Kayu Secang Caesalpinnia sappan L.

6 4. Gambir flouresensi Gambir flouresensi dapat dilihat apabila larutan gambir dikocok dengan petroleum eter dalam suasana sedikit basa. Gambir flouresensi pada lapisan petroleum eter terlihat berpendaran berwarna hijau 5. Katekin merah Katekin merah merupakan komponen yang membuat gambir berwana merah 6. Quersetin Quersetin larut dalam air dan alkohol. Quersetin berubah warna menjadi gelap dengan pemanasan. 7. Fixed oil Fixed oil merupakan kandungan minyak di dalam gambir yang sulit menguap. 8. Lilin Lilin terdapat pada permukaan daun gambir. Lilin merupakan monoester dari suatu asam lemak dan alkohol. 9. Alkolodi Alkoloid yang terdapat pada gambir ada enam jenis, yaitu dihidrogambir tanninna, gambirdina, gambirina, isogambirina, auroparina, oksogambir-tanina. Tannin yang terdapat pada gambir merupakan tannin yang tidak dapat terhidrolisis tannin kondensasi. Tannin pada gambir merupakan turunan flavanal yang tidak dapat dihidrolisis dengan asam ataupun basa.

C. Kayu Secang Caesalpinnia sappan L.

Secang termasuk famili Leguminoseae yang termasuk tanaman perdu yang memanjat atau pohon kecil, berduri banyak, dan tingginya mencapai 5-10 m. Caesalpinna sappan disebut juga Bianceae sappan, dinamai sappan wood karena asli dari India Selatan dan Asia, dan dinamai Brazil wood karena ditemukan juga di daerah Brazil. Menurut Heyne 1987, taksonomi secang adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledone Sub class : Aympetale Ordo : Rosales Famili : Leguminosae Genus : Caesalpinia Species : Caesalpinia sappan L. Kayu secang tumbuh pada tempat-tempat yang berbukit dengan tipe tanah seperti liat dan berbatu-batu, pada daerah dengan ketinggian tempat rendah dan sedang. Di Semanjung Malaysia, pohon secang tumbuh dengan sangat baik pada tepi-tepi sungai yang berpasir. Pohon secang tidak toleran pada tanah yang terlalu basah. Pohon kayu secang tumbuh pada lokasi-lokasi yang memiliki kisaran curah hujan tahunan 700-4300 mm, rata-rata suhu udara tahunan adalah 24- 27,5 o C, dan dengan kisaran pH tanah 5-7,5 Heyne, 1987. Pada Gambar 3 diperlihatkan contoh tanaman secang. 7 Gambar 3. Penampakan Tanaman Secang Sumber : Museum Tekstil Jakarta 2011 Bagian kayu secang yang sering digunakan adalah kayu dalam potongan-potongan atau serutan kayu. Kepingan serutan kayu secang sangat bervariasi warnanya dari kuning hingga merah. Kayu secang jika dilarutkan dalam air akan memberikan warna merah jambu yang menarik, dan diketahui bahwa senyawa brazilein adalah yang menimbulkan warna tersebut. Bagian kayu secang mengandung brazilin, brazilein, sappanchalcone, caesalpin J, caesalpin P, protosalpin A, protosalpin B, homoisoflavonoid β-sitosterol, monohidroksibrazilin, dan benzil dihidrobenzofuran Pawar et al., 2008. Brazilein merupakan hasil oksidasi dari brazilin yaitu komponen utama yang diisolasi dari tanaman secang. Brazilin tidak hanya dihasilkan dari Caesalpinia sappan namun juga dari beberapa spesies tanaman Caesalpinia, seperti Caesalpinia echinata, Caesalpinia crista, dan Haematoxylum camphecianum Oliveira et al., 2002. Brazilin merupakan kristal berwarna kuning yang jika mengalami oksidasi akan mengalami perubahan warna menjadi merah kecoklatan dan dapat larut dalam air Ye Min et al., 2006. Brazilin mempunyai warna kuning sulfur jika dalam bentuk murni, dapat dikristalkan, larut air, jernih mendekati tidak berwarna dan berasa manis. Asam tidak berpengaruh terhadap brazilin, tetapi alkali membuatnya bertambah merah. Brazilein merupakan kristal kecoklatan yang terekstrak dari kayu secang yang berbentuk kristal. Paparan udara dan cahaya pada brazilin dapat menyebabkan teroksidasinya gugus hidroksil dari brazilin menjadi gugus karbonil. Kedua komponen brazilin dan brazilein merupakan tetrasiklik dengan dua cincin aromatik, satu piron, dan satu cincin lima karbon Oliveira et al., 2002. Struktur brazilin dan brazilein dapat dilihat pada Gambar 4. 8 Gambar 4. Struktur Kimia Brazilin dan Brazilein Sumber : Oliveira et al., 2002. Brazilein termasuk dalam golongan flavonoid sebagai homoisoflavonoid Wongsookin et al., 2008. Pigmen brazilein dapat berfungsi sebagai analgesik, antiinflamasi, antioksidan, antidiabetes, antimikroba, antiaterogenik, pengatur haid, obat diare dan disentri, serta jamu bersalin Lim, 1997; Bae et al., 2005. Brazilein telah lama digunakan sebagai pewarna merah untuk keramik, tekstil, dan sangat berpotensi juga digunakan sebagai pewarna makanan. Stabilitas pigmen brazilein dipengaruhi oleh pH, suhu dan pemanasan, sinar ultraviolet, oksidator dan reduktor, serta metal. Brazilein berwarna kuning pada pH 4,5-5,5, merah pada pH 6-7, dan pada pH di atas 8 berwarna merah keunguan Adawiyah dan Indriati, 2003.

D. Kunyit