zat lain 1,7 Sumber : American Cotton Handbook 1978

G. Pencelupan Kain Kapas

1 . Pengertian Pencelupan Pencelupan adalah salah satu cara yang meningkatkan nilai indera, dan penyempurnaan juga memberikan peningkatan nilai indera dengan menimbulkan bulu-bulu pada kain raising, menghaluskan glazing, dan dalam beberapa hal, dengan membuatnya anti kusut, kedap air dan tolak air Sugiarto, 1979. Pencelupan ialah pemberian warna pada bahan tekstil secara merata. Tujuannya adalah agar bahan menjadi berwarna. Pemberian warna tersebut dilakukan dengan berbagai cara, bergantung pada jenis serat yang diproses dan jenis zat warna yang digunakan Kustini, 1978 Pencelupan adalah pemberian warna pada benang atau tenunan supaya warnanya rata dan tahan cuci. Berhasil tidaknya suatu pencelupan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suhu, pengadukan, bentuk dan ukuran zat warna, kecepatan celup dan kesadahan air. Air pada proses pencelupan mutlak diperlukan sebagai media pembawa molekul-molekul zat warna untuk dapat masuk kedalam serat. Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air atau media lain, kemudian memasukkan zat warna tekstil dalam serat Riawan et al., 2006. Penyerapan zat warna tekstil ke dalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi keseimbangan. Hasil pencelupan akan maksimal jika bahan yang akan dicelup mudah menyerap air, bebas dari kotoran, bebas dari kanji dan jenis zat warna yang digunakan harus mempunyai sifat mudah larut, mudah meresap dalam bahan dan tidak mudah lepas. Pencelupan dengan zat warna alam sebaiknya menggunakan bahan berserat alam, meskipun tidak menutup kemungkinan dengan serat sintetis, tetapi seratnya harus mendekati sifat-sifat serat alam. Hal 13 ini akan mempermudah proses pewarnaan dan hasilnya juga akan lebih baik. Kain yang akan dicelup harus melalui proses pemasakan terlebih dahulu. Tujuan dari pemasakan adalah untuk menghilangkan pengotor serat pada proses pembuatannya, sehingga daya serap kain meningkat dan zat warna dapat tersebar dengan merata Djufri, 1996. 2. Syarat-syarat Zat Warna Pemberian warna pada kain dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis zat warna dan serat yang akan dicelup. Syarat-syarat zat warna yang akan digunakan dalam pencelupan antara lain sebagai berikut Djufri, 1996: a. Zat warna harus mempunyai afinitas terhadap serat tekstil. b. Zat warna harus mempunyai kemampuan untuk berdifusi. c. Zat warna harus mempunyai kemampuan untuk menyerap suatu panjang gelombang tertentu dengan intensif. d. Zat warna harus dapat larut atau terdispersi dalam suatu zat pelarut. e. Zat warna harus stabil setelah masuk dalam serat. Zat warna yang memenuhi syarat-syarat tersebut dapat digunakan untuk mencelup serat tekstil yang umumnya dilakukan dengan menggunakan zat substantif yaitu daya yang dipengaruhi oleh warna yang keluar dari larutan dan masuk ke dalam serat. 3. Proses Masuknya Zat Warna kedalam Serat Menurut Djufri 1996 pada pencelupan terjadi enam peristiwa penting yaitu: a. Peristiwa migrasi, merupakan suatu proses pelarutan zat warna dan mengusahakan agar larutan zat warna tersebut begerak menempel pada bahan. Makin tinggi suhu larutan warna, maka makin cepat gerakan molekul zat warna. b. Peristiwa adsorbsi, merupakan suatu proses menempelnya molekul zat warna pada permukaan serat. c. Peristiwa difusi, merupakan suatu proses masuknya zat warna dari permukaan bahan kedalam bahan secara bertahap. d. Peristiwa dispersi, merupakan