Pemeriksaan visual Evaluasi .1 Profil aktivitas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diiradiasi dengan neutron akan berubah menjadi inti lain yakni
99
Mo yang perbandingan neutron dan protonnya tidak seperti semula, sehingga inti tersebut
menjadi tidak stabil dan bersifat radioaktif. Proses tersebut dapat digambarkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
Setelah melalui proses iradisi, molybdenum trioxide MoO
3
dilarutkan dalam sodium hidroksida. Pemilihan besarnya konsentrasi 4 N NaOH yaitu
didasarkan pada penelitian Karpeles dan Rivero bahwa ekstraksi terbaik terjadi saat konsentrasi larutan NaOH antara 3-5 N Judith Dominguez Catasus, et.al
2012. Selain larut dalam larutan alkali hidroksida, MoO
3
juga dapat larut dalam
air, ammonium atau potassium bitartrat. Jika melihat kemampuan kelarutan MoO
3
dalam beberapa pelarut tersebut maka dapat diketahui bahwa MoO
3
bersifat polar. Hasil pelarutan MoO
3
dengan NaOH akan menghasilkan suatu garam dalam bentuk sodium molybdate. Berikut adalah persamaan reaksi yang terjadi:
Di dalam larutan MoO
3
-NaOH terdapat radionuklida
99
Mo sebagai radionuklida induk dan radionuklida
99m
Tc sebagai hasil peluruhan dari
99
Mo. Metode ekstraksi pelarut banyak digunakan untuk tujuan pemisahan
99m
Tc dari
99
Mo. Beberapa pelarut yang selektif terhadap teknesium ialah aseton, metil etil keton dan piridin Emeleus, Sharpe, 1968. Pada penelitian ini digunakan pelarut
metil etil keton. Ekstraksi dilakukan dengan pengocokan menggunakan stirrer selama 10 menit. Proses ekstraksi diharapkan dapat menarik
99m
Tc ke dalam larutan metil etil keton yang bersifat semi polar dan
99
Mo akan tetap berada pada fase air yang bersifat polar. Proses ekstraksi selektif teknesium dari
kesetimbangan campuran
99
Mo
99m
Tc memanfaatkan perbedaan kelarutan keduanya dalam dua fase cair yang larut dan merupakan dasar dari teknik
ekstraksi pelarut Dash, Knapp, Pillai, 2012. Metil etil keton merupakan cairan pengekstraksi netral. Sehingga kemungkinan mekanisme ekstraksi dari
99m
TcO
4 -
ialah solvatasi hidrasi hidratation solvatation Judith Dominguez Catasus, et.al 2012. Reaksi yang terjadi ialah sebagai berikut:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Na
+
+
99m
TcO
4 -
.pH
2
O + qMEK ↔ Na
99m
TcO
4
.pH
2
O.qMEK
Hasil pengocokan tersebut kemudian dipindahkan ke dalam corong pisah dan didiamkan selama 15 menit. Dari hasil ekstraksi akan diperoleh dua lapisan,
yakni lapisan organik metil etil keton pada bagian atas dan lapisan non-organik air pada bagian bawah. Hal ini disebabkan densitas metil etil keton bernilai lebih
kecil yakni 0.8049 gmL dibandingkan dengan densitas air yang bernilai 1 gmL. Lapisan organik kemudian dipisahkan dari lapisan non-organik untuk memperoleh
99m
Tc. Larutan yang mengandung Tc tersebut belum dapat digunakan untuk tujuan
diagnosis karena masih berada dalam lapisan metil etil keton, Fase organik metil etil keton dapat dihilangkan dengan penguapan, dan residu penguapan dilarutkan
dengan salin. Namun hasil dari proses tersebut menghasilkan larutan berwarna kuning. Meskipun
belum terdapat literatur yang menerangkan mengenai sebab terbentukmya warna kuning tersebut, namun diperkirakan warna kuning tersebut
terjadi karena terbentuknya kompleks antara
99m
Tc dengan metil etil keton. Perlu diketahui bahwa metil etil keton berbahaya bagi tubuh, karena metil etil keton
bersifat neurotoksik, terlebih larutan
99m
Tc ini akan dimasukkan ke dalam tubuh secara intravena untuk proses diagnosis. Oleh karena itu dibutuhkan proses lebih
lanjut dengan melewatkan larutan ke dalam kolom alumina. Pada penelitian ini, digunakan adsorben alumina dalam kolom kromatografi.
Alumina memiliki sifat amfoter sehingga zat ini memiliki kapasitas untuk bertindak sebagai asam atau basa. Berikut ialah sisi asam dan basa pada struktur
alumina.
Sisi asam Sisi basa
Gambar 10. Sisi Asam Basa Alumina
Sumber: Santacesaria, Ello, 1977