Posisi UB dalam kuadran Analisa SWOT
Gambar 17. Posisi UB dalam kuadran Analisa SWOT
Dari diagram di atas dapat dimaknai bahwa Universitas Brawijaya masih berada pada kuadran I yang berarti Universitas Brawijaya mempunyai kekuatan yang cukup signifikan dan tidak banyak mendapatkan ancaman eksternal. Posisi UB yang berada di kuadran I ini mendukung strategi agresif. Meskipun demikian, posisi strategis UB agak berbeda pada tahun 2008 saat awal menjadi BLU, karena skor IFAS (Kekuatan vs Kelemahan) berada pada rentang positif yang cukup tinggi (1,2) sedangkan pada tahun 2013 (setelah BLU) menjadi 0,96. Begitu pula untuk skor EFAS (Peluang vs Ancaman), juga mengalami penurunan dari 1,48 pada tahun 2008, turun menjadi 1,00 pada tahun 2013 (setelah BLU).
Hal tersebut terjadi karena beberapa hal:
1. Langkah strategi agresif yang dilakukan UB telah membuahkan hasil dan sudah banyak ditiru oleh para pesaing. Akibatnya, nilai peluang agak turun, dan ancaman
2013 ya
tetap atau naik. Langkah strategi agresif tahun 2014-2013 untuk menangkap berbagai peluang awija
Br
telah dilakukan dan membuahkan hasil yang positif. Namun demikian, kondisi
it as
sumber daya internal terutama dari aspek sarana, SDM, dan sistem pengelolaan
s er
(manajemen) kurang bisa mengimbangi pergerakan inovasi UB. Akibatnya terjadi
niv
berbagai masalah terkait dengan rasio dosen dan mahasiswa, rasio ruang kelas,
rasio peralatan dan alat laboratorium. nis
Bis
2. Langkah strategi agresif tidak sepenunya diikuti dengan strategi efisiensi biaya.
egi
Akibatnya harga tarif pendidikan di UB relatif mahal di kalangan masyarkat. UB
Strat
belum sepenuhnya mencermati struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan
na
manajerial PT yang menjadian biaya mahal.
Artinya UB sedikit mengalami penurunan skor IFAS karena langkah strategi agresif yang dilakukan kurang diimbangi dengan proses konsolidasi sumber daya internal untuk mendukung volume layanan yang ditawarkan. Meskipun demikian peluang untuk pengembangan masih sangat dimungkinkan karena posisi strategis EFAS masih cukup menguntungkan.
Faktor kunci keberhasilan UB 2014-2018 adalah:
1. Brand Image dan Pencitraan Publik
Untuk dapat menangkap peluang menghadapi ancaman persaingan antar perguruan tinggi baik PTN/PTS/PT Asing, UB harus meletakkan image UB sebagai perguruan tinggi yang berkualitas. Strategi pencitraan publik yang dilakukan oleh UB sejak tahun 2009-2013 harus dilanjutkan dengan langkah sebagai berikut:
a. Penggunaan media informasi yang lebih aksesibel secara nasional maupun internasional
b. Eliminasi image negatif UB yang muncul di masyarakat maupun kalangan akademik (UB yang mahal, komersial)
c. Akreditasi atau sertifikasi bertaraf internasional dan dipublikasikan
d. Penguatan direktori yang dapat diakses secara umum untuk meningkatkan publisitas dan akses pasar
2. Efisiensi Internal
Efisiensi internal yang dimaksud adalah efisiensi sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan ouput layanan yang sesuai target kualitas dan kuantitas yang dicanangkan. Efisiensi yang dimaksud adalah:
a. Efisiensi Input Mahasiswa Jumlah mahasiswa UB dapat dikendalikan dari jumlah input mahasiswa yang
diterima. Sistem penerimaan mahasiswa baru UB ditentukan secara floating sesuai dengan daya tampung yang dipengaruhi oleh rasio input-ouput.
b. Efisiensi Sistem Akademik
UB harus mencermati kurikulum dan sistem pendidikan dan pengajaran yang menyebabkan lamanya masa studi di berbagai prodi di UB. Kurikulum inovatif
2013 ya
dan lebih efisien akan mampu menghemat sumber daya yang digunakan.
