Kromatografi lapis tipis Kromatografi Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan proses

Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase diam, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase diam berupa zat padat disebut kromatografi serapan; jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fase gerak dapat berupa zat cair atau gas maka terdapat empat macam sistem kromatografi, yaitu: 1. Fase gerak cair-fase diam padat kromatografi serapan: − kromatografi lapis tipis − kromatografi kolom 2. Fase gerak gas-fase diam padat: − kromatografi gas padat 3. Fase gerak cair-fase diam cair kromatografi partisi: − kromatografi kertas 4. Fase gerak gas –fase diam cair: − kromatografi gas-cair Pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain Sastrohamidjojo, 1991.

2.4.1 Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis termasuk kromatografi adsorpsi serapan, dimana sebagai fase diam digunakan zat padat yang disebut adsorben penyerap dan fase gerak adalah zat cair yang disebut dengan larutan pengembang Gritter, dkk., 1991. Universitas Sumatera Utara Kromatografi lapis tipis dapat dipakai untuk dua tujuan Gritter, dkk., 1991 yaitu: 1. Sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif analitik dan kuantitatif preparatif. 2. Untuk mencari sistem pelarut yang akan dipakai dalam kromatografi kolom. Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang terbuat dari kaca atau logam. Lapisan melekat pada permukaan dengan bantuan bahan pengikat. Beberapa contoh fase diam yang digunakan untuk pemisahan dalam kromatografi lapis tipis yaitu silika gel, alumina, kieselguhr dan selulosa Gritter, dkk., 1991. Pada kromatografi lapis tipis lapisan fase diam harus sesedikit mungkin mengandung air, karena air akan menempati semua titik penyerapan sehingga tidak akan ada senyawa yang melekat. Oleh karena itu, sebelum digunakan plat kromatografi lapis tipis perlu diaktifkan dengan pemanasan pada 110 C selama 30 menit Gritter, dkk., 1991; Stahl, 1985 Fase gerak terdiri dari satu atau beberapa pelarut dan bila diperlukan dapat menggunakan sistem pelarut multi komponen, berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Pada pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campuran, tujuannya untuk memperoleh polaritasnya yang tepat sehingga diperoleh pemisahan senyawa yang baik. Kombinasi pelarut berdasarkan atas polaritas masing- Universitas Sumatera Utara Rf = jarak titik pusat bercak dari titik awal jarak garis depan fase gerak dari titik awal masing pelarut sehingga dengan demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok Stahl, 1985. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan harga Rf Stahl, 1985. Jarak yang ditempuh oleh tiap bercak dari titik penotolan diukur dari pusat bercak. Harga Rf berada antara 0,00 – 1,00. Harga Rf ini sangat berguna untuk mengindentifikasi suatu senyawa Eaton, 1989. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah sebagai berikut Sastrohamidjojo, 1991: 1. Struktur kimia senyawa yang dipisahkan 2. Sifat penyerap 3. Tebal dan kerataan lapisan penyerap 4. Pelarut dan derajat kemurniannya 5. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana 6. Teknik percobaan 7. Jumlah cuplikan yang digunakan 8. Suhu

2.4.2 KLT Preparatif

Dokumen yang terkait

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

1 31 101

Uji Efektifitas Biji Jintan Hitam (Nigella sativa) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae

1 10 61

Uji Aktivitas Inhibisi Fraksi-Fraksi Hasil Kolom Kromatografi dari Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella sativa L.) terhadap Enzim RNA Helikase Virus Hepatitis C

0 11 80

Efek ekstrak biji jintan hitam (nigella sativa) terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin

2 59 75

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.).

0 0 2

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 4

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 4

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 17

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 16

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Jintan Hitam (Nigella Sativa L.) Serta Karakterisasi Isolat Secara Spektrofotometri Sinar Ultraviolet Dan Inframerah

0 0 2