1 Kelompok ikan target, yaitu ikan karang yang mempunyai manfaat sebagai
ikan konsumsi, seperti kelompok ikan famili Serranidae, Lutjanidae, Haemulidae dan Lethrinidae;
2 Kelompok ikan indikator, yaitu kelompok ikan karang yang dinyatakan
sebagai indikator kelangsungan hidup terumbu karang. Hanya satu famili yang termasuk jenis kelompok ikan indikator, yaitu ikan dari famili
Chaetodontidae; dan 3
Kelompok ikan utama atau mayor, yaitu ikan yang berperan dalam rantai makanan, seperti ikan dari famili Pomacentridae, Scaridae, Achanturidae,
Caesionidae, Labridae, Mullidae dan Apogonidae.
2.2 Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan ciri dominan dari perairan dangkal di daerah katulistiwa. Terumbu karang merupakan salah satu dari ekosistem pantai
yang sangat produktif dan sangat beraneka ragam. Terumbu karang memang unik sifatnya diantara asosiasi dan masyarakat biota laut. Terumbu ini dibangun
seluruhnya oleh kegiatan biologik. Terumbu merupakan timbunan masif dari kapur CaCO
3
yang terutama telah dihasilkan oleh hewan karang dengan tambahan penting dari alga berkapur dan organisme lain penghasil kapur. Proses produksi
kapur dapat dijelaskan secara sederhana seperti berikut. Kerangka atau corallus dari karang batu terdiri dari CaCO
3
terlarut dalam air laut, menurut persamaan kimia berikut:
CaCO
3
+ H
2
CO
3
CaHCO
3 2
Ca + + 2HCO
3
Asam karbonik hipotetikal H
2
CO
3
terdapat sebagai ion-ion hidrogen H dan karbonat HCO
3
yang cenderung untuk memisah menjadi H
2
O dan CO
2
. Seluruh reaksi kimia ini terjadi di dalam jaringan hewan karang, dimana air dan produksi
CO
2
sangat dipercepat oleh enzim anhidrase. Karang pembentuk terumbu hidup dalam simbiosis dengan zooxanthella, yakni alga bersel satu yang terdapat di
dalam endoderma. Zooxanthella mengambil CO
2
untuk fotosintesis dan ini mengakibatkan keseimbangan persamaan di atas terganggu dan bergerak ke kiri,
sehingga terjadi pengendapan CaCO
3
. Ini terjadi dalam satu irama harian dan sebagian besar kapur diendapkan selama siang hari ketika fotosintesis mencapai
puncak kegiatannya, ketika malam hari kegiatan ini berhenti. Pada awalnya kristal kapur terbentuk pada suatu matrik kitin lepas-lepas yang dikeluarkan oleh sel-sel
ektoderma. Kristal-kristal ini kemudian merekat menjadi kerangka yang terdiri dari kristal-kristal kapur merekat di lapisan-lapisan bawah Dahuri 2003.
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap gangguan akibat kegiatan manusia, dan pemulihannya memerlukan waktu yang
lama. Berbagai pendapat menyatakan hal yang sebaliknya, bahwa ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang dinamis, tidak mapan dan mampu
memperbaiki dirinya sendiri dari gangguan alami. Hal ini bila parameter lingkungan utama bagi pertumbuhannya sangat mendukung, misalnya tingkat
kecerahan yang tinggi dan tidak banyak run-off polutan dan sedimen dari daratan Dahuri 2003.
Wallace 1994 mengemukakan bahwa ekosistem terumbu karang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan hidupnya, terutama suhu, salinitas, sedimentasi, eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami pristine. Demikian halnya dengan
perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang coral bleaching yang
diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3
C di atas suhu normal. Selain dari perubahan suhu, perubahan salinitas juga akan
mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang. Nybakken 1992 mengelompokkan terumbu karang berdasarkan
hubungannya dengan daratan menjadi tiga tipe umum, yaitu : 1
Terumbu karang tepi Fringing reefshore reef ; Terumbu karang tepi fringing reef adalah terumbu karang yang berada dekat
dan sejajar dengan garis pantai. Contoh tipe terumbu karang tepi adalah terumbu karang yang ada di daerah Mentawai, Pangandaran, Parangtritis di
pantai selatan Pulau Jawa, Lombok dan Sumbawa.
2 Terumbu karang penghalang Barrier reef; dan
Terumbu karang tipe penghalang Barrief reef terletak di berbagai jarak kejauhan dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang
terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu 40-70 m. Umumnya memanjang menyusuri pantai dan biasanya mengelilingi pulau yang
merupakan penghalang bagi pendatang dari luar. Contohnya adalah The Great Barrier Reef
yang berderet di sebelah timur laut Australia dengan panjang 1.350 mil.
3 Terumbu karang cincin atol.
Terumbu karang cincin atol yang melingkari suatu goba lagoon. Kedalaman goba di dalam atol sekitar 45 m, jarang sampai 100 m seperti
terumbu karang penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Takabonerate di Sulawesi Selatan.
Selain ketiga kelompok besar tersebut, di Indonesia terdapat jenis terumbu gosong patch reef
, contohnya di Kepulauan Seribu di utara Pulau Jawa. Dahuri 2003 menyatakan distribusi dan pertumbuhan ekosistem terumbu
karang bergantung pada beberapa parameter fisika, yaitu: 1
Kecerahan Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh
dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang terjadinya proses fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan
karang. Tanpa cahaya yang cukup, laju fotosintesis akan berkurang dan bersamaan dengan itu kemampuan karang untuk membentuk terumbu karang
CaCo
3
akan berkurang pula. Kebanyakan terumbu karang dapat berkembang dengan baik pada kedalaman 25 meter atau kurang.
2 Temperatur
Pada umumnya, terumbu karang tumbuh secara optimal pada kisaran suhu perairan laut rata-rata tahunan antara 25
C dan 29 C. Suhu di luar kisaran
tersebut masih bisa ditolerir oleh spesies tertentu dari jenis karang hermatifik untuk dapat berkembang dengan baik. Karang hermatifik dapat bertahan pada
suhu di bawah 20 C selama beberapa waktu dan dapat mentolerir suhu
sampai 36 C dalam waktu yang singkat.
3 Salinitas
Banyak spesies karang peka terhadap perubahan salinitas yang besar. Umumnya terumbu karang tumbuh baik di sekitar wilayah pesisir pada
salinitas 30 ppt - 35 ppt. Meskipun terumbu karang mampu bertahan pada
salinitas di luar kisaran tersebut, pertumbuhannya menjadi kurang baik bila dibandingkan pada salinitas normal. Ada juga terumbu karang yang mampu
berkembang di kawasan perairan dengan salinitas 42 ppt, seperti di wilayah timur tengah.
4 Sirkulasi arus dan sedimentasi
Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam proses
pembersihan dari endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas. Oleh karena itu, sirkulasi arus sangat berperan penting dalam
proses transfer energi. Arus dan sirkulasi air berperan dalam proses sedimentasi. Sedimentasi dari partikel lumpur padat yang dibawa oleh aliran
permukaan surface run off akibat erosi dapat menutupi permukaan terumbu karang, sehingga tidak hanya berdampak negatif terhadap hewan karang
tetapi juga terhadap biota yang hidup berasosiasi dengan habitat tersebut. Partikel lumpur yang tersedimentasi tersebut dapat menutupi polip, sehingga
respirasi organisme terumbu karang dan proses fotosintesis oleh
zooxanthellae tidak terjadi.
2.3 Tingkah Laku Ikan Karang