PENERAPAN METODE KOOPERATIF BERVARIASI T

PENERAPAN METODE KOOPERATIF BERVARIASI TIPE MAKE A MATCH DAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA PELAJARAN PAI DI SMP AL KHAIRAAT MANADO. SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sala Satu Syarat Guna Mncapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Prodi Pendidikan Agama Islam

0leh:

Jein Batudoka

NIM : 11.2.3.105

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN)

MANADO 2015

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan

salah satu tujuan negara Indonesia. 1 Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam

membentuk kepribadian siswa tersebut, maka dari itu pendidikan merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian yang utama, pendidikan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan anak dan mengetahui sifat dasar yang ada pada diri anak atau manusia, sifat dasar yang ada pada manusia terdiri atas tiga komponen yang harus di bangun untuk membentuk kepribadian pada diri manusia yaitu Ruh, Jasmani dan Akal.

1 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, h. 23

Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan

memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh. 2

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memegang peranan penting dalam membina manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha

yang sangat penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia. 3

Bentuk kongkret dari pendidikan yang dilakukan oleh manusia tersebut tampak dalam aktivitas belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Keberhasilan tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh komponen – komponen pilar pendidikan yang meliputi motivasi belajar siswa, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan tujuan pembelajaran.

Keempat pilar sebagaimana tersebut di atas, komponen proses pembelajaran merupakan komponen yang memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran ini menunjuk pada kegiatan

2 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), h. 3

3 Ibid , h. 11 3 Ibid , h. 11

Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal keberhasilan pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Terkait dengan proses pembelajaran, guru memiliki peran sentral berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sebab guru dalam posisi ini bertindak sebagai perancang atau desainer sekaligus pengelola proses pembelajaran sedemikian hingga hasil dari proses pembelajaran tersebut tercapai. Namun demikian, peran guru dalam mendesain dan mengelola proses belajar mengajar di kelas seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana rancangan pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai harapan.

Tidak berkembangnya salah satu faktor dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru, murid, materi dan metode pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil belajar siswa.

Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi kompetensi. Sistem pendidikan yang hanya berbasis pada input dan proses dipandang kurang dinamis, kurang efisien, dan mengarah pada stagnasi pedagogik, sehingga mengakibatkan sistem pendidikan sulit beradaptasi dengan Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi kompetensi. Sistem pendidikan yang hanya berbasis pada input dan proses dipandang kurang dinamis, kurang efisien, dan mengarah pada stagnasi pedagogik, sehingga mengakibatkan sistem pendidikan sulit beradaptasi dengan

Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai mahkluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran.

Cara mengajar yang menggunakan teknik yang beraneka ragam disertai dengan pengertian yang mendalam dari pihak guru akan memperbesar minat siswa dan akan mempertinggi pula hasil belajarnya. Dengan mengajak, merangsang dan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut serta menggunakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, membuat laporan dan lain-lain, akan membawa siswa pada suasana belajar yang sesungguhnya bukan pada suasana diajar saja. Berdasarkan dari semua itu, maka perlu dicari langkah-langkah penyelesaian agar siswa tidak merasa enggan dengan mata pelajaran tersebut.

Terlepas dari kurikulum Pendidikan Agama Islam yang ada, Pembelajaran PAI di SMP Al Khairaat Manado guru menerapkan pendekatan multicultural yang berakhlakul karimah. Guru melakukan inovasi yang tidak hanya berkaitan dengan perangkat kurikulum dan manajemen, tetapi juga menyangkut strategi dan taktik operasionalnya sehingga lebih efektif dan efisien dalam arti pedagogis, sosiologis dan kultural dalam menunjukkan perannya.

Salah satu metode yang digunakan guru PAI SMP Al Khairaat Manado adalah metode yang mengandung unsur permainan . Karakteristik permainan Salah satu metode yang digunakan guru PAI SMP Al Khairaat Manado adalah metode yang mengandung unsur permainan . Karakteristik permainan

Manusia sebagai makhluk sosial, tidak akan dapat merasakan kesenangan hidup tanpa ada orang lain bersamanya. Manusia memerlukan orang tempat menumpahkan perasaannya. Di dalam Islam, pendidikan dimensi sosial- kemasyarakatan penting untuk membentuk manusia yang bertumbuh secara sosial dan menjadikan hamba yang saleh dengan menanamkan keutamaan sosial di dalam dirinya dan melatihnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Luqman, 31/18 :

ﺭ ﺧﻔ ل ﺎﺗﺧﻤ ل ﻛﺐﺤﻴ ا ﷲ ا ﻦ ا ﺎﺤﺭﻤﺽﺭ اا ﻰﻔﺶﻤﺗ ا ﺲﺎﻧﻠﻠﻙﺪﺨﺭﻌﺻﺗ ا ﻭ Terjemahnya :

“Dan janganlah kamu palingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi

memba 4 nggakan diri.”

