Industri Pakaian Jadi Metode Peramalan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Pakaian Jadi

Industri pakaian jadi adalah industri tekstil dan produk tekstil, bisnis yang global, dinamis dan berkembang. Karena didalam bisnis ini berhubungan dengan cara mengekspresikan diri, emosi dan identitas seseorang, dan akan sangat dipengaruhi oleh budaya dan kehidupan sosialnya dalam masyarakat 2 . Pakaian medis berbeda dengan pakaian jadi lainnya, menggunakan jenis bahan yang berbeda dan perawatan pakaian medis. Bahan yang digunakan pakaian medis disesuaikan dengan kebutuhan, seperti pada pakaian medis jenis jas operasi, bahan yang biasa digunakan adalah bahan yang tidak mudah menyerap air dan dalam hal perawatannya pihak Rumah Sakit akan melakukan sterilisasi agar terbebas dari sisa kotoran setelah melakukan operasi. Namun proses pembuatan pakaian medis sama dengan pakaian jadi lainnya. Kegiatan dalam industri ini akan sangat banyak melibatkan berbagai macam talenta dan kemampuan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen. Industri garmen kini sudah sangat jauh berkembang, sehingga menyebabkan timbulnya persaingan bebas.

2.2. Deskripsi Persediaan

Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk di gunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual. Persediaan memegang peran penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik Kusuma, 2009. 2 www.PetraChristianUniversityLibrary.com Persediaan bahan baku adalah item yang dibeli dari para pemasok untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi. Bahan baku ini akan ditransformasikan atau dikonversi menjadi barang akhir Yamit, 2008. Menurut Yamit 2008, tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan jumlah material yang tepat, lead time yang tepat dan biaya yang rendah. Manajemen persediaan sangat berkaitan dengan sistem persediaan di dalam suatu perusahaan, yang bertujuan untuk menciptakan efisiensi dalam proses konversi Tampubolon, 2004

2.2.1. Fungsi persediaan

Timbulnya persediaan adalah untuk menjaga keseimbangan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan. Oleh karena itu terdapat empat faktor yang dijadikan sebagai fungsi perlunya persediaan, yaitu faktor waktu, faktor ketidakpastian waktu datang, faktor ketidakpastian penggunaan dalam pabrik dan faktor ekonomis, seperti yang dikutip Yamit, 2008. 1. Faktor waktu, menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu diperlukan untuk membuat skedul produksi, memotong bahan baku, pengiriman bahan baku, pengawasan bahan baku, produksi, dan pengiriman barang jadi ke pedagang besar atau konsumen. Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu lead time. 2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari supplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. Persediaan bahan baku terkait pada supplier, persediaan barang dalam proses terkait pada departemen produksi dan persediaan barang jadi terkait pada konsumen. Ketidakpastian waktu datang mengharuskan perusahaan membuat skedul operasi lebih teliti pada setiap level. 3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat, dan berbagai kondisi lainnya. Persediaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidaktepatan peramalan maupun akibat lainnya tersebut. 4. Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan mendapatkan potongan harga yang dapat menurunkan biaya. Selain itu, pemesanan dalam jumlah besar dapat pula menurunkan biaya karena biaya transportasi per unit menjadi lebih rendah. Persediaan diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis.

2.2.2. Jenis-jenis persediaan

Dilihat dari jenisnya, ada 4 macam persediaan secara umum yaitu Arman dan Yudha, 2008: 1. Bahan baku raw material adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok supplier dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. 2. Barang setengah jadi work in process adalah bahan baku yang sudah di olah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi. 3. Barang jadi finished goods adalah baran jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran. 4. Bahan-bahan pembantu supplies adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan.

2.2.3. Biaya dalam persediaan

Menurut Yamit 2008 biaya-biaya yang termasuk dalam persediaan persediaan terdiri atas: 1. Biaya pembelian purchase cost adalah harga per unit apabila item dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik. 2. Biaya pemesanan order costsetup cost adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari pemasok atau biaya persiapan setup cost apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa: biaya membuat daftar permintaan, menganalisis pemasok, membuat pesanan pembelian, penerimaan bahan,inspeksi bahan,dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum produksi dan pengecekan kualitas. 3. Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi secara fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa: biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan. 4. Biaya kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain.

