Multikolinearitas Autokolerasi Heteroskedastisitas Uji Kriteria Ekonometrika

c. Kriteria PengujianPengambilan Keputusan 1. Jika probabilitas sig t α 0,1 atau t-stat t α2nT-n-k maka terima Ho, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Jika probabilitas sig t α 0,1 atau t-stat t α2nT-n-k maka tolak Ho, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

3.6.1.3. Koefisien Determinasi R²

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur ketepatan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, seberapa besar persentase total variasi variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model. Nilai koefisien determinasi berada pada selang 0 nol – 1 satu, semakin besar koefisien R² maka semakin besar pengaruh model dalam menjelaskan variabel dependen.

3.6.2. Uji Kriteria Ekonometrika

Pengujian pelanggaran asumsi dasar ekonometrika yang perlu dilakukan, yaitu :

3.6.2.1. Multikolinearitas

Pelanggaran asumsi ini terjadi karena adanya keterkaitan atau hubungan linear antar variabel independen penyusun model. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas bisa dilakukan dengan cara melihat hasil t dan F statistik. Jika terdapat banyak koefisien parameter t statistik menunjukan hasil yang tidak signifikan, sementara hasil F statistiknya signifikan, maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas. Untuk mengatasi pelanggaran ini bisa dilakukan dengan cara penggabungan data cross section dengan data time series dan menghilangkan variabel yang tidak signifikan Juanda, 2009.

3.6.2.2. Autokolerasi

Pelanggaran asumsi ini akan memengaruhi efisiensi dari estimatornya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi bisa dilakukan dengan cara melihat nilai Durbin-Watson stat di dalam Eviews dan membandingkannya dengan nilai DW tabel pada tingkat of significant α. Adapun kerangka identifikasi pelanggaran asumsi autokolerasi terangkum dalam Tabel.3.3. Tabel 3.3. Kerangka Identifikasi Autokolerasi Nilai DW Hasil DW 1,10 Ada autokorelasi 1,10 DW 1,54 Tanpa kesimpulan 1,55 DW 2,46 Tidak ada autokorelasi 2,47 DW 2,90 Tanpa kesimpulan DW 2,91 Ada autokorelasi Sumber : Firdaus, 2004. Korelasi serial terjadi jika error dari periode waktu yang berbeda saling berkolerasi, yang menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Untuk mengatasi pelanggaran ini bisa dilakukan dengan cara menambahkan AR1 atau AR2 dan seterusnya tergantung berapa banyak autokolerasi yang terdapat di dalam model tersebut.

3.6.2.3. Heteroskedastisitas

Masalah heteroskedastisitas umumnya terdapat pada data cross section. Pelanggaran asumsi ini akan menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Untuk mendeteksi pelanggaran asumsi tersebut bisa dilakukan dengan uji-White Heteroscedasticity yang diperoleh dalam program Eviews dengan cara membandingkan nilai Obs R-Squared dengan X Chi- Squared. Jika nilai Obs R-Squared X Chi-Squared tabel, maka tidak terdapat pelanggaran heteroskedastisitas, begitu juga sebaliknya. Uji heteroskedastisitas juga bisa dilakukan dengan menggunakan metode GLS Cross-Section Weight yang juga tersedia di dalam program Eviews dimana jika terdapat pelanggaran heteroskedastisitas, maka nilai Sum Squred Resid Weighted Statistic akan lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai Sum Squred Resid Unweighted Statistic. Jika model mengalami masalah tersebut, maka dengan menggunakan metode GLS Generalized Least Square masalah tersebut sudah dapat teratasi. Metode ini merupakan metode kuadrat terkecil yang terboboti, dimana model ditransformasikan dengan memberikan bobot pada data asli Juanda, 2009.

3.6.2.4. Uji Normalitas