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian lebih mendalam tentang “ Penerapan Metode Kooperatif Bervariasi Tipe Make

A Match dan Teams Games Tournaments dalam Meningkatkan Prestasi Belajar

siswa kelas VIII Pa da Pelajaran PAI di SMP Alkhairaat Manado “.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan metode kooperatif

4 Departemen Agama RI., Al- Qur’an dan Terjemahan, (Semarang: Yayasan Penyelenggaraan Pen terjemah AlQur’an, 1983), h. 411 4 Departemen Agama RI., Al- Qur’an dan Terjemahan, (Semarang: Yayasan Penyelenggaraan Pen terjemah AlQur’an, 1983), h. 411

1. Bagaimana penerapan metode kooperatif bervariasi tipe Make a Match dan Teams Games Tournaments terhadap pembelajaran PAI di kelas VIII SMP Al Khairaat Manado ?

2. Apakah metode kooperatif bervariasi tipe Make a Match dan Teams Games Tournaments berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar PAI di kelas VIII SMP Al Khairaat Manado ?

C. Pengertian Judul

Agar yang tidak keragaman pengertian dalam memahami judul skripsi maka penulis perlu memberikan batas-batas yang jelas terhadap makna judul diatas yaitu:

1 . Make a Match

Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep yang dipelajari.

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran dengan metode make a match.

2. Mata Pelajaran PAI ( SIFAT-SIFAT RASUL). Materi Pelajaran PAI adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun Pendidikan

Agama Islam (PAI) yang diajarkan di SMP Alkhairaat Manado, kelas VIII.

Dari paparan definisi istilah dapat ditegaskan bahwa Make a match, adalah pengajaran yang dilakukan untuk memperbaiki kesulitan dalam belajar yang dihadapi oleh siswa-siswa/peserta didik agar sebagian besar bisa menguasai tujuan pembelajaran secara tuntas pada mata pelajaran tersebut

D. Tujuan dan KegunaanPenelitian

1. Tujuan penelitian

Sebagai salah satu karya ilmiah yang mensyaratkan adanya tujuan yang ingin dicapai peneliti, maka penulis menerapkan tujuan pelitian dengan maksud untuk memberikan arah terhadap hasilnya,Adapun tujuan penelitian yaitu:

a. Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan metode kooperatif bervariasi tipe Make a Match dan Teams Games Tournaments dapat men

b. ingkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI pada siswa kelas

VIII SMP Al Khairaat Manado

c. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran dengan metode kooperatif bervariasi tipe Make a Match dan Teams Games Tournaments dapat c. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran dengan metode kooperatif bervariasi tipe Make a Match dan Teams Games Tournaments dapat

3. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini ingin mengungkapkan dan mengkaji secara empiris tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru dengan peningkatan proses belajar mengajar, dengan harapan dapat berguna baik secara teoritik maupun praktis.

1. Kegunaan Teoritik

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan bukti-bukti empiris tentang pengaruh metode kooperatif bervariasi dalam peningkatan prestasi belajar siswa.

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memotivasi guru dalam usaha-usaha pengkajian tentang peningkatan belajar mengajar, sehingga proses dan hasil belajar mengajar siswa dapat meningkat.

2. Kegunaan Praktis

a. Dengan hasil ini diharapkan dapat memberikan masukan para kepala sekolah, guru dan instansi terkait untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam membimbing, menggerakkan orang-orang yang ada dalam lembaga pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah yaitu bagaimana dapat memberdayakan para peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Para guru diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya yaitu mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru profesionalisme dan efektif dalam mengajar.

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Pengertian Metode Kooperatif Make a Match

Model pembelajaran merupakan suatu teknik pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu dan dalam pemilihan suatu model harus disesuaikan terlebih dahulu dengan materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga model pembelajaran yang

diterapkan dapat tercapai. 5

Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme.

Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas serta daya cipta (kreativitas), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses

pembelajaran. 6

Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilan

5 Sholomo Sharan, Cooperative Learning, (Jogyakarta: Imperium, 2009), h. 15

6 Slavin E. Robert, Cooperative Learning: Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2007), h. 7 6 Slavin E. Robert, Cooperative Learning: Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2007), h. 7

dalam pikiran anak. 7

Dalam model pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan cacatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Menurut pandangan Piaget adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan juga tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggotanya yang beragam, sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif dan pengetahuan disusun di dalam pikiran siswa. Oleh karena itu, belajar adalah tindakan kreatif di mana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan bereaksi pada

peristiwa tersebut. 8

Di samping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksudkan adalah adanya ineraksi dan komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Dalam proses belajar diharapkan adanya

7 J. Piaget, Development and Learning, (New York: Ripple & EN Rockastle Eds, 1990), h. 19

8 Ibid., h. 21 8 Ibid., h. 21

Berkaitan dengan karya Vigotsky dan penjelasan Piaget, para konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan kelompok belajar. Dengan kelompok belajar memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif dan kesempatan untuk mengungkapkan sesuatu yang dipirkinkan siswa kepada teman akan mebantunya untuk meihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri.

Model Make A Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.

Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok. Oleh karena itu, banyak guru mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah biasa melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning . Pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic communication) .

Pembelajaran Kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untu belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukan seorang diri.

Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diremuskan. 9

Tom V. Savage mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. 10

Pembelajaran Kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelolah kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya

(peerteaching) 11 lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru.

9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 239

10 Tom V. Savage, Effective Teaching in Sosial Studies, (New Jersey: Prentice Hall, 1997), h. 217

Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yag di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Belajar cooperative adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yag memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam

kelompok tersebut. 12

Pengertian ini dimaksudkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terhadap empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni: (1) adanya peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok, (3) adanya upaya belajar dalam

kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. 13

Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan atas: (1) minat dan bakat siswa, (2) latar belakang kemampuan siswa, (3)

perpaduan anatara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa. 14

11 Nana S. Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 127

12 Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning, (California: Corwin Press, 2002), h. 67

13 Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h. 98

14 Ibid., h. 100

Nurulhayati, mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu: (1) ketergantungan yang positif, (2) pertanggungjawaban individual, (3) kemampuan bersosialisasi, (4) tatap muka, dan (5) evaluasi proses

kelompok. 15

Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerja sama yang erat kaitan antara anggota kelompok. Kerja sama ini dibutuhka untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya.

Maksud dari pertanggugjawaban individual adalah kelompok tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok. Pertanggungjawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain di mana siswa harus menerima tanpa pertolongan anggota kelompok. Kemampuan bersosialisasi adalah sebuah kemampuan bekerja sama yang bisa digunakan dalam aktivitas kelompok. Kelompok tidak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan.

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa bentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif.

Senada dengan penjelasan tersebut Siahaan Mengutarakan lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) saling

15 Siti Nurulhayati, Pembelajaran Kooperatif Yang Menggairahkan, (Jakarta: Wahana Informasi dan Komunikasi Pendidikan, 2002), h. 5 15 Siti Nurulhayati, Pembelajaran Kooperatif Yang Menggairahkan, (Jakarta: Wahana Informasi dan Komunikasi Pendidikan, 2002), h. 5

(social skills) 16 , (e) terjadi proses dalam kelompok (group processing) .

Pendapat di atas maksudnya adalah pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran aktif yang menekankan siswa bersama-sama secara berkelompok dan tidak individual. Secara berkelompok mengembangkan kecakapan hidupnya, seperti menemukan dan memecahkan masalah, pengambilan keputusan, berpikir logis, berkomunikasi efektif, dan bekerja sama.

Pembelajaran cooperative mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.