c. awija Efisiensi Manajerial
Br
UB harus mencermati tata kelola yang diterapkan dengan mengedepankan as
s it
aspek profesionalisme kelembagaan. Organisasi yang ramping akan
er
menghemat sumber daya baik SDM, Alat, maupun keuangan.
niv U
Program studi yang tidak produktif, tidak memiliki izin operasi, dan tidak
nis
terakreditasi perlu ditinjau untuk dilakukan merger atau likuidasi dengan Bis mempertimbangkan visi-misi UB dan Fakultas. egi
d. Strat Efisiensi penggunaan sumber daya fisik (aset tetap)
na
Pengembangan fasilitas (aset tetap) fisik harus didasari oleh analisis
Penjadwalan proyek pembangunan harus dilakukan dalam konsep yang terintegrasi dengan mempertimbangkan aspek akademik, kemahasiswaan, kerumahtanggaan, dan keuangan.
Peningkatan jumlah mahasiswa yang terus-menerus menjadikan investasi aset tetap harus terus dilakukan untuk memenuhi standar fasilitas fisik. UB harus menentukan kapan saat untuk menurunkan investasi pada aset tetap (dengan menerapkan kebijakan zero growth) dan beralih pada investasi SDM, investasi akademik, pemeliharaan, dan kesejahteraan.
e. Efisiensi SDM
Rasio karyawan dan mahasiswa terlalu besar. Pembengkakan jumlah karyawan disebabkan karena + 500 karyawan sebenarnya adalah keamaan dan juru parkir. UB perlu memikirkan strategi SDM yang tepat untuk mengatasi problematika tersebut dengan menerapkan sistem outsourcing atau Kerjasama Operasi (KSO) atas pengelolaan parkir dan keamanan.
Berbeda dengan jumlah dosen, justru masih belum ideal sehingga harus ditambah, termasuk kualifikasi akademiknya
f. Efisiensi Keuangan
Biaya administrasi umum dan biaya pegawai cukup besar. Biaya administrasi umum rata-rata tahun 2009-2014 berkisar pada angka 41%, dan biaya pegawai 42%. UB harus menata komposisi biaya administrasi umum dan biaya pegawai melalui kebijakan efisiensi keuangan di antaranya adalah (1)meninjau sistem honorarium/insentif dan mengganti dengan sistem remunerasi berbasis kinerja, (2)menekan biaya bahan/barang – seperti konsumsi rapat/kegiatan, (3)melakukan peninjauan ulang atas SOP Administrasi yang telah disusun terutama dari aspek efisiensi, (4)mengembangkan aplikasi komputer yang terintegrasi untuk menekan kebutuhan jumlah SDM, dan (5)meminimalisir pemborosan dan kebocoran pengelolaan keuangan melalui optimalisasi fungsi Satuan Pengawas Intern (SPI).
3. Inovasi Layanan
a. Layanan sesuai Tugas dan Fungsi
UB harus melakukan inovasi layanan akademik dengan mengedepankan pada
ya
kualitas dan going concern dari pelayanan tersebut. Jumlah pelanggan UB (mahasiswa dan pengguna lulusan) untuk pendidikan dan pengajaran cukup awija
Br
banyak harus dipertahankan melalui berbagai inovasi yang sebanding dengan
it as
tarif yang dikenakan. UB harus mendorong produk-produk riset dan karya
s er
pengabdian agar bisa digunakan oleh masyarakat dan bisa menambah
b. Layanan Pendukung Tugas dan Fungsi
Bis
Selama kurun waktu 2009-2013, UB telah agresif untuk mendorong tumbuhnya egi unit-unit usaha dan layanan pendukung. Namun demikian, unit-unit usaha
Strat
yang dikembangkan cenderung bermasalah dalam kaitannya dengan tugas dan
na
fungsi perguruan tinggi. PP 74 Tahun 2012 tentang BLU menegaskan fungsi perguruan tinggi. PP 74 Tahun 2012 tentang BLU menegaskan
(1) Restrukturisasi Orientasi Layanan dan Perijinan Semua unit usaha di UB harus dihubungkan dengan Tugas dan Fungsi (TUSI) UB
dan diubah menjadi Unit Entrepreneur. Dalam visi, misi, dan program pelayanan harus menunjukkan keterhubungannya dengan TUSI dan sekaligus menyelesaikan masalah hukum atas perijinannya. Unit-unit UB yang bermasalah dari segi ijin seperti UB Hotel, Griya UB, Sport Centre, Gazebo dll harus bisa melakukan reorientasi layanan menjadi lebih dominan pada dukungan TUSI Perguruan Tinggi
(2) Restrukturisasi Manajemen Manajemen unit-unit pendukung layanan harus profesional dan bukan
merupakan tugas tambahan. Manajemen harus dipekerjakan dengan kontrak kinerja tertentu atau model kerjasama operasi (KSO) yang menguntungkan (dari sisi keuangangan atau non-keuangan).
