Berat Jenis dan Kadar Air Potensi Biomassa di Atas Permukaan Tanah

5.2.2. Berat Jenis dan Kadar Air

Berat jenis merupakan variabel yang diperoleh dari hasil analisa laboratorium. Berat jenis adalah perbedaan antara kerapatan kayu dangan kerapatan air pada suhu 4º C Haygreen dan Bowyer 1993. Berat jenis dipengaruhi oleh beberapa variabel lainnya, yaitu kadar air, struktur kayu, lebar lingkaran tumbuh, proporsi kayu akhir, zat ektraktif dan komposisi kimia. Pada penelitian ini diketahui bahwa berat jenis yang dimiliki masing-masing jenis lebih rendah daripada kayu jenis yang sama. Kayu Mahoni rata-rata memiliki berat jenis 0,61 0,53 – 0,67 Martawijaya et al. 1981 sedangkan kayu Jati memiliki berat jenis rata-rata 0,67 0,62 – 0,75 Martawijaya et al. 1981 , sedangkan berat jenis rata-rata Mahoni di lokasi penelitian adalah 0, 54 dan Jati adalah 0,53. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh umur pohon yang masih muda sehingga proporsi kayu juvenil yang terdapat pada kayu masih banyak. Haygreen dan Bowyer 1989 menyatakan bahwa kayu juvenil memiliki kerapatan yang lebih rendah dibanding pada bagian kayu dewasa. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kadar air berdasarkan bagian-bagian pohon maupun diameter bervariasi. Bila dilihat berdasarkan kadar air per bagian pohon, data laboratorium memperlihatkan nilai yang bervariasi untuk setiap kelas diameter. Tetapi pada kelas diameter 16 up, persentase kadar air Mahoni dan Jati untuk semua bagian pohon batang, cabang, ranting dan daun mempunyai kisaran persentase terkecil. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kemungkinan pembentukan kayu teras. Secara umum kayu teras ini biasanya lebih sedikit mengandung air, karena sel-sel kayu teras sudah mulai kosong dan mengeras.

5.2.3. Potensi Biomassa di Atas Permukaan Tanah

Penelitian ini hanya menghitung potensi biomassa pohon standingstok di atas permukaan saja, karena pada saat pengambilan data dilapangan diperoleh informasi bahwa di lahan tanaman Jati dilakukan pembersihan serasah dan tumbuhan bawah secara berjangka, ini dilakukan karena dimusim kemarau, kondisi lapangan sangat kering sehingga dikhawatirkan serasah dan tumbuhan bawah tersebut menjadi bahan bakar apabila ada pembakaran. Hal ini menyebabkan perhitungan potensi biomassa di atas permukaan hanya dilakukan pada tegakan pohon. Perhitungan potensi biomassa pada pohon terbesar terdapat pada batang, dan yang terkecil terdapat pada daun untuk tanaman Mahoni sedangkan pada Jati yang terkecil terdapat pada ranting. Hal ini berkaitan dengan berat basah batang yang diukur di lapangan. Batang pada umumnya mengandung zat penyusun kayu yang lebih banyak dibandingkan bagian pohon lainnya. Zat penyusun kayu lebih banyak mengisi rongga sel batang dibandingkan air sehingga bobot biomassa akan menjadi lebih besar. Selain itu, kandungan biomassa pada batang berhubungan dengan distribusi hasil fotosintesis asimilat. Pada umumnya, 50 dari total hasil fotosintesis yang dihasilkan akan ditransfer dari daun melalui floem. Pada pohon terdapat persaingan antar penampungan hasil fotosintesis batang, cabang, ranting dan daun. Ukuran batang yang lebih besar dari bagian berkayu lainnya ditentukan oleh berat keringnya akan mempengaruhi kekuatan penampung dalam menyerap hasil fotosintesis selanjutnya, sedangkan ranting pada kedua jenis ini jumlahnya sedikit dan diameternya kecil sehingga setelah dianalisis dan dihitung menghasilkan nilai biomassa yang kecil. Total biomassa pohon Mahoni di lahan reklamasi bekas tambang pasir Gumulung Tonggoh adalah 67,4 tonHa dan 42,22 tonHa untuk tanaman Jati. Untuk Mahoni, nilai yang diperoleh lebih besar dari pada biomassa pohon mahoni atas permukaan yang ditanam di lahan Perum Perhutani KPH Cianjur yaitu sebesar 32,24 tonHa Anggraini 2010. Sedangkan untuk tanaman Jati, nilai biomassa pohon tersebut lebih kecil daripada tanaman Jati yang ditanam di lahan Perum Perhutani KPH Cianjur yaitu 102,61 tonHa Agnita 2010.

5.2.4. Potensi Kandungan Karbon Terikat