B. Tujuan dan Fungsi Kooperatif Bervariasi

Mengapa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) perlu? Dalam situasi belajar pun sering terlihat sifat individualistis siswa. Siswa cenderung berkompetisi secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya. Jika keadaan ini dibiarkan tidak mustahil akan dihasilkan warga negara yang egois, inklusif, introfert, kurang bergaul dalam masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini

16 Ibid., h. 11 16 Ibid., h. 11

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dinyatakan bahwa: (1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif diharapkan mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran. 17

Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni; (1) cooperative task atau tugas kerja sama dan (2) cooperative incentive structure , atau struktur insentif kerja sama. Tugas kerja sama berkenaan dengan suatu hal yang menyebabkan anggota kelompok kerja sama dalam menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Sedangkan struktur insentif kerja sama merupakan sesuatu hal yang membangkitkan motivasi siswa untuk melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif adanya upaya peningkatan prestasi belajar siswa (student achievement) dampak penyerta,

yaitu sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. 18

17 Robert E. Slavin, op.cit., h. 43

18 Jamal Ma’mur Asmai, 7 Tips Aplikasi PAKEM, (Yogyakarta: Diva Press, 2012), h. 34

Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam elajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa, (5) guru menghendaki

kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan. 19

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning .

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektik, yaitu: 1) Perspektif motivasi artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2) Perspektif sosial artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 3) Perspektif perkembangan kognitif artinya dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat,

mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. 20

19 Ibid., h. 42

20 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 71

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Pembelajaran secara tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Didasarkan pada manajemen kooperatif Manajemen seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus dugunakan untuk mencapai tujuan, dan cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menenjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun on tes.

3. Kemampuan untuk bekerja sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

4. Keterampilan bekerja sama Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian siswa perlu didorong utuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 21

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.

Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong dan/atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

21 Sumiati, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2008), h. 88

4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di atara anggota kelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

6. Siswa berbagai kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 22

Ciri-ciri yag terjadi pada kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif, adalah sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok sacara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dan ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. 23 Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat

22 Ibid. , h. 92

23 Martinis Yamin, Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 311 23 Martinis Yamin, Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 311

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerja sama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vigotsky dikehendakinya susunan kelas

berbentuk kooperatif. 24

Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pembelajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar kompetensi akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan kompotensi sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa-siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini melalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik, siswa kelompok atas akan menjadi

24 I Wayan Santyasa, Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: Dikti Depdikbud, 2006), h. 114 24 I Wayan Santyasa, Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: Dikti Depdikbud, 2006), h. 114

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagai besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidak puasan pada saat diminta untuk bekerja dalam situasi kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yag disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melencarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antaraanggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaraanggota kelompok selama kegiatan.

Ada tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lundgren yaitu:

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menhargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagai tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f) 1. Keterampilan kooperatif tingkat awal Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menhargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagai tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f)

2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah Meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; (b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan katif; (d) bertanya;(e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan.

3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir Meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan

kebenaran; (d) menetpkan tujuan; dan (e) berkompromi. 25

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) , yaitu sebagai berikut.

1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence) , yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaikan tugas

25 L. Lundgren, Cooperative Learning in The Science Classroom, (New York: GLENCOE, 1999), h. 33 25 L. Lundgren, Cooperative Learning in The Science Classroom, (New York: GLENCOE, 1999), h. 33

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) , yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3. Interaksi tatap muka ( face to face promotion interaction) , yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication) , yaitu melatih siswa utuk dapat berpatisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka, agar selanjutya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. 26

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai berikut.

1. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyempaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

26 A. Lie, Cooverative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 91

2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya

4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadia, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis model tersebut, antara lain :

2. Model Make a Match (Membuat Pasangan) Metode Make a Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis

dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang

menyenangkan. 27

27 M. Nur, Pengajaran Berdasarka n Masalah, (Surabaya, Unesa University Press, 2000), h. 223

C. Metode Kooperativ bervariasi

Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban).

b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban).

d. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

e. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

f. 28 Kesimpulan. Kartu di sini bukanlah suatu kartu yang sering digunakan oleh orang untuk

berjudi, melainkan suatu media untuk pembelajaran dibuat dengan memodifikasi kartu baik bentuk maupun prosedur permainannya. Kartu ini terdiri dari dua jenis, kartu yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu yang berisi jawaban-jawaban seputar materi.

E. Model TGT ( Teams Games Tournaments )

28 Ibid., h. 224

Metode TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan

yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). 29

Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepadaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar, dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pembelajaran.