2.2.4. Pengawasan persediaan yang baik dan efektif

Adanya suatu sistem pengawasan persediaan yang dibina dan dilaksanakan secara sehat dan tepat, serta didukung oleh tenaga kerja yang cakap dan dengan menggunakan formulir dan teknik yang telah dikemukakan dalam bagian terdahulu, akan mencapai beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh tersebut antara lain adalah: 1. Dapat terselenggaranya pengadaan dan penyimpanan persediaan bahan-bahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pabrik baik dalam jumlah kuantitas maupun mutu kualitas 2. Dapat dikuranginya penanaman modalinvestasi bahan-bahan sampai batas minimum 3. Terjaminnya barang-barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang dibuat pada purchase order 4. Dilindungi semua bahan-bahan dengan cara penyimpanan yang semestinya terhadap pencurian, kerusakan dan kemerosotan mutu 5. Dapat dilayaninya bagian produksi dengan bahan-bahan yang dibutuhkan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan, serta mencegah penyalahgunaan dan penyelewengan 6. Terselenggaranya pencatatan persediaan yang menunjukkan penerimaan, pengeluaran, penggunaan serta jumlah dan jenis barang yang ada dalam gudang Assauri, 2008.

2.3. Model-Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Manajemen persediaan merupakan fungsi dari manajer operasional, dan harus membentuk suatu sistem yang permanen melalui pengujian- pengujian, antara lain bagaimana persediaan diklasifikasi dan bagaimana mencatat persediaan dan dipelihara secara akurat Tampubolon, 2004 Menurut Yamit 2008, pertanyaan mendasar yang harus dijawab dalam sistem persediaan adalah berapa banyak dan kapan melakukan pemesanan. Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut sangat tergantung pada parameter seperti permintaan, biaya persediaan dan tenggang waktu.

2.3.1. Model EOQ Economic Order Quantity

Penentuan jumlah pemesanan paling ekonomis EOQ dilakukan apabila untuk bahan baku tergantung dari beberapa pemasok, sehingga perlu dipertimbangkan jumlah pembelian persediaan bahan sesuai kebutuhan proses konversi. Model ini merupakan bagian dari jumlah yang dipesan kembali Reorder Quantity. Model ini dapat digunakan dengan beberapa asumsi, yaitu: 1. Permintaan diketahui, tetap dan bebas 2. Lead Time antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan 3. Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap 4. Discount potongan harga karena kuantitas tidak dimungkinkan 5. Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau pemesanan biaya set up dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu biaya penyimpanan atau penggudangan 6. Kosongnya persediaan kekurangan dapat dihindari sepenuhnya jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat. Tampubolon, 2004. Rata-rata persediaan = Q2 Menghitung EOQ dapat digunakan rumus: √ Q …………………………………………......1 Dimana: Q = Jumlah barang yang optimum pada setiap pesanan D = Permintaan tahunan untuk barang persediaan S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpanan per unit per tahun Gambar 1. Model Persediaan EOQ Sederhana

2.3.2. Model POQ Production Order Quantity

Model ini sebenarnya adalah EOQ model tanpa instantaneous receipts. Hal ini terjadi pada perusahaan yang menerima pengiriman persediaan bahan melebihi satu periode waktu. Model ini sesuai dengan kondisi perusahaan dengan aliran persediaan yang kontinyu atau bertahap melebihi satu periode waktu setelah pesananan dilakukan, atau pada kondisi dimana T = QD Titik saat pemesanan diterima order point Wakt u Q proses kemudian secara simultan. Model ini dapat diterapkan dalam dua situasi yaitu: 1. Ketika persediaan secara terus menerus mengalir atau menumpuk dalam jangka waktu tertentu setelah sebuah pemesanan dilakukan 2. Digunakan ketika unit diproduksi dan dijual secara bersamaan Menghitung POQ dapat digunakan rumus: √ [ { }] ………………………………………….....2 Dimana: Q = Jumlah barang setiap pesanan H = Biaya penyimpanan atau pergudangan per unit per tahun p = Tingkat produksi harian d = Tingkat permintaan atau tingkat pemakaian harian Gambar 2. Model persediaan POQ

