4. Divisi Pemasaran
Setiap divisi memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing- masing, dan ada keterkaitan antara divisi satu dengan divisi yang lainnya.
Pada pelaksanaannya, PT. Lestari Dini Tunggul juga menggunakan tenaga ahli atau konsultan guna memperlancar kegiatan perusahaan. Manajemen
perusahaan dikepalai oleh Direktur yang membawahi langsung Manager Manager Pemasaran, Manager Produksi, Manager Keuangan dan
Manager Personalia. Setiap Manager memimpin langsung divisi dan para karyawannya yang meliputi Supervisor, Staf dan Operator. Struktur
organisasi PT. Lestari Dini Tunggul secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.3. Gambaran Produk
PT. Lestari Dini Tunggul bergerak di bidang manufaktur khusus produksi pakaian rumah sakit Medical Clothing. Produk yang dihasilkan
adalah LMA Lestari Medical Apparel dan Nurse Colour. LMA merupakan sebuah rangkaian pakaian kamar bedah yang terdiri dari dua
produk 1 OPG WR, merupakan pakaian bedah untuk dokter khusus dipakai pada saat operasi dan digunakan oleh dokter wanita maupun pria
dengan ukuran all size 2 Cries Cross Scrub Shirt Pants adalah pakaian bedah untuk perawat.
Bahan baku yang digunakan untuk ke dua produk ini adalah kain dan benang dan tidak menggunakan asesoris lainnya seperti kancing,
retsleting sesuai standar yang sudah ditentukan, dan pakaian bedah ini bukan merupakan produk fashion. Kain dibuat dari bahan katun 100
dengan treatment khusus berwarna Hunter Green, sehingga bersih kembali setelah pencucian. Terdapat inovasi pada kain berupa Water
Repellent yang berfungsi aman dari percikan darah dan karbon untuk menghindari terjadinya listrik statis pada saat operasi besar sedang
dilakukan. Sedangkan untuk bahan baku benang menggunakan kualitas terbaik atau super berwarna hijau dengan merk Toyolon. Seperti pada
umumnya pakaian bedah, OPG WR serta Cries Cross Scrub Shirt Pants terdiri atas pakaian jashacinco dan celana juga disertai dengan topi.
Dibutuhkan bahan baku untuk membuat OPG WR termasuk topi sepanjang 3 m kain dan 880 m benang, sedangkan untuk membuat Cries
Cross Scrub Shirt Pants dibutuhkan 2,8 m kain dan 600 m benang yang terdiri dari 1,2 m kain untuk hacinco dan 1,6 m kain untuk celana serta
masing-masing membutuhkan 300 m benang. Harga bahan baku kain adalah Rp. 33.000m dan benang Rp. 1,94m. Benang dibeli perusahaan
dalam jumlah rol dan harga tersebut sudah dikonversikan dari harga per 1 rol menjadi harga untuk per meternya.
4.4. Proses Produksi
Terdapat 7 tahapan yang harus dilakukan untuk memproduksi jas operasi yaitu tahap pola membuat pola pada kain, pemotongan atau
menggunting cutting, jahit sewing, quality control, setrika dan pengemasan packing. Tahapan tersebut Sebagaimana diuraikan berikut
ini dan secara skematis dapat dilihat pada Gambar 6: 1.
Pola Tahap pola adalah tahap membuat pola pada bahan baku kain dengan
menggunakan pola dasar yang dimiliki oleh perusahaan. Pola dasar yang dimiliki oleh perusahaan dijadikan sebagai pola acuan.
2. Pemotongan atau menggunting
Pemotongan atau pengguntingan adalah tahap yang dilakukan setelah kain dibuat pola kemudian kain tersebut digunting dan disesuaikan
dengan pola yang ada. Pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati karena kalau tidak sesuai dengan pola hal ini dapat mempersulit pada
tahap selanjutnya dan hasilnya nanti jadi kurang baik. 3.
Jahit Setelah selesai digunting kain yang sudah menjadi pola tersebut
dijahit. Kelebihan produk milik PT. Lestari Dini Tunggul dibandingkan dengan produk perusahaan lainnya adalah pada proses
jahitnya, yakni tidak ada benang yang terputus selama proses jahit itu berlangsung dan ini menjadikan produk memiliki kualitas yang baik.
4. Quality Control pertama
Quality Control pertama dilakukan dalam bentuk pengecekan setelah melewati ketiga tahap sebelumnya yakni pola, gunting dan jahit. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada produk yang cacat atau tidak sesuai standar. Apabila ditemukan kesalahan atau cacat maka
kembali ke proses jahit untuk dilakukan perbaikan. 5. Setrika
Tahap setrika dilakukan setelah melewati Quality Control yang pertama, setelah menjadi pakaian jadi kemudian dilakukan setrika agar
pakaian tersebut rapih dan mempermudah dalam melakukan pengemasan.
6. Quality Control kedua Quality Control kedua dilakukan setelah proses setrika, hal ini
dilakukan untuk memastikan kembali dan memeriksa apakah ada pakaian yang rusak. Apabila ditemukan pakaian yang rusak dan tidak
bisa diperbaiki maka pakaian tersebut akan dijadikan sebagai barang no good yang membuat barang tersebut disimpan dalam gudang.
7. Pengemasan Tahap terakhir dari proses produksi adalah pengemasan. Tujuan dari
pengemasan itu sendiri adalah untuk melindungi produk dan memperpanjang umur simpan produk yang dikemas. Pada tahap ini
setiap satu jas operasi dan topi dikemas ke dalam satu plastik. Proses pengemasan ini dilakukan secara manual dan umumnya dalam satu
kemasan karton berisi 30 potongpcs.
Gambar 6. Diagram Alur Proses Produksi
4.5. Pola Persediaan Bahan Baku PT. Lestari Dini Tunggul