Pembahasan Isi
B. Pembahasan Isi
Dalam Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit, menceritakan kisah Damarwulan sebagai prajurit bawahan yang sangat rajin, ulet, jujur, tekun, dan gigih sehingga atas kerja kerasnya tersebut Ia dapat menjadi pejuang sejati yang pada akhirnya menjadi raja di Majapahit. Dari kisah tersebut, yang dapat diambil sebagai teladan adalah kegigihan Damarwulan dalam menghadapi perjuangan hidup.
Perjuangan hidup dapat ditempuh dengan baik jika mempunyai sikap disiplin. Disiplin adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya, yaitu melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai, agar memiliki kemampuan untuk menaati peraturan. Disiplin dimulai dari disiplin diri, yaitu melatih keteguhan hati dalam melaksanakan apa yang semestinya dilakukan dan diputuskan. Disiplin diri seperti otot, jika sering dilatih maka semakin kuat. Pada mulanya memang terasa berat, setelah terbiasa maka berbagai kemudahan akan menyertainya. Disamping itu perlu adanya disiplin moral, yaitu:
1. Menghargai kehidupan;
2. Menghargai milik orang lain;
3. Menghargai hubungan pribadi: menyalurkan hati dan tenaga untuk pengembangan spiritual;
4. Menghargai kebenaran: dengan bersikap jujur;
5. Menghargai kesejahteraan lahir dan batin. Sikap disiplin terdiri dari: taat dan patuh, tabah dalam menghadapi cobaan, pantang menyerah, mandiri, serta efisien waktu. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Taat dan patuh
Disiplin akan mudah ditegakkan bilamana timbul kesadaran dari setiap insan, untuk selalu bertindak taat, patuh, tertib, dan teratur, tanpa orang lain harus mengarahkan, menyuruh, mengawasi atau menertibkannya, serta bukan karena ada tekanan atau paksaan dari luar. Dalam SL hal ini juga diungkapkan sifat taat dan patuh dari Damarwulan yaitu terdapat pada pupuh X Kinanthi bait ke 1-2. Berikut teksnya:
“dhuh radèn kula kautus/ ing arinta sang lir ratih/ kusuma Dyah Anjasmara/ ngaturi gantèn sês wangi/ lan dhaharan warna-warna/ sumanggèng karsanta gusti//”
“Dhuh raden, saya diutus Dyah Anjasmara memberikan pakaian, rokok, dan makanan, mohon diterima.”
“bibi matura riningsun/ dahat ing panuwun mami/ nanging wêdi nampanana/ yèn antuk dukaning patih/ dhuh lae saiba-iba/ rêntênge arinta gusti//”
“Terima kasih Bibi, tetapi saya takut menerimanya, karena patih Logender pasti akan marah.”
Dari kutipan teks di atas, menggambarkan bahwa Damarwulan adalah seseorang yang mempunyai watak disiplin, salah satu diantaranya adalah memiliki sikap taat dan patuh terhadap pimpinan, dalam cerita tersebut yang dimaksud adalah taat pada perintah Patih Logender sebagai majikannya. Damarwulan menolak pemberian Dewi Anjasmara karena jika Patih Logender menegtahuinya maka Damarwulan pasti akan dimarahi.
b. Tabah dalam menghadapi cobaan
Tuhan memberi kesulitan dan cobaan untuk membuat manusia menjadi kuat, mental dan moral akan teruji, penuh ketabahan dan kegigihan. Dalam SL hal ini juga diungkapkan bahwa Damarwulan tabah dalam menghadapi cobaan yaitu terdapat pada pupuh IX Pangkur bait ke 9-10. Berikut teksnya:
“adhuh rama kaya paran/ abot têmên gawean aku iki/ lah Mêlik wis aja muwus/ puluh-puluh kapakna/ wus pinasthi saking kojure wong têlu/ tinitah kalara-lara/ bubut-bubut sabên enjing//”
“adhuh rama, bagaimana ini, berat sekali pekerjaanku. Sudahlah Melik, jangan bicara, bagaimanapun juga, itu adalah nasib kita bertiga, ditakdirkan sengsara, harus mencari rumput setiap hari.”
“nyapu mènèk ing wit-witan/ angrêsiki nyêmpali pang kang garing/ tugur lawan mêlèk dalu/ dhuh rama sapa baya/ kang mènèhi sêga iwak mring awakku/ gawene sadina-dina/ pangan nora dèn wènèhi//”
“ menyapu, memanjat pohon, membersihkan dan memotong batang-batang pohon yang kering, berjaga-jaga dan begadang setiap malam. Dhuh rama, siapa yang mau memberiku nasi dan lauk yang enak, karena sehari-hari jarang mendapat makanan.”
