Pengertian Permukiman KAJIAN LITERATUR

41 Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu P3KT Provinsi Jawa Timur disebutkan bahwa sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah: 1. Mata air, yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah. Debitnya sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka beberapa lama. 2. Sumur dangkal shallow wells, yaitu sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40 meter. Salah satu bagian dari sumur dangkal adalah sumur galian, sumur ini berupa lubang yang digali hingga permukaan air tanah, karena sulitnya melakukan pengalian di bawah permukaan air tanah maka sumur galian tidak dapat menembus cukup dalam untuk mengeluarkan hasil yang lebih besar. Maka bila permukaan air tanah turun selama kemarau, sumur galian pun menjadi kering Linsley, 1991. 3. Sumur dalam deep wells, yaitu sumber air hasil ataupun pengeboran yang kedalamannya lebih dari 40 meter. 4. Sungai, yaitu saluran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah pegunungantinggi sampai bermuara di lautdanau. Secara umum air baku yang didapatkan dari sungai hurus diolah terlebih dahulu karena kemungkinan untuk tercemar oleh polutan sangat besar. 5. Danau dan Penampung air lake and reservoir, yaitu unit penampung air dalam jumlah tertentu yang airnya berasal dari aliran sungai maupun tampungan dari air hujan. Dalam penelitian ini akan membatasi pengertian air bersih yaitu pada air yang digunakan sehari- hari untuk keperluan minum, masak, MCK dan lain-lain dengan kualitas standar air bersih berdasar Per Men Kes RI No. 416.IX1990.

2.2 Pengertian Permukiman

Menurut Sastra M dan Marlina 2005 dalam buku perencanaan dan pembangunan perumahan, mengatakan bahwa pengertian permukiman berasal dari terjemahan kata human settelments yang mengandung arti suatu proses bermukim. Berarti permukiman adalah suatu tempat bermukim manusia dengan menunjukan tujuan tertentu. Maka pengertian permukiman adalah lingkungan 42 perumahan yang mempunyai hubungan antar beberapa perumahan yang ada dalam suatu wilayah tertentu menjadi suatu daerah yang cukup luas baik terjadi di perkotaan atau pedesaan dimana disana terjadi aktifitas kehidupan yang berkesinambungan menuju kehidupan yang dinamis diluar kawasan lindung. Permukiman yang baik adalah permukiman yang memiliki prasarana dan sarana yang lengkap dimana dapat mendukung aktivitas penghuninya yang menciptakan keterpaduan dan keselarasan pemanfaatan sebagai lingkungan hidup. Sebagaimana pengertian permukiman menurut UU Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman mengatakan bahwa permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa perkotaan atau pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan permukiman tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiataan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Tipe dan pola permukiman suatu kota yang merupakan bagian dari pola penggunaan tanah kota akan dapat menggambarkan struktur masyarakat serta sejarah pertumbuhannya. Menurut Menteri Negara Perumahan Rakyat Ditjen Cipta Karya Dep. PU dalam Trunajaya: 2004. Secara garis besar ciri-ciri permukiman di kota-kota yang tumbuh di Indonesia dapat dibagi ke dalam 3 tiga kelompok yaitu: a. Permukiman yang direncanakan dengan baik planned dan dibangun dengan baik dengan teratur, serta memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas yang baik. b. Permukiman tanpa direncanakan dahulu unplanned, dengan pola tidak teratur dan minimnya fasilitas sarana prasarana permukimannya. Permukiman ini dapat disebut permukiman tidak teratur. c. Permukiman yang tidak sepenuhnya direncanakan dengan baik, dengan jalan- jalan dan rumah dilapis pertama dibangun dengan baik, namun dilapis ke dua tumbuh permukiman tidak teratur. Permukiman ini disebut permukiman setengah teratur. Pada permukiman yang direncanakan, pola-pola permukimannya terbentuk dari pola-pola jalan yang dibuat berdasarkan klasifikasi jalan lingkungannya, dan perbedaan klasifikasi jalan sering kali menunjukan adanya perbedaan tingkat sosial penghuni atau aktifitas yang dibentuk di kawasan tersebut. Permukiman 43 tidak teratur unplanned settlement terbagi dalam dua tipe yaitu tipe kampung dan tipe perumahan liar, dimana perbedaan utamanya terletak pada status legalitas baik tanah maupun bangunan. Selain itu di perkotaan dikenal adannya permukiman kumuh, yaitu berupa kampung dan perumahan liar yang ditempati oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan tingkat kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan yang tinggi. Dalam permukiman terdiri dari dua bagian yaitu isi dan wadah, dimana manusia sebagai penghuni disebut isi sedangkan lingkungan hunian sebagai wadah. Penghuni dan lingkungan hunian akan membentuk suatu permukiman yang dimensinya sangat luas meliputi wilayah georafis. Manusia dalam hidupnya dinamis selalu berubah, berkembang, dan menciptakan fungsi yang lebih baik untuk keberlangsungan hidupnya. Elemen yang ada pada permukiman adalah: 1. Alam: terdiri dari geologi, tofografi, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, hewan dan iklim. 2. Manusia: kebutuhan biologis, perasaan, persepsi, emoisional dan moral. 3. Masyarakat: kepadatan penduduk, kelompok sosial, adat dan budaya, ekonomi, pendidikan, kesehatan, hukum dan administrasi. 4. Bangunan rumah: rumah pelayanan sekolah, rumah sakit, fasilitas rekreasi, pusat perbelanjaan, industri, pusat trasportasi. 5. Network: jaringan air bersih, jaringan listrik, transportasi, komunikasi, drainase dan air kotor. Jelasnya bahwa elemen diatas merupakan hal yang harus ada di sebuah permukiman, agar permukiman tersebut dapat menjadi lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat bekerja yang memberikan kesempatan kerja dan pelayanan maksimal pada penghuninya, sehingga penghuni didalam permukiman tersebut dapat beraktifitas dengan optimal dan dapat merasakan kenyamanan.

2.3 Prasarana Air Bersih dalam Permukiman