Heriyanto NI, Heriansyah, Siregar CA, Kiyoshi M. 2002, pohon adalah semua tumbuhan berkayu yang memiliki diameter setinggi dada
≥ 2 cm. Variabel yang diamati dari pohon dan tumbuhan bawah adalah
1 Nama Jenis, jumlah individu dan diameter pohon
2 Pohon terpilih diukur diameter, tinggi, berat basah setiap bagian-bagian
pohon dan berat basah totalnya. Pohon dikelompokkan berdasarkan tingkat pertumbuhannya dengan criteria sebagai berikut :
a Pancang adalah regenerasi pohon yang berdiameter 2
≥10 cm. b
Tiang adalah pohon muda yang memiliki diameter 10 ≥ 20 cm.
c Pohon adalah pohon dewasa yang memiliki diameter
≥ 20 cm. 3
Tumbuhan bawah, dicatat nama jenis, jumlah individu dan dipetak mana saja ditemukannya tumbuhan bawah jenis tersebut
2.5. Metode Penelitian
a
2.5.1.Penentuan dan pembuatan petak penelitian .
Petak penelitian ditentukan secara purposive sampling di lahan reklamasi bekas tambang pasir Gumulung Tonggoh. Petak yang dibuat berukuran 20 x 20
meter sebanyak 5 buah. Petak-petak yang ditentukan dibuat berdampingan dalam jalur. Dalam petak tersebut terdapat pula subpetak-subpetak untuk pengamatan
semai, pancang, tiang dan pohon. Desain jalur dalam penentuan petak pengambilan contoh dapat dilihat pada Lampiran 1.
Petak-petak tersebut dipergunakan dalam penentuan pohon-pohon yang dipanenditebang. Dari ke 5 petak yang telah dibuat dipilih 3 petak untuk
penentuan pohon yang dipanen.
2.5.2.Inventarisasi Tegakan
Kegiatan inventarisasi tegakan dilakukan dengan mengambil tinggi dan diameter pohon yang ada pada petak berukuran 20 x 20 meter. Data tiang,
pancang dan semai berturut-turut diambil pada subpetak berukuran 10x10 meter, 5x5 meter dan 2x2 meter. Kriteria yang digunakan untuk membedakan masing-
masing batasan istilah untuk semai, pancang, tiang dan pohon adalah menurut Soerianegara dan Indrawan 2005.
2.5.3.Pemanenan Pohon
Kegiatan pemanenan pohon dilakukan setelah kegiatan inventarisasi tegakan. Berdasarkan data inventarisasi yang telah diperoleh, diameter pohon
dijadikan dasar untuk menggolongkan pohon-pohon tersebut dalam beberapa kelas diameter. Kemudian dari data itu bisa dihitung jumlah pohon yang ditebang.
Untuk menentukan unit contoh pohon yang ditebang pada setiap kelas diameter digunakan rumus sebagai berikut :
nh =
dengan nh adalah pohon contoh terpilih dalam kelas diameter h, Nh adalah jumlah pohon dalam kelas diameter ke-h, n adalah jumlah pohon contoh dan N adalah
jumlah pohon dalam populasi. Dari ke-5 petak yang telah dibuat sebelumnya dipilih 3 petak sebagai lokasi pohon yang dipanen. Diusahakan pohon yang
dipanen menyebar dan mewakili ke-3 petak yang dipilih. Pohon yang telah dipanenditebang kemudian dipisahkan perbagiannya
yaitu batang, cabang, dan daun. Batang utuh diukur diameter ujung dan pangkalnya baru kemudian dibagi menjadi beberapa bagian. Masing-masing
bagian batang juga diukur lagi diameter ujung dan pangkalnya. Kemudian masing-masing bagian ini ditimbang, demikian pula untuk cabang dan daunnya.
2.5.4.Pengambilan Sampel Pohon
Pengambilan sampel untuk bahan analisis biomassa dan karbon terikat diambil dari pohon-pohon yang dipanen, atau disebut juga dengan metode
destructive sampling . Setelah pohon ditebang dan ditimbang, kemudian diambil
dari masing-masing bagian batang untuk sampel uji berukuran 5x5 cm yang selanjutnya akan dianalisis di laboratorium. Untuk sampel daun, cabang dan
ranting diambil kira-kira 50 gram.
