Prosedur dan Pengolahan Data
4.3 Prosedur dan Pengolahan Data
4.3.1 Produktivitas Primer
Pengukuran produktivitas primer menggunakan botol medium Winkler. Botol Winkler yang digunakan adalah botol terang dan botol gelap. Botol terang merupakan
botol yang tembus cahaya sedangkan botol gelap merupakan botol yang dibungkus alumunium foil agar botol tersebut tidak dapat ditembus oleh cahaya. Kandungan DO air dalam botol sampel langsung dianalisis. Masing-masing botol tersebut diberi label dan ditandai dengan kedalaman serta pengulangannya. Sampel air yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam botol winkler kemudian ditutup rapat dan hindari terjadinya gelembung pada saat proses penutupan. Lalu diikat dengan tali dimana ukuran tali disesuaikan berdasarkan kedalaman. Perendaman botol winkler dilakukan selama 6 jam. Botol-botol yang sudah direndam diangkat kembali kemudian diukur nilai DO akhir dan dihitung nilai produktivitas primernya.
A. Perhitungan Produktivitas Primer
Selanjutnya nilai produktivitas primer dihitung berdasarkan rumus berikut (Barus, 2004):
PN = Produktivitas kotor (Pg) – Respirasi (R) R = [O2]awal – [02]akhir pada botol gelap Pg = [O2]akhir pada botol terang – [O2]akhir pada botol gelap Keterangan :
PN = produktivitas primer netto
R = Respirasi
Pg = Produktivitas primer kotor
Untuk mengubah nilai mg/l menjadi mg C/m3 maka nilai dalam mg/l dikalikan dengan faktor 375,36. Hal ini untuk menghasilkan mg C/m3. Untuk mendapatkan nilai produktivitas primer dalam satuan hari maka nilai per jam harus dikalikan dengan 12 , mengingat sinar matahari hanya didapat selama 12 jam dalam seharinya.
4.3.2 Parameter Fisika
Pengukuran parameter fisika perairan dilakukan secara langsung di lapangan yaitu : kedalaman, kecerahan, suhu, arus, konduktivitas, salinitas, dan intensitas cahaya. Dari pengukuran air di lapangan, pedoman analisis dan metode pengukuran digunakan buku APHA (2005).
A. Pengukuran Kedalaman
Pengukuran dilakukan dengan tongkat berskala. Tongkat dimasukkan ke dalam air hingga menyentuh dasar kemudian ditandai pada batas air yang diukur.
B. Pengukuran Kecerahan
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan lempeng Secchi yang dimasukkan ke dalam perairan. Pengukuran dihentikan saat pertama kali lempeng Secchi tidak terlihat karena kekeruhan perairan. Kemudian ukur kedalamannya dengan mengukur panjang tali yang tenggelam.
C. Pengukuran Suhu Air dan Udara
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa. Pada pengukuran suhu udara, termometer dibiarkan selama 5 menit di udara. Sedangkan pada suhu air, termometer dicelupkan ke dalam perairan dan didiamkan selama 5 menit.
D. Pengukuran Arus
Pengukuran arus dan debit air diukur dengan melemparkan styrofoam yang diikat dengan tali rafia sepanjang 2 m ke dalam air pada jarak tertentu, lalu dicatat menggunakan stopwatch berapa besar waktu yang ditempuh oleh styrofoam terbesar untuk menempuh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya hitung lebar sungai dari batas air paling pinggir. Lalu ukur kedalaman sungai tersebut.
E. Pengukuran Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL)
Konduktivitas perairan diukur dengan menggunakan SCT meter (Salinity, Conductivity , Thermometer) yang dicelupkan ke dalam air sampel dengan mencelupkan elemen SCT meter setelah memutar tombol ke arah parameter konduktivitas dari off ke on dan mengatur jarum penunjuk skala DHL.
F. Pengukuran Salinitas
Salinitas perairan diukur dengan menggunakan SCT meter (Salinity, Conductivity , Thermometer) yang dicelupkan ke dalam air sampel dengan Salinitas perairan diukur dengan menggunakan SCT meter (Salinity, Conductivity , Thermometer) yang dicelupkan ke dalam air sampel dengan
G. Pengukuran Intensitas Cahaya
Pengukuran intensitas cahaya menggunakan lux meter bagian sensor cahaya pada lux meter diletakkan pada sumber cahaya dan tunggu beberapa saat sampai angka digital stabil.
4.3.3 Parameter Kimia
Pengukuran parameter kimia perairan dilakukan secara langsung di lapangan yaitu : derajat keasaman dan oksigen terlarut. Sedangkan pengukuran BOD, HCO -
3 , CO 2 dilakukan di laboratorium. Dari pengukuran air di lapangan, sebagai pedoman analisis dan metode pengukuran digunakan buku APHA (2005).
A. Pengukuran Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elemen pH meter dicelupkan pada air, ditunggu sampai muncul angka pada layar lalu catat angka yang tertera pada layar.
B. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Botol winkler diisi sampai penuh dengan sampel air dari stasiun pengamatan, lalu tutup dengan hati-hati sehingga tidak terdapat gelembung udara di dalamnya. Sampel ditambahkan larutan MnSO 4 50% sebanyak 1 ml dan larutan reagen O 2 Botol winkler diisi sampai penuh dengan sampel air dari stasiun pengamatan, lalu tutup dengan hati-hati sehingga tidak terdapat gelembung udara di dalamnya. Sampel ditambahkan larutan MnSO 4 50% sebanyak 1 ml dan larutan reagen O 2
H 2 SO 4 pekat sebanyak 2 ml sampai larutan menjadi kuning tua dan fungsi H 2 SO 4 pekat untuk melarutkan endapan. Setelah larutan kembali jernih, dilakukan titrasi.
Larutan sampel diambil sebanyak 50 ml dengan pipet, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Titrasi dilakukan dengan menggunakan larutan Na-Thiosulfat 0,01 N sebagai titran. Ketika larutan sampel telah berubah warna dari kuning menjadi kuning pucat, titrasi dihentikan dan larutan ditambahkan 1-2 tetes amilum 1% sampai berubah warna menjadi bening dan dicatat berapa total Na-Thiosulfat yang terpakai.
Untuk menghitung kadar DO (Dissolved Oxygen) digunakan rumus:
Kadar Oksigen (mg/l) = 8000 x V NaThiosulfat x N Na Thiosulfat
50 x (V-V/2)
Keterangan :
Volume botol Winkler
N Na Thiosulfat
0,01 N
C. Pengukuran Kadar BOD (Biology Oxygen Demand)
Sampel air diambil sebanyak 75 ml dan ditambahkan akuades sebanyak 300 ml, kemudian dimasukkan ke dalam dua botol winkler. Perhitungan dilakukan pada hari itu juga (dihitung sebagai DO nol hari) untuk botol pertama. Sedangkan botol kedua Sampel air diambil sebanyak 75 ml dan ditambahkan akuades sebanyak 300 ml, kemudian dimasukkan ke dalam dua botol winkler. Perhitungan dilakukan pada hari itu juga (dihitung sebagai DO nol hari) untuk botol pertama. Sedangkan botol kedua
Untuk menghitung kadar BOD (Biological Oxygen Demand) digunakan rumus:
Kadar BOD (mg/l) = Faktor pengenceran X (DO 0 -DO 5 )
Keterangan :
DO 0 = DO Hari ke-0
DO 5 = DO Hari ke-5
D. Pengukuran Kadar HCO -
Sampel air diambil sebanyak 50 ml dengan pipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya sampel ditetesi indikator methyl orange 25% sebanyak 3 tetes sampai larutan berwarna kuning. Lalu dilakukan titrasi dengan larutan HCL 0,1 N sampai berwarna jingga. Volume HCL yang terpakai dicatat. Kemudian kadar
HCO -
3 dihitung menggunakan volume NaOH yang didapat pada pengukuran CO 2 . Untuk menghitung kadar HCO -
3 digunakan rumus :
Kadar HCO -
3 (mg/l) = 1000 x (V HCL – V NaOH) x 0,1 N x 61 Thiosulfat
E. Pengukuran Kadar CO 50 2
Sampel air diambil sebanyak 50 ml dengan pipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Lalu sampel diberi 3 tetes indikator fenolftalein, dan selanjutnya dititrasi dengan NaOH sebagai titran sampai warna larutan berubah menjadi berwarna merah muda. Kemudian volume NaOH yang terpakai dicatat.
Untuk menghitung kadar CO
2 digunakan rumus :
Kadar CO 2 (mg/l) = 1000 x V NaOH x 0,1 N x 44
4.3.4 Parameter Biologi 50
4.3.4 Parameter Biologi
A. Identifikasi Plankton
Pengambilan sampel air dilakukan pada tempat yang berbeda yaitu pada hulu, tengah dan hilir sungai. Air di perairan diambil dengan gayung. Kemudian disaring ke dalam plankton net sebanyak 30 liter. Selanjutnya bagian luar dari plankton net disemprot dengan akuades. Suspensi yang tersaring di plankton net dimasukkan ke dalam botol film yang telah diberi label. Teteskan formalin 4% sebanyak 3 tetes. Ulangi langkah-langkah ini sebanyak 3 kali.
Air sampel dalam botol film diambil 2 ml kemudian diteteskan sampai memenuhi Sedgewick Rafter kemudian ditutupi dengan Cover Glass. Selanjutnya sampel diidentifikasi di bawah mikroskop dan bandingkan dengan bantuan gambar Air sampel dalam botol film diambil 2 ml kemudian diteteskan sampai memenuhi Sedgewick Rafter kemudian ditutupi dengan Cover Glass. Selanjutnya sampel diidentifikasi di bawah mikroskop dan bandingkan dengan bantuan gambar
B. Pengukuran Jumlah Individu/Liter
Pengukuran Jumlah Individu/Liter digunakan rumus berikut :
Jumlah individu/l = A/B x 1000 x jumlah spesies tiap stasiun
Keterangan : Volume Cuplikan
Keterangan:
A : Volume Sampel
B : Banyaknya Pengulangan
Volume cuplikan = 30 liter