2.3.3. Model Quantity Discount

Waktu Q Max Bagian dari siklus persediaan selama produksipemakaian berlangsung Bagian dari siklus permintaan dengan tidak ada produksi hanya terdapat pemakaian Banyak perusahaan yang menawarkan potongan harga kepada pelanggan guna untuk meningkatkan jumlah pelanggan, semakin banyak jumlah barang yang dibeli maka akan semakin besar pula menerima potongan harga. Perusahaan akan menawarkan bahan baku kepada pembeli dengan paket-paket tertentu dan dengan harga yang tertentu pula begitu juga dengan potongan harga yang akan diberikan, maka perusahaan harus mempertimbangkan persediaan barang manakah yang harus dioptimalkan persediaannya. Dengan kondisi yang demikian, maka quantity discount perlu dipelajari. Cara menentukan mana yang akan dipilih yang paling tepat dengan mempertimbangkan biaya persediaan total yang paling kecil diantara alternatif yang ada Tampubolon, 2004. Biaya total = biaya setup + biaya penyimpanan + biaya produk .................................................................3 Dimana: TC = total cost D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan Q = Jumlah barang setiap pesanan S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan H = Biaya penyimpananpergudangan per unit per tahun P = Harga per unit

2.3.4. Model Probabilitas dengan Lead Time Konstan

Permintaan yang tidak pasti memperbesar kemungkinan terjadinya kehabisan stok. Salah satu metode untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kehabisan stok adalah dengan menahan unit tambahan di persediaan, hal ini meliputi penambahan jumlah unit stok pengaman sebagai penyangga titik pemesanan ulang. Titik pemesanan ulang: ROP = d x L …………………...4

2.3.5. MRP Material Requirement Planning

MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan Jadwal Induk Produksi atau MPS Master Production Schedulling menjadi kebutuhan bersih atau NR Net Requirement untuk semua item. MRP juga merupakan sistem yang dirancang secara khusus untuk situasi permintaan bergelombang, yang secara tipikal karena permintaan tersebut dependen. Oleh karena itu tujuan dari sistem MRP adalah: 1. Menjamin tersedianya material, item atau komponen pada saat dibutuhkan untuk memenuhi jadwal produksi dan menjamin tersedianya produk bagi konsumen 2. Menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum 3. Merencanakan aktivitas pengiriman, penjadwalan dan aktivitas pembelian. Arman Yudha, 2008. Arus informasi dalam sistem MRP Arus informasi yang diperlukan untuk mengerjakan perencanaan kebutuhan bahan merupakan suatu rantai yang tidak bisa dipisahkan, artinya apabila salah satu informasi yang diperlukan tidak terpenuhi maka akan membuat perencanaan yang dikerjakan menjadi tidak sempurna. Informasi yang diperlukan dalam perencanaan bahan tersebut di atas merupakan masukan- masukan dalam mengerjakan perencanaan kebutuhan bahan yang dapat dilihat pada Gambar 3. Adapun masukan-masukan tersebut adalah sebagai berikut Yamit, 2008: 1. MPS Master Production Schedule Merupakan ringkasan jadwal produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau ramalan permintaan. Sistem MRP mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam MPS adalah pasti, kendatipun hanya merupakan ramalan. 2. BOM Bill Of Material Merupakan rangkaian struktur semua komponen yang digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan MPS. Secara spesifik Struktur BOM tidak saja berisi komposisi komponen, tetapi juga memuat langkah penyelesaian produk jadi. Tanpa adanya struktur BOM sangat mustahil untuk dapat melaksanakan sistem MRP. 3. IMF Inventory Master File Terdiri dari semua catatan tentang persediaan produk jadi, komponen dari sub-komponen lainnya, baik yang sedang dipesan maupun persediaan pengaman status persediaan. 4. Lead Time Jangka waktu yang dibutuhkan sejak MRP menyarankan suatu pesanan sampai item dipesan itu siap untuk digunakan. Langkah-langkah proses perhitungan MRP Adapun langkah-langkah dalam proses perhitungan MRP adalah sebagai berikut Kusuma, 2009: 1. Proses netting, adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan. 2. Proses lotting, adalah proses untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal untuk masing-masing item produk berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih. 3. Proses offsetting, proses ini ditujukan untuk menentukan saat yang tepat guna melakukan rencana pemesanan dalam upaya memenuhi tingkat kebutuhan bersih. 4. Proses explosion, adalah proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada di tingkat lebih bawah, didasarkan atas rencana pemesanan yang telah disusun pada proses offsetting. Peramalan produk Material Requirement Planning MRP Master Production Schedule MPS Rencana produksi Permintaan pelanggan Catatan struktur produk BOM Perencanaan kapasitas produksi 1. Manpower 2. Equipment Released Work Order Rencana Pemesanan Catatan status inventory IMF Order pekerjaan Capacity Requirement Planning CRP What Capacity Is Needed Order pembelian Gudang Apakah kapasitas tersedia Loading and aquincing Pelanggan Produk Manufaktur ya Tidak Gambar 3. Arus Informasi Sistem MRP

