menyebabkan perhitungan potensi biomassa di atas permukaan hanya dilakukan pada tegakan pohon.
Perhitungan potensi biomassa pada pohon terbesar terdapat pada batang, dan yang terkecil terdapat pada daun untuk tanaman Mahoni sedangkan pada Jati
yang terkecil terdapat pada ranting. Hal ini berkaitan dengan berat basah batang yang diukur di lapangan. Batang pada umumnya mengandung zat penyusun kayu
yang lebih banyak dibandingkan bagian pohon lainnya. Zat penyusun kayu lebih banyak mengisi rongga sel batang dibandingkan air sehingga bobot biomassa akan
menjadi lebih besar. Selain itu, kandungan biomassa pada batang berhubungan dengan distribusi hasil fotosintesis asimilat. Pada umumnya, 50 dari total
hasil fotosintesis yang dihasilkan akan ditransfer dari daun melalui floem. Pada pohon terdapat persaingan antar penampungan hasil fotosintesis batang, cabang,
ranting dan daun. Ukuran batang yang lebih besar dari bagian berkayu lainnya ditentukan oleh berat keringnya akan mempengaruhi kekuatan penampung
dalam menyerap hasil fotosintesis selanjutnya, sedangkan ranting pada kedua jenis ini jumlahnya sedikit dan diameternya kecil sehingga setelah dianalisis dan
dihitung menghasilkan nilai biomassa yang kecil. Total biomassa pohon Mahoni di lahan reklamasi bekas tambang pasir
Gumulung Tonggoh adalah 67,4 tonHa dan 42,22 tonHa untuk tanaman Jati. Untuk Mahoni, nilai yang diperoleh lebih besar dari pada biomassa pohon
mahoni atas permukaan yang ditanam di lahan Perum Perhutani KPH Cianjur yaitu sebesar 32,24 tonHa Anggraini 2010. Sedangkan untuk tanaman Jati, nilai
biomassa pohon tersebut lebih kecil daripada tanaman Jati yang ditanam di lahan Perum Perhutani KPH Cianjur yaitu 102,61 tonHa Agnita 2010.
5.2.4. Potensi Kandungan Karbon Terikat
Hasil dari perhitungan dengan mempergunakan persamaan allometrik yang terpilih digunakan untuk menduga kandungan karbon di atas permukaan pada
tanaman Mahoni dan Jati di lahan reklamasi bekas tambang pasir Gumulung Tonggoh menunjukkan bahwa potensi karbon tertinggi terdapat pada batang
untuk kedua jenis yaitu 72,10 untuk Mahoni dan 91 untuk Jati, ini sesuai dengan persentase biomassa pada pohon. Hal ini karena potensi biomassa dapat
mempengaruhi besarnya potensi selulosa, lignin, zat ekstraktif dan hemiselulosa
yang pada akhirnya mempengaruhi kandungan karbon terikat pada pohon. Hilmi 2003 dalam Novita 2010 menyatakan bahwa kayu secara umum tersusun oleh
selulose, hemiselulose, lignin dan zat ekstraktif yang sebagian besar mengandung karbon. Tsoumis 1991 dalam Novita 2010 menyatakan bahwa adanya variasi
horizontal mengakibatkan adanya kecenderungan variasi dari kerapatan dan komponen kimia kayu.
Nilai kandungan karbon terikat yang ditunjukkan oleh masing-masing jenis Mahoni = 23,7 tonHa dan Jati = 8,82 tonHa menunjukkan kemampuan
tumbuhan sebagai penampungan CO
2
dari atmosfir setelah melalui proses fotosintesis dan respirasi. Tumbuhan merupakan satu-satunya mahluk hidup yang
memiliki kemampuan untuk mengikat gas CO
2
di udara secara enzimatik oleh akseptor berkarbon 5 RuBpRibulosa-1,5-Bifosfat dalam suatu proses
pembentukan karbon pada siklus Calvin dalam proses fotosintesis. Pada proses respirasi, hasil proses fotosintesis akan dioksidasi melalui tahapan glikolisis,
lintasan pentose dan fosfat oksidatif Novita 2010. Hasil perbandingan karbon dengan pendugaan model dengan hasil analisis
laboratorium dapat dikatakan bahwa model yang didapatkan cukup terandalkan. Prosentase karbon yang dikandung oleh biomassa yang diperoleh dari masing-
masing jenis lebih kecil dari pernyataan Brown 1997 yang menyatakan bahwa setengah dari biomassa adalah karbon, ataupun juga pernyataan Mudiyarso yang
mengemukakan bahwa 45 biomassa adalah karbon. Penelitian ini menghasilkan prosentase kandungan karbon rata-rata sebesar 35,16 untuk Mahoni dan 20,16
untuk Jati.
5.2.5. Model Penduga Hubungan Karbon Terikat dengan Biomassa