1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 50.000 km
2
dan mempunyai keanekaragaman jenis dan produktivitas primer yang tinggi. Terumbu
karang mempunyai keunikan, diantaranya asosiasi atau komunitas lautan yang seluruhnya dibentuk oleh kegiatan biologis. Namun dibalik produktivitas yang
tinggi tersebut, aktivitas manusia dalam rangka pemanfaatan sumberdaya alam di daerah pantai, baik secara langsung maupun tidak langsung sering merusak
terumbu karang Suprihayono 2000 diacu dalam Dahuri 2003 .
Pemanfaatan sumberdaya ikan karang di Perairan Kepulauan Seribu antara lain menggunakan bubu. Penangkapan ikan dengan bubu bersifat sistemik yang
mencakup aspek lingkungan dan melibatkan suatu teknologi pemanfaatan yang harus dikelola dengan baik, sehingga mencapai proses optimasi pemanfaatan
sumberdaya perikanan yang ada. Menurut Martasuganda 2008, penangkapan ikan dengan bubu yang berwawasan lingkungan mempunyai aspek yang penting.
Aspek pertama yaitu “lingkungan”, lingkungan adalah lingkungan hidup dalam arti adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidupnya, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Aspek kedua adalah teknologi penangkapan ikan berwawasan lingkungan dalam arti upaya sadar dan berencana dalam menggunakan alat tangkap untuk
mengelola sumberdaya ikan secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu hidup tanpa
mempengaruhi atau mengganggu kualitas dari lingkungan hidup. Pemanfaatan sumberdaya ikan karang di perairan Kepulauan Seribu
menggunakan bubu tambun. Pengoperasian bubu ini seyogyanya mempunyai keunggulan tersendiri, yaitu ikan hasil tangkapan bubu tertangkap dalam kondisi
hidup dan kualitasnya lebih terjamin, karena hanya sedikit mengalami luka. Selain itu harga alat tangkap bubu ikan karang relatif lebih murah dibandingkan dengan
alat tangkap ikan karang lainnya.
Pengoperasian bubu tambun di Kepulauan Seribu pada kenyataannya dapat dikatakan tidak ramah lingkungan, karena menggunakan bongkahan
terumbu karang, baik yang hidup maupun terumbu karang yang mati. Hal ini yang mengakibatkan rusaknya terumbu karang yang seharusnya menjadi subtrat bagi
pertumbuhan biota karang lainnya. Rusaknya sistem kehidupan karang akan menyebabkan populasi ikan dan hewan lain makin berkurang, karena dalam
ekosistem kehidupan karang semua komponen merupakan mata rantai makanan yang tidak terputus dan terus berinteraksi. Bila keseimbangannya terganggu akan
mengakibatkan terganggunya daya dukung lingkungan di terumbu karang, akhirnya akan mengancam ekosistem terumbu karang secara keseluruhan.
Salah satu solusi yang ingin dikembangkan adalah pengoperasian bubu tambun menggunakan bahan alami lain sebagai tutupan, sehingga tidak lagi
menggunakan terumbu karang. Penelitian tentang tutupan alami pernah dilakukan oleh R. Nugroho Bayu Santoso pada tahun 2009, yaitu menggunakan tutupan
goni. Hasil penelitian tersebut belum menggambarkan hasil yang lebih baik. Santoso 2009 menggunakan bubu tambun dengan tutupan goni 100 .
Sehubungan dengan hal tersebut penulis bermaksud melakukan penelitian yang sama, namun selain goni penulis menggunakan ijuk sebagai media tutupan.
Persentase tutupan goni dan ijuk yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 70. Hal ini dimaksudkan untuk dapat berfungsi sebagai alat kamuflase dari
habitat ikan karang. Pemasangan tutupan goni pada bubu tambun dalam penelitian Santoso 2009 adalah berupa lembaran goni dan ditutupkan pada bagian atas
bubu tambun. Pada penelitian ini penulis menggunakan cara penutupan yang berbeda dengan yang dilakukan Santoso 2009, cara penutupan bahan ijuk dan
goni dibentuk sedemikian hingga menjadi seperti sayap kupu–kupu yang diletakkan sebagai tutupan bubu tambun penelitian. Kemudian potongan tersebut
disusun di bagian atas dan samping bubu, hingga luas tutupan mencapai 70 . Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
dipakai nelayan dalam pengoperasian bubu tambun, sehingga dapat mengurangi rusaknya ekosistem terumbu karang.
1.2 Tujuan