Dari kutipan teks di atas, Damarwulan dan pengikutnya dihadapkan pada kesulitan/ cobaan yang begitu berat yaitu setiap pagi harus membersihkan pekarangan, mencari rumput untuk pakan kuda serta harus begadang setiap malam. Tetapi Tuhan mempunyai rencana bahwa dibalik kesulitan tersebut apabila dapat melaluinya maka manusia akan bertambah kuat dan tegar. Ketegaran adalah tidak membiarkan sesuatupun memisahkan diri seseorang terhadap suatu tujuan hidupnya. Tuhan memberi berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar manusia bertambah bijaksana. Tuhan memberi otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran. Tuhan memberi rintangan dan bahaya agar manusia mempunyai keteguhan hati dan keberanian untuk mengatasinya. Tuhan memberi orang-orang yang dalam kesulitan untuk diberi pertolongan, diselamatkan dan dicintai. Dalam SL hal ini juga diungkapkan bahwa Tuhan akan menolong hambanya ketika dalam kesulitan dengan mengutus seorang perantara, yaitu terdapat pada pupuh X Kinanthi bait ke 1 dan 4 . Berikut teksnya:
“dhuh radèn kula kautus/ ing arinta sang lir ratih/ kusuma Dyah Anjasmara/ ngaturi gantèn sês wangi/ lan dhaharan warna-warna/ sumanggèng karsanta gusti//”
“ dhuh raden, saya diutus Dyah Anjasmara memberikan pakaian, rokok, dan makanan, mohon diterima ”
“nalika nèng ngarsanipun/ ing rama rêkyana patih/ mriksane yèn tasih kadang/ sumêdhot wêlas kapati/ lah ta sampun kalilana/ umatur rinta sang dèwi//”
“ ketika di hadapan sang rama rekyana patih, mengetahui jika masih saudara, sangatlah iba dan kasihan. Sudahlah, relakan saja, sampaikan kepada sang dewi.”
Dari kutipan teks di atas, Damarwulan yang tengah mengalami kesulitan ditolong oleh Tuhan melalui perantara Dewi Anjasmara atas dasar iba, cinta, dan kasih. Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk umatnya, sehingga manusia harus berjuang, berusaha, dan berserah diri.
Bersyukurlah jika tidak tahu sesuatu, karena itu memberi kesempatan untuk belajar. Bersyukurlah untuk masa-masa sulit, karena di masa itulah manusia akan tumbuh. Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru, karena itu akan membangun kekuatan diri dalam mencapai kemakmuran. Dalam SL hal ini juga diungkapkan bahwa tantangan baru akan membangun kekuatan diri, yaitu terdapat pada pupuh
VIII Sinom bait ke 1. Berikut teksnya: “dhuh kulup Damarsasangka/ ing sarèhning sira kaki/ wus putus liring
wêweka/ wikan ing guna kasêktin/ ing mêngko luwih bêcik/ sira suwita ing ratu/ magang mring pamanira/ Logêndèr rêkyana patih/ lah ing kono margane antuk nugraha//”
“dhuh Damarsasangka, di kediamanku ini, sudah selesai kamu dalam bertapa guna menambah kesaktianmu, nantinya, lebih baik kamu menemui sang ratu, mangabdi pada pamanmu patih Logender, disana nanti kamu akan mendapat anugrah.”
Dari kutipan teks di atas, Damarwulan diberikan tantangan baru yaitu mengembara ke Majapahit untuk mengabdi kepada pamannya. Kedengarannya sangat berat, karena Damarwulan yang semula putra seorang patih, hidup serba kecukupan dan dilayani, lalu diperintah untuk menjadi seorang prajurit bawahan.
Tetapi, dengan adanya tantangan tersebut, Damarwulan akan dapat membangun kekuatan diri menjadi seorang yang gigih dan tegar sehingga kelak akan meraih sukses.
c. Pantang menyerah
Hidup membutuhkan perjuangan yang tiada henti dalam menghadapi rintangan, hambatan, pertentangan, pertarungan dan persaingan. Sehingga kita harus dapat menentukan sikap, pilihan, dan reaksi atas kejadian yang menimpa kita dan mampu mengendalikan hati dan pikiran, untuk dapat menghadapi rintangan dan cobaan dengan baik. Tetapi, sikap dan perilaku seseorang tidak terbentuk dalam sekejab. Diperlukan pembinaan terus-menerus sejak dini. Dalam SL hal ini diungkapkan bahwa hidup penuh pertentangan dan pertarungan, yaitu terdapat pada pupuh XX Durma bait ke 1. Berikut teksnya:
“Anjasmara aja ngêregoni sira/ aja dupèh mung siji/ kadangku wanodya/.../ gêmatènana/ mangsa nora nêmahi//”
“Anjasmara, jangan menyepelekan aku, bukan berarti kamu saudaraku perempuan satu-satunya, ... , diperlakukan baik-baik, tapi tidak tahu balas budi.”