Perlu diformulasikan standar hubungan antar unit kerja terutama terkait dengan problem harga transfer/biaya transfer dan pelaporan keuangan/kinerja atas transaksi internal antar unit kerja di UB.
(3) Penentuan Target Kinerja dan Desain Pengukuran Kinerja Unit-unit pendukung layanan harus bekerja secara profesional dengan
mempertimbangkan skala ekonomis dan biaya oportunitas. Unit –unit ini harus mampu bersaing dengan pihak eksternal agar unit kerja di UB lebih tertarik untuk menggunakan pihak internal UB. Target-target kinerja harus jelas, terukur dan dievaluasi secara periodik. Perlu
diperhatikan juga tentang pemberian remunerasi atas manajer-manajer unit tersebut.
(4) Restrukturisasi Sistem dan Prosedur Sistem dan prosedur di unit-unit usaha/pendukung harus didesain dan
dijalankan secara profesional. Masing-masing unit harus dapat mengelola transaksinya secara akuntabel dan melaporkan kondisi keuangannya kepada
UB dan siap diaudit oleh pihak independen.
ya
4. Kerjasama dan Jaringan Eksternal
awija Br
Untuk memperkuat posisi strategis UB baik secara nasional dan internasional,
as s it
diperlukan penguatan jaringan dan kerjasama terus menerus. Jumlah kerjasama
er
UB dari tahun 2009-2013 telah meningkat cukup tajam, namun demikian harus
niv U
dievaluasi kontribusinya untuk perkembangan UB.
nis
UB harus mulai lebih selektif untuk melakukan kerjasama yang dapat memberikan
Bis
kontribusi positif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kerjasama
egi
yang sudah terjalin dan memberikan dapak positif harus dipelihara secara
Strat
konsisten. Kerjasama yang merugikan harus dievaluasi dan direstrukturisasi agar
na
dapat bernilai positif.
5. Penjajakan dari Perguruan TInggi BLU menjadi PT Badan Hukum
Untuk mempercepat perkembangan UB sebagai world class entrepreneurial university, perlu dijajaki peluang menuju Perguruan TInggi Badan Hukum (PTN-BH). PTN-BH memiliki fleksibilitas dan kelonggaran dalam berbagai aspek seperti keuangan, aset, dan kepegawaian. UB perlu melakukan studi khusus terkait dengan hal ini terutama untuk mengatasi permasalahan-permasalahan fleksibilitas yang dihadapi saat ini.
Prespektif Pelanggan
Produk Riset dan
Layanan
Pengabdian
Prespektif Proses Bisnis Internal
Kuantitas Riset, Jumlah Lulusan
Kualitas Lulusan
Efisiensi Harga
Kualitas Hasil
Layanan
Penelitian dan
Publikasi, dan
Pengabdian
Pengabdian
Efisiensi Proses
Kualitas Proses
Kualitas PBM
Akademik dan
Penelitian dan
Administrasi
Pengabdian
Prespektif Pengembangan
Kepuasan Kualitas dan Kualitas SDM
Kualitas
Kualitas
Kuantitas SDM
Kualitas OTK
Kuantitas Jaringan
Sumber Daya
Informasi
Prasarana
Karyawan Kerjasama