suatu proses penguraian zat warna dalam larutan celup e. Peristiwa absorpsi, merupakan suatu proses penyerapan zat warna dari permukaan serat ke dalam serat. f. Peristiwa fiksasi, merupakan suatu proses terikatnya molekul zat warna kedalam serat. Beberapa jenis sifat zat warna memberikan pencelupan dalam waktu yang sangat cepat dan terdapat pula beberapa sifat zat warna yang memberikan pencelupan yang sangat lambat. Pencelupan yang sangat cepat mempunyai kecenderungan sukar rata, sedangkan pencelupan yang sangat lambat akan menambah biaya pengerjaan dan sering mudah merusak serat Riawan et al., 2006. Gaya-gaya ikat antara zat warna dan serat harus lebih besar dari pada gaya-gaya yang bekerja antara zat warna dengan air, sehingga dapat menghasilkan pencelupan, hasil celup dan tahan cuci yang baik. Hal tersebut dapat tercapai jika molekul zat warna mempunyai atom-atom tertentu, sehingga akan memberikan daya tembus yang baik terhadap serat dan memberikan ikatan yang kuat Riawan et al., 2006. Menurut Djufri 1996 pada dasarnya dalam pencelupan terdapat empat jenis daya ikat yang menyebabkan adanya daya tembus atau daya cuci suatu zat warna pada serat yaitu sebagai berikut: 1 Ikatan hidrogen, yaitu ikatan sekunder yang terbentuk karena atom hidrogen pada gugus hidroksi atau amina mengadakan ikatan yang lemah dengan atom lainnya 14 2 Ikatan elektrovalen, yaitu ikatan yang timbul karena gaya tarik menarik antara muatan yang berlawanan 3 Ikatan Van Der Waals, yaitu pada proses pencelupan daya tarik menarik dengan serat akan bekerja lebih sempurna bila molekul-molekul zat warna berbentuk memanjang dan datar dan antara molekul zat warna dengan serat mempunyai gugusan hidrokarbon yang sesuai sehingga waktu pencelupan zat warna ingin lepas dari air dan bergabung dengan serat 4 Ikatan kovalen, merupakan reaksi pertukaran ion yaitu ikatan garam karena menggunakan reaksi yang mirip dengan reaksi penggaraman. Mordan disebut juga sebagai zat khusus yang dapat meningkatkan lekatnya berbagai pewarna pada kain Hasanudin, 2001. Tujuan dari pemberian mordan adalah untuk memperbesar daya serap kain terhadap zat warna alam. Penggunaan pewarna alam untuk tekstil memerlukan mordan atau perlakuan awal sebelum penggunaan pewarna pada bahan. Sebelumnya mordan yang digunakan adalah mordan yang mengandung bahan kimia, seperti krom, timah, tembaga, seng, dan besi Dekranas, 1999. Mordan untuk pewarna alam telah dikembangkan yang tidak mengandung zat kimia dan ramah terhadap lingkungan, seperti jeruk, jeruk nipis, cuka, sendawa salpenter, pijer borax, tawas alunin, gula batu, gula jawa aren, tunjung, pruisi coper sulfat, tetes tebu molase, air kapur, tape tape ketela, tape ketan, pisang klutuk, daun jambu klutuk sebagai alternatif yang digunakan sebagai mordan pada pewarnaan tekstil Susanto, 1980. Menurut Djufri 1976 dalam Riawan et al. 2006, proses mordanting dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu : a. Cara mordan pendahuluan pre mordan, pencelupan bahan yang dilakukan dengan mencelupkan bahan dengan senyawa logam terlebih dahulu baru kemudian dicelup dengan zat warna b. Cara mordan simultan meta-chrom, mono-chrom, pencelupan bahan yang dilakukan dalam larutan celup yang terdiri dari zat warna dan zat mordan c. Cara mordan akhir after chrom, pencelupan bahan yang dilakukan denganmencelupkan zat warna terlebih dahulu setelah zat warna terserap ke dalam bahan dilanjutkan dengan pencelupan larutan mordan.

H. Pengukuran Warna