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yag beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk

29 Saco, Cooperatif Learning, Available: http:/fromlearningftoteaching.blogspot.com. diakses 11 Oktober 2014 29 Saco, Cooperatif Learning, Available: http:/fromlearningftoteaching.blogspot.com. diakses 11 Oktober 2014

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu tahap penyajian kelas (class precentation) , belajar dalam kelompok (teams) , permainan (games) , pertandingan (tournament) , dan perhargaan kelompok (team recognition) . Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil;

b. games tournament;

c. 30 penghargaan kelompok. Salah satu strategi pembelajaran yang menarik adalah dengan metode

maupun media yang mengandung unsur permainan. Tipe TGT menimbulkan semangat kelompok dan kebersamaan serta kompetitif yang sehat sehingga membantu siswa yang lamban dan kurang bermotivasi.

b. Mata Pelajaran PAI ( Sifat-Sifat rasul)

a. Pengertian Sifat-Sifat Rasul

Rasul adalah seseorang dengan jenis laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah swt dan memiliki kewajiban untuk menyebar luaskan wahyu tersebut.

Nabi adalah seseorang dengan jenis kelamin pria yang mendapat wahyu dari Allah swt, namuntidak wajib disebarkan kepada orang lain. Nabi dan Rasul dalam ajaran islam wajib kita percaya karena terdapat pada rukun iman yang ke-4. Nabi serta

30 Slavin E. Robert, op.cit., h. 134 30 Slavin E. Robert, op.cit., h. 134

Sifat-Sifat Para nabi dan rasul Allah Swt

1. Shiddiq Shiddiq berarti benar dan perkataan dan perbuatan yang benar, jadi

mustahil jika seorang Nabi dan Rasul adalah seorang pembohong yang suka berbohong.

2. Amanah Amanah yang artinya terpercaya atau dapat dipercayai, Jadi

mustahil jika seorang Nabi dan Rasul adalah seorang pengkhianat yang suka khianat.

3. fathonah/ Fathanah Fathanah adalah cerdas, pandai, atau pintar, jadi Mustahil jika

seorang nabi dan rasul adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.

4. Tabligh Tabligh adalah menyampaikan wahyu atau risalah Allah Swt kepada orang

lain, jadi mustahil jika seorang Nabi dan rasul menyembunyikan dan merahasiakan wahyu atau risalah Allah swt

D. Tujuan dan Fungsi Prestasi atau Hasil Belajar

Salah satu tugas dari guru adalah mengadakan suatu proses evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, salah satunya adalah Salah satu tugas dari guru adalah mengadakan suatu proses evaluasi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, salah satunya adalah

Prestasi atau kualitas belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes. Prestasi belajar adalah prestasi yang diperoleh disekolah dan di luar sekolah. Prestasi belajar di sekolah adalah hasil yang diperoleh anak-anak berupa nilai mata pelajaran.

Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Gambaran prestasi belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10. Disamping itu prestasi belajar dapat dioperasikan dalam bentuk indikator- indikator berupa nilai raport, angka kelulusan dan predikat

keberhasilan. 31 Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

atau kualitas belajar adalah : kemampuan aktual yang dapat diukur setelah mengalami proses belajar praktek tentang pengetahuan dan ketrampilan tertentu, nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari proses belajar di sekolah. Hasil yang diperoleh siswa dalam satu mata pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut dengan prestasi belajar.

Prestasi atau kualitas belajar siswa dapat diketahui melalui evaluasi penilaian yang dilakukan guru. Sasaran utama pelaksanaan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Tujuan merupakan acuan dari seluruh komponen dalam perencanaan

pembelajaran, baik komponen materi, metode, maupun evaluasi. 32

31 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 1998), h. 62

32 Abimanyu, Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran, (Jakarta : Ditjen Dikti, 1984), h. 77

Dalam pelaksanaan evaluasi kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor subyektif guru. Jika ini terjadi maka hasil evaluasi tidak dpat menggambarkan keadaan sebenarnya dari hasil yang dicapai.

Dalam melakukan evaluasi pembelajaran perlu dilakukan secara sistematis dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Evaluasi mengacu kepada tujuan

2. Evaluasi bersifat komprehensif atau menyeluruh

3. Evaluasi dilaksanakan secara obyektif

4. 33 Evaluasi dapat mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan

perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang

pendidikan ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar. 34 Karakteristik manusia diatas maksudnya adalah manusia dalam bidang

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

IMPLEMENTASI MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 STUDI KASUS PENGONTROL SUHU ALIRAN AIR DALAM PIPA DENGAN METODE KONTROL FUZZY LOGIK

28 240 1

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

55 262 32

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62