Peran Komunitas Guru Profesional

5 3 Pengarahan Pengarahan merupakan sebuah proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas tinggi. 4 Pengawasan Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

2.2 Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling

2.2.1 Peran Komunitas Guru Profesional

Penyelenggaraan Musyawarah Guru Mata Pelajaran atau Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling dibuat berdasarkan landasan hukum seperti Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan daerah. 6 Namun juga berdasarkan teori pendukung seperti yang dijelaskan Coburn dan Stein 2006 dengan judul Communities of Practice Theory and The Role of Teacher Professional Community in Policy Implementation atau Kelompok-kelompok dalam Teori Praktek dan Peran Komunitas Guru Profesional dalam Pelaksanaan Kebijakan. Pengembangan profesionalitas dan kompetensi guru dapat dilakukan melalui kegiatan pre-service and in-service training secara bersama-sama dalam satu wadah atau organisasi profesi. Dengan kata lain bahwa wadah atau organisasi ini dapat dimanfaatkan oleh masing-masing anggotanya dalam mencapai tujuan pengembangan profesionalitas guru secara bersama. Rogoff Coburn dan Stein, 2006 menyatakan bahwa: In contrast to conventional views of learning as an individual of pschychological process, social-cultural theorists argue that learning as individual participate, in the social and cultural activities of their communities. Menurut Rogoff Coburn dan Stein, 2006, bahwa pembelajaran bagi seorang guru dapat dilaksanakan dalam komunitas kelompok atau organisasi dengan memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok atau organisasi tersebut. Dengan adanya partisipasi dan aktivitas guru dalam kelompok tersebut diharapkan profesionalitas dan kompetensi guru dapat berkembang. 7 Pengembangan profesional juga dapat dilakukan melalui kerjasama pengembangan dalam kelompok seperti yang disampaikan Glatorn Aberg, 2006, An encouraging development in instructional development is the wide spread interest in peer-centered options such as cooperative development. Lebih lanjut Glathorn Aberg, 2006 menjelaskan yang dimaksud dengan cooperative profession al development “A process by which small team of theacher work together, using a variety of method and structures, for their own professional growth. Helsinki 2009 menambahkan bahwa lembaga pendidikan harus memiliki cara-cara dalam melengkapi diri mereka dimana para guru dilibatkan di dalam pembelajaran bersama peserta didik merupakan seseorang yang memenuhi syarat dan memiliki kompetensi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mengizinkan para guru untuk terlibat dalam kegiatan kelompok satu profesi. Berkenaan dengan dampak yang diharapkan dengan adanya peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru, Stevenson dan Stingler Danim, 2000 menyatakan sebagai berikut: Professional have longer and more specialized training greater freedom to organize their time, greater personal responsibility for directing their own work, and respect that come from uniqueness and quality of their contribution 8 Berdasarkan pendapat Stevenson dan Stingler Danim, 2000 di atas, dapat diambil suatu pemahaman bahwa pengembangan profesionalitas guru akan berkontribusi terhadap kualitas dan tanggung jawab guru dalam menunjang keberhasilan peningkatan mutu pendidikan. Hal di atas bisa saja terwujud apabila seorang guru mata pelajaran ataupun guru bimbingan dan konseling tersebut dapat mengikuti dan terlibat dalam kegiatan organisasi profesi seperti MGMPMGBK. Katz Stroot, 2008 mencoba mengidentifikasikan empat tahapan pengembangan guru. Empat tahapan dalam pengembangan tersebut meliputi survival, consolidation, renewal, dan maturity. Pada tahap survival guru masih membutuhkan bimbingan secara khusus tentang pengetahuan, konsep, dan ketrampilan mengajar. Guru pada tahap consolidation sudah bisa berkonsultasi dan bertukar pikiran dengan rekan-rekan guru lain, serta bisa berperan sebagai fasilitator dalam bidang keahlian yang sama. Dalam tahap renewal guru sudah memiliki kemampuan mengajar dan berusaha untuk terus meningkatkan kemampuan kualitas pembelajaran mereka dengan menambah dan mencoba metode-metode pembelajaran yang baru kepada siswa. Pada tahap maturity kematangan guru lebih menekankan pada penggalian ide-ide baru mengenai peran dan filosofi, serta dampak pembelajaran terhadap perubahan sekolah maupun masyarakat demi memperdalam dan 9 memantapkan kembali kompetensi dan keyakinannya sebagai guru. Gibson dan Mitchel 2011 menjelaskan beberapa tanggung jawab yang harus dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling secara professional. Tanggung jawab guru bimbingan dan konseling menurut Gibson dan Mitchel 2011 meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Para guru bimbingan dan konseling professional harus terlatih sepenuhnya dan berkualifikasi agar sanggup memenuhi kebutuhan populasi klien peserta didik yang mereka tangani. Pelatihan mensyaratkan tingkat pendidikan yang memadai yang akan memampukan guru bimbingan dan konseling memahami dan menyadari betul teori sistematik yang menuntun prakti profesionalnya. 