Hubungan pendidikan dan partisipasi politik dalam pemilihan kepala daerah Hubungan Tingkat Pendapatan dan Partisipasi Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah

B HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN PARTISIPASI POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH Dalam penelitian ini variabel status sosial ekonomi adalah salah satu variabel yang diduga mempunyai hubungan dengan partisipasi politik dalam pemilihan kepala daerah. Diduga mereka yang status sosial ekonominya tinggi maka akan mempunyai partisipasi politik yang tinggi pula. Analisis terhadap variabel status sosial ekonomi dan partisipasi politik dalam pilkada dimulai dengan komponen variabel status sosial ekonomi yang penting, yaitu pendidikan, dan penghasilan. Analisis ini dilanjutkan dengan analisis korelasi produk momen terhadap variabel status sosial ekonomi dan partisipasi politik dalam pilkada.

1. Hubungan pendidikan dan partisipasi politik dalam pemilihan kepala daerah

Perbedaan tingkat pendidikan seseorang, dalam penelitian ini diduga mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi responden. Pada masyarakat Temanggung terdapat variasi tingkat pendidikan yang terwakili oleh responden yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu ada sebanyak 50 responden berpendidikan tinggi, 173 berpendidikan sedangmenengah, dan 20 responden berpendidikan rendah. Pada tabel berikut akan dilihat apakah ada hubungan yang positif antara variabel pendidikan dan partisipasi politik dalam pilkada Tabel 5.3 Pendidikan dan Partisipasi Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah Partisipasi Tk. Pendidikan rendah tinggi Total Rendah 0 0 20 100 20 100 Sedang 9 5 164 95 173 100 Tinggi 3 6 47 94 50 100 Total 12 5 231 95 243 100 Dari tabel 5.3 terlihat bahwa responden yang berpendidikan rendah lebih berpartisipasi 100:95:94, dibanding yang berpendidikan tinggi 6:5:0. Mereka yang partisipasinya tinggi cenderung berasal dari responden yang pendidikannya rendah sebaliknya yang partisipasinya rendah cenderung berasal dari responden yang pendidikannya tinggi. Dengan demikian pada penelitian ini terdapat hubungan negatif antara tingkat pendidikan dan partisipasi politik masyarakat dalam pilkada. Hal ini sejalan dengan pendapat Huntington pada bab I tentang polling di India bahwa mereka yang berpendidikan tinggi tidak tertarik ikut kegiatan pemilihan.

2. Hubungan Tingkat Pendapatan dan Partisipasi Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah

Dalam penelitian ini diduga ada juga hubungan positif antara pendapatan dan partisipasi politik dalam pilkada., yaitu mereka yang mempunyai pendapatan tinggi cenderung mempunyai tingkat partisipasi tinggi. Seperti yang kita ketahui, kekayaan adalah salah satu sumber kekuasaan. Orang-orang yang mempunyai dana yang besar cenderung mempunyai ruang partisipasi yang lebih besar dari orang-orang yang kurang mampu. Dalam penelitian ini perbedaan antara kategori pendapatan rendah dan tinggi diukur dari jumlah uanggaji yang diterima responden dalam sebulan.yang termasuk dalam kategori pendapatan rendah adalah mereka yang berpenghasilan Rp 600.000, yang berpenghasilan sedang Rp 600.000-1.000.000, dan yang berpenghasilan tinggi Rp 1.000.000. Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat bagaimana hubungan antara pendapatan dan partisipasi politik dalam pilkada. Tabel 5.4 Pendapatan dan Partisipasi Politik dalam Pemilihan Kepala Daerah Partisipasi Pendapatan rendah tinggi Total Rendah 2 2 89 98 91 100 Sedang 3 5 55 95 58 100 Tinggi 6 7 78 93 84 100 Total 11 5 222 95 233 100 Berdasarkan tabel 5.4 terlihat bahwa responden yang pendapatannya rendah lebih berpartisipasi 98:95:93 dibanding yang pendapatannya tinggi 7:5:2. Dengan kata lain mereka yang partisipasinya tinggi cenderung berasal dari responden yang pendapatannya rendah sebaliknya yang partisipasinya rendah cenderung berasal dari responden yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan analisis tabel silang dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pendapatan dan partisipasi politik dalam pilkada.

3. Hubungan SSE dan Partisipasi Politik dalam Pilkada