2.4. Metode Peramalan

Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan bantuan software POM dalam kelompok Time Series. Analisa atau kelompok Time Series ini sangat tepat dipakai untuk meramalkan permintaan yang pola permintaan di masa lalunya cukup konsisten dalam periode waktu yang lama, sehingga diharapkan pola tersebut masih akan tetap berlanjut Arman Yudha, 2008. Adapun kelompok dari Time Series adalah sebagai berikut: 1. MA Moving Average 2. WMA Weighted Moving Average 3. ES Exponential Smoothing Penerapan dari ketiga model tersebut akan didapat nilai error sebagai ukuran akurasi hasil peramalan. Metode yang memiliki akurasi lebih baik dibanding dengan metode yang lainnya adalah metode yang memiliki kesalahan error terkecil. Adapun ukuran dari akurasi peramalan adalah: 1. MAD Mean Absolute Deviation Merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: .....................................5 2. MSE Mean Square Error At –Ft 2 n ∑ MAD = Dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut: ………………………….6 3. SE Standart Error ………………………………………………..7 2.5. Penelitian Terdahulu Taryana 2008, melakukan penelitian mengenai analisis pengendalian persediaan bahan baku pada produk sepatu dengan pendekatan teknik lot sizing dalam mendukung sistem MRP dengan tujuan tercapainya efisiensi dan efektifitas produksi. Setelah dilakukan perhitungan mencari ukuran lot optimal, maka didapat pengendalian pesediaan bahan baku dengan pendekatan teknik lot sizing yang memberikan penghematan total biaya persediaan bahan baku dibandingkan dengan kebijakan yang diterapkan perusahaan. Syahrul 2007, melakukan penelitian mengenai analisa persediaan bahan baku dengan metode MRP pada industri proses di PT. Semen Padang dengan tujuan membuat perencanaan kebutuhan bahan baku yang dapat meminimalkan total biaya persediaan yang terjadi menurut perhitungan perusahaan diabndingkan dengan perhitungan hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan teknik lot sizing di dapat bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebelum dilakukan penelitian adalah sebesar Rp. 2.968.029.607,5,- dan hasil penelitian menunjukkan biaya yang terjadi adalah Rp. 2.967.759.867,-. Penghematan yang terjadi sebesar Rp. 199.085.009,-. maka efisiensi yang terjadi adalah sebesar 6,40 persen. Resisca 2009, melakukan penelitian dengan mempelajari sistem pengendalian persediaan bahan baku mi instan di PT. Jakarana Tama, At –Ft n ∑ MSE = S n SE = dengan tujuan mendapatkan metode yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa EOQ adalah metode yang tepat untuk diterapkan karena karakteristik, kondisi serta kebutuhan perusahaan memenuhi asumsi dan penerapan metode EOQ pada perusahaan PT. Jakarana Tama ini menghasilkan biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan metode yang selama ini diterapkan oleh perusahaan. Penghematan yang dihasilkan jika metode EOQ diterapkan pada tahun 2008 adalah sebesar Rp. 11. 282. 508,-.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

PT. Lestari Dini Tunggul merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dalam hal ini adalah produksi pakaian jadi dan dalam hal perencanaan produksinya, sistem yang akan diterapkan adalah dengan cara memahami atau mendalami karakteristik produksi dan persediaan yang ada di perusahaan. Karakteristik produksi dan persediaan pada perusahaan dapat dianalisa persediaan material atau persediaan bahan baku, dari jenis bahan baku, jumlah, harga bahan baku yang digunakan perusahaan dalam proses produksinya. Setelah menganalisa persediaan material atau bahan baku di perusahaan lalu dibuat sistem perencanaan kebutuhan bahan baku, kemudian dilakukan implementasi metode perencanaan kebutuhan bahan baku yang paling tepat. Implementasi metode perencanaan kebutuhan bahan baku yang tepat pada perusahaan akan memberikan dampak yang baik, yakni adanya kelancaran produksi. Pada intinya, metode yang tepat akan menghasilkan perencanaan persediaan material yang akurat yang akan memberi dampak kelancaran pada proses produksi. Kegiatan produksi yang lancar akan menciptakan adanya kepuasan konsumen serta adanya peningkatan efisiensi dan produktifitas perusahaan. Maka hal tersebut akan menjadikan peningkatan daya saing perusahaan guna sebagai modal untuk bersaing dan bertahan, sehingga keberlangsungan usaha akan lebih terjamin.