Kerangka Berpikir
D. Kerangka Berpikir
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi atau nilai. Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal.
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Jika dihubungkan dengan pandangan diatas, dimana penilaian selalu ada obyek yang dinilai dalam konteks ini tentunya yang dimaksud dengan obyek disini adalah hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa seringkali dihubungkan dengan perubahan tingkah laku yang dalam arti luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik . Lebih jauh penilaian hasil belajar dilaksanakan untuk memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sekali lagi penilain dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar itu sendiri dimana hubungan dengan metode dan tujuan pembelajaran sangat erat.
Hasil belajar ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran. Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik masukannya, yaitu karakteristik siswanya. Kualitas pembelajaran mempengaruhi kualitas hasil. Hasil yang berkualitas akan mempengaruhi masukan pada proses pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru dalam merancang program pembelajaran dan pengalaman belajar siswa harus memperhatikan karakteristik
afektif siswa. 35
35 Harun Rasyid, Penilaian Hasil Belajar, (Bandung : CV Wacana Prima, 2008), h. 14
Gambar 1
Sesuai dengan karakteristik afektif yang terkait dengan mata pelajaran mencakup empat ranah, yaitu :
1. Sikap Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas belajar adalah sikap. Seorang siswa yang memiliki sikap positif terhadap belajar, maka siswa tersebut akan memperoleh kesuksesan dalam belajar. Oleh karena itu dalam pembelajaran, seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk mendorong siswa-siswanya agar memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran
yang diampunya. 36
2. Minat Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas pemahaman,
36 J. Mardapi, Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta : HEPI, 2005), h. 16 36 J. Mardapi, Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta : HEPI, 2005), h. 16
3. Nilai Nilai merupakan suatu keyakinan yag dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap jelek. Beberapa ranah nilai yang tergolong penting adalah :
a. Kejujuran; Siswa harus belajar untuk menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.
b. Integritas; Siswa harus mengikat pada kode nilai, misalnya moral dan artitistik
c. Adil; Siswa harus berpendapat bahwa semua orang memperoleh perlakuan hukum yang sama.
d. Kebebasan; Siswa harus yakin bahwa negara demokratis harus memberi kebebasan secara maksimum kepada semua orang. 38
4. Konsep Diri Konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Konsep diri juga berkaitan dengan self esteem, yaitu suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan. Perasaan-perasaan self esteem pada kenyataannya terbentuk oleh keadaan kita dan bagaimana orang lain
memperlakukan kita. 39
37 Harun Rasyid, op.cit., h. 17
38 S. Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004), h. 19
39 Ibid., h. 21
Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh peneliti lain diantaranya oleh seorang peneliti yang bernama J. Piaget tentang teori belajar konstruktivisme . Yang hasil penelitiannya diperoleh bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak. Belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif di mana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan bereaksi pada peristiwa tersebut.
Penelitian J. Piaget ini dijadikan bahan rujukan peneliti untuk melakukan penelitian lebih dalam lagi tentang metode kooperatif yang membedakannya hanya pada obyek atau lokasi penelitian.