Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia

3. Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia

a. Komponen Proses Belajar Mengajar

Dalam proses pembelajaran ada beberapa komponen, diantaranya adalah peserta didik, pendidik/ guru, materi pelajaran, serta metode, media, sarana prasarana pendidikan alat dan penunjang pembelajaran.

Peserta didik adalah anak muda yang belum dewasa (dalam arti ilmunya, bukan usianya), berstatus sebagai obyek dan subyek dalam pendidikan, yang ingin mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang otonom, mandiri, mampu memecahkan segala masalah, dan mencapai tujuan hidupnya.

Pendidik (guru) adalah orang yang bertanggung jawab dalam proses pendidikan/ pembelajaran di sekolah. Materi pendidikan adalah kaitannya dengan pendidikan formal di sekolah tertera dalam kurikulum yang terjabar dalam silabus dan buku pelajaran.

Metode kaitannya dengan cara yang digunakan oleh pendidik/ guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Media kaitannya dengan alat yang digunakan oleh pendidik/ guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik.

Saranan prasarana pendidikan alat dan penunjang pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran.

Menurut Kusdaryani dan Trimo (2009: 29), proses pembelajaran merupakan komunikasi timbal balik antara pendidik dan peserta didik yang terarah pada tercapainya tujuan pendidikan. Komunikasi tersebut terjadi dengan memanipulasi (mengolah, menangani) materi, metode, media, dan sarana prasarana pendidikan secara optimal.

Sehingga buku jika dimanipulasi secara optimal akan mampu menunjang keberhasilan belajar mengajar antara guru dengan siswa. dengan tercapainya keberhasilan pembelajaran maka diharapkan akan tercapainya pula tujuan pendidikan nasional yang berkualitas.

Dalam usaha mencapai tujuan pendidikan nasional yang berkualitas maka diperlukan sebuah buku teks pelajaran yang mempunyai kualitas yang baik. Baik dari segi kelayakan isi/ penyajian, kelayakan bahasa, serta kelayakan grafika. Kelayakan- kelayakan tersebut haruslah disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan psikologis siswa. sehingga buku menjadi sumber ilmu yang sesuai untuk siswa.

b. Pembelajaran Tematik

Kelas 1 Sekolah Dasar merupakan masa peralihan dari taman kanak-kanan ke jenjang Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pembelajarannya harus bersifat holistik (menyeluruh). Pembelajar juga tidak boleh memisah-misahkan antar mata pelajaran. Pembelajaran yang cocok dan pas untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasr adalah dengan pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu.

Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004) (dalam Sungkono, 2012: 1) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004) (dalam Sungkono, 2012: 1) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan

Pembelajaran model ini akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.

Sungkono (2012: 1) menyebutkan ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu, 1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, 2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan 3) efisiensi. Berikut penjelasan dari prinsip pembelajaran tematik:

1) Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang 1) Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang

2) Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benar-benar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa.

3) Efisiensi Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat.

Sungkono (2012: 3) juga menyebutkan Ciri-ciri Pembelajaran Tematik yang meliputi, 1) berpusat pada siswa, 2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang karakteristik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Berpusat pada siswa. Proses pembelajaran yang dilakukan harus menempatkan siswa sebagai pusat aktivitas dan harus mampu memperkaya pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut dituangkan dalam kegiatan belajar yang menggali dan mengembangkan fenomena alam di sekitar siswa.

2) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Agar pembelajaran lebih bermakna maka siswa perlu belajar secara langsung dan mengalami sendiri. Atas dasar ini maka guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna.

3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas. Mengingat tema dikaji dari berbagai mata pelajaran dan saling keterkaitan maka batas mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.

4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran.

5) Bersifat fleksibel. Pelaksanaan pembelajaran tematik tidak terjadwal secara ketat antar mata pelajaran.

6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhan siswa.

Pembelajaran tematik menurut Akhmad Sudrajat (dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com ) lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan yang holistik.

Untuk mendukung kelancaran pembelajaran tematik, maka diperlukan pula sarana dan prasarana yang mampu di integraskan kedalam pembelajaran tematik. Salah satu sarana pembelajaran yang mampu memperlancar pembelajaran tematik misalnya dengan adanya buku-buku pelajaran yang memang di organisasikan dalam bentuk tematik. Seperti buku Bahasa Indonesia untuk kelas I Sekolah Dasar karangan Bambang Trimansyah yang sudah mengintegrasikan beberapa materi ke dalam bebagai macam tema.

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5