2.5.5.Pengukuran Kadar Air
Dalam Widyaningsih 2010, pengukuran kadar air sampel uji dilakukan dengan metode standar TAPPI T268 OM 88, metode ini membandingkan selisih
berat basah dengan berat kering terhadap berat keringnya dalam satuan . Secara lebih jelas dapat dirumuskan seperti dibawah ini :
Keterangan: KA
= Kadar Air Contoh Uji Bo
= Berat awal sampel gram Bkc
= Berat kering sampel gram Pengambilan sampel untuk bahan analisis biomassa dan karbon terikat
harus dilakukan sesegera mungkin setelah sampel selesai ditebang, dipilah dan ditimbang. Karena bila tidak maka kadar air dari sampel yang diambil akan lepas
ke udaraberkurang dan kadar air yang dipergunakan saat analisis laboratorium tidak lagi akurat.
2.5.6.Pengukuran Volume Kayu
Persamaan yang digunakan untuk menghitung volume pohon adalah persamaan Smalian Simon 1987 yaitu :
2.5.7.Pengukuran Biomassa Total
Biomassa pohon total diketahui dengan menggunakan pendekatan kadar air. Besarnya biomassa dapat diketahui dengan perhitungan berat kering. Berat
kering bagian pohon sampel, tumbuhan bawah, serasah dan nekromassa akan diperoleh setelah pengovenan. Menurut Simpson 1993, berat kering masing-
masing sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
BK = Berat Kering kg
BB = Berat Basah kg
Keterangan : V = volume log cm
3
atau m
3
L = panjang kayu rebah m
KA = Persen Kadar Air
2.5.8.Penghitungan Kadar Karbon
Hal yang pertama dilakukan sebelum penghitungan kadar karbon terikat di laboratorium adalah persiapan contoh uji. Bahan-bahan yang telah diperoleh
dilapangan dipotong-potong kecil sebesar batang korek api dan dioven pada suhu ± 60º C. Setelah kering bahan-bahan tersebut dibuat serbuk dengan menggunakan
penggilingan dan dilewatkan pada alat saring berukuran 40 – 60 mesh. Penghitungan Kadar Karbon diperoleh dari hasil analisis laboratorium.
Sampel akan dianalisis di Laboratorium Kimia Kayu Puslitbang Kementerian Kehutanan. Budiyanto 2006 menyatakan proses untuk mendapatkan kandungan
karbon terikat yang dilakukan dilaboratorium mencakup 3 proses yaitu : 1.
Penentuan Zat terbang arang Prosedur penentuan zat terbang yang digunakan berdasarkan American
Society for Testing Material ASTM D 5832-98. Pertama, Cawan porselen diisi dengan contoh uji berupa serbuk sebanyak ± 2 gram,
kemudian cawan ditutup rapat dengan penutupnya. Contoh uji dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 950
C selama 2 menit. Kemudian cawan berisi contoh uji tersebut didinginkan dalam desikator dan selanjutnya
ditimbang. Kadar zat terbang dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut :
2. Penentuan Kandungan abu
Prinsip penetapan kadar abu adalah menentukan jumlah abu yang tertinggal dengan membakar serbuk menjadi abu dengan menggunakan
energi panas. Bagian pohon digunakan dalam penentuan kadar abu adalah batang, cabang, ranting, daun daun. Prosedur penentuan kadar abu yang
digunakan berdasarkan ASTM D 2866-94. Prosedur penentuan kadar abu adalah memasukkan sisa contoh uji dari penentuan zat terbang
dimasukkkan de dalam tanur listrik bersuhu 750 C selama 6 jam.
Kemudian dikeluarkan dan didinginkan di dalam desikator dan kemudian
ditimbang. Kadar abu dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut
3. Penentuan Kadar Karbon terikat
Penentuan Kadar karbon terikat diperoleh dengan menggunakan Standar Nasional Indonesia SNI 06-3730-1995. Rumus yang digunakan dalam
penentuan kadar karbon adalah
2.6. Analisis Data