2. Para guru bimbingan dan konseling professional secara aktif harus mencari dan mendapatkan sertifikasi atau lisensi yang tepat sesuai dengan pelatihan, latar belakang dan lingkup praktiknya. 3. Para guru bimbingan dan konseling professional perlu berkomitmen secara pribadi dan professional untuk terus memperbarui dan meningkatkan keahlian dan pengetahuan mereka sebagai cerminan dan representasi kemajuan terbaru di bidang profesi mereka. 4. Para guru bimbingan dan konseling professional menyadari dan berkontribusi bagi pengembangan 10 profesi dengan melakukan dan berpartisipasinya dalam studi-studi riset yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan tentang profesinya. Sebagai tambahan, guru bimbingan dan konseling memastikan penyebaran tulisan professional dan presentasi program di pertemuan-pertemuan professional. 5. Para guru bimbingan dan konseling professional adalah anggota-anggota yang berpartisipasi aktif di dalam organisasi profesi yang tepat di semua tingkatan lokal, nasional, regional, dan internasional. 6. Para guru bimbingan dan konseling professional harus sadar betul dan taat kepada rambu-rambu legal dan etis profesi dan praktik konseling. Pemaparan Gibson dan Mitchel 2011 sejalan dengan rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal Dirjen Dikti, 2007 yang menjelaskan bahwa kegiatan riset dan pengembangan aktivitas guru bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan pengembangan professional secara berkelanjutan, meliputi: 1 merancang, melaksanakan dan memanfaatkan penelitian dalam bimbingan dan konseling, sebagai sumber data bagi kepentingan kebijakan sekolah dan implementasi proses pembelajaran, serta pengembangan program bagi peningkatan unjuk kerja profesioanal guru bimbingan dan 11 konseling; 2 merancang, melaksanakan dan mengevaluasi aktivitas pengembangan diri guru bimbingan dan konseling professional sesuai dengan standar kompetensi guru bimbingan dan konseling; 3 mengembangkan kesadaran komitmen terhadap etika professional, 4 berperan aktif di dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling. Dapat disimpulkan bahwa rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling sama dengan pemaparan Gibson dan Mitchel 2010 bahwa para guru bimbingan dan konseling professional adalah anggota-anggota yang berpartisipasi aktif di dalam organisasi profesi yang tepat di semua tingkatan lokal, nasional, regional, dan internasional. Beberapa kebijakan yang digariskan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan mutu guru khususnya, antara lain adalah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yng mengarahkan pada peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru. Hal ini mengingatkan guru yang harus memiliki karakteristik tertentu, yang dapat mengarahkan peserta didik pada empat pilar pendidikan. Dalam kaitan ini karakter guru termasuk guru bimbingan dan konseling yang diperlukan adalah: 1 memahami profesi guru sebagai panggilan hidup sejati genuineness. 2 selama proses pembelajaran mengupayakan positive reward, sehingga siswa mampu melakukan self-reward. 3 sikap guru tidak 12 hanya simpatik, tetapi juga haru berempatik. 4 menyadari bahwa sebagai guru di era global hendaknya memiliki “ability to be a learner long life learning” dan bukan hanya berprofesi yang ambivalen Widayati, 2002.

2.2.2 Pengertian MGBK

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Guru Bimbingan & Konseling SLTA di Salatiga Tidak Melakukan Evaluasi Perencanaan Program T2 942011087 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Guru Bimbingan & Konseling SLTA di Salatiga Tidak Melakukan Evaluasi Perencanaan Program T2 942011087 BAB II

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Guru Bimbingan & Konseling SLTA di Salatiga Tidak Melakukan Evaluasi Perencanaan Program T2 942011087 BAB IV

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Guru Bimbingan & Konseling SLTA di Salatiga Tidak Melakukan Evaluasi Perencanaan Program T2 942011087 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMP MTS Kota Salatiga

0 1 76

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMP MTS Kota Salatiga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMP MTS Kota Salatiga T2 942012059 BAB V

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMP MTS Kota Salatiga T2 942012059 BAB IV

0 0 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) SMP MTS Kota Salatiga T2 942012059 BAB I

0 0 13

TINGKAT PEMAHAMAN GURU BK TENTANG PERAN DAN FUNGSI MUSYAWARAH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING (MGBK) DI SMP NEGERI SE-KOTA SEMARANG -

0 0 83