Dari kutipan teks di atas, terlihat bahwa antar saudara pun sering terjadi pertentangan. Sehingga manusia harus tidak mengenal putus asa dan kuat hatinya agar mampu dan berani berjuang di dalam hidupnya. Sesungguhnya hidup yang berarti adalah hidup yang memperjuangkan kehidupan, baik bagi kepentingan diri sendiri maupun bagi kepentingan sesama manusia. Disamping itu, persaingan hidup sering memunculkan sikap-sikap iri dan berprasangka buruk terhadap orang lain. Dalam SL hal ini juga diungkapkan yaitu terdapat pada pupuh XI Durma, bait 1. Berikut teksnya:
“kowe sapa aranmu wong apa sira/ pinangkanira ing ngêndi/ tan wruh ing dêduga/ .../ngakua mumpung urip//
“siapa namamu, dari mana, tidak tahu aturan, ..., mengakulah mumpung masih hidup.”
Dari kutipan teks di atas, menunjukkan adanya sifat iri dalam persaingan hidup. Seta dan Kumitir iri melihat Damarwulan karena sangat tampan, tekun, ulet, sehingga mereka takut akan kalah bersaing dan kelak menghalangi kesuksesan Seta dan Kumitir.
Dalam usaha memperjuangkan kehidupan, dibutuhkan sikap keperwiraan, kecintaan akan hidup, dan rasa kedamaian. Dalam keperwiraan itu seseorang selalu siap untuk membela kehidupan. Rasa kecintaan seseorang akan selalu bersikap menghargai terhadap kehidupan. Sedangkan rasa kedamaian di hati seseorang akan tetap merasa tenang di dalam menghadapi tantangan hidup.
Manusia mempunyai potensi besar untuk memenangkan perjuangan hidup, yaitu dengan memperkuat mental, menjadikan tantangan hidup sebagai latihan mental. Dalam SL hal ini juga diungkapkan bahwa Damarwulan pantang menyerah yaitu terdapat pada pupuh XI Durma bait ke 3 dan 4. Berikut teksnya:
“boten pirsa rawuhe dyan sakaliyan/ sèwu lêpating dasih/ nyuwun pangaksama/ ... / ngaku nora amiyarsi/ kokehan swara/ ulungna krismu nuli//”
“tidak mengetahui kedatangan kalian berdua, mohon maaf sekali, ... Pura- pura tidak tahu, kebanyakan bicara, berikan kerismu.”
Dari kutipan teks di atas, Damarwulan diuji mentalnya. Walaupun diganggu Layangseta dan Kumitir, Ia tetap tegar menghadapinya, sehingga pada akhirnya Ia Dari kutipan teks di atas, Damarwulan diuji mentalnya. Walaupun diganggu Layangseta dan Kumitir, Ia tetap tegar menghadapinya, sehingga pada akhirnya Ia
d. Mandiri
Melaksanakan suatu pekerjaan, dibutuhkan kerja keras dan mandiri, tidak mengharapkan bantuan dari orang lain. Dalam SL hal ini juga diungkapkan pada pupuh
XIV Asmaradana bait ke 6 dan pupuh XV Sinom bait ke 1. Berikut teksnya: “.... / kula ngaturi busana/ miwah dhahar paduka/ pêpanganan ulam sêkul/
sumonggèng karsa paduka//”
“.... , saya memberikan pakaian, makanan, serta lauk pauk, mohon diterima.”
“... / dahat ing panrima mami/ nanging ywa dadi tyasira/ ingsun lagya asêsirih/ dene busana adi/ besuk wae ingsun pundhut/ yèn wus rucat cintraka/ ...//”
“...., saya sangat berterima kasih, tetapi kalian jangan tersinggung, saya sedang prihatin, mengurangi makan dan minum, sedangkan untuk pakaian dan sebagainya, besok saja saya ambil jika sudah keluar, ...”
Dari kutipan teks di atas menggambarkan bahwa sosok Damarwulan adalah tokoh yang mandiri, tidak mengharap bantuan orang lain. Walaupun ke empat bakul menawarkan bantuan berupa jasa tenaga, makanan, serta pakaian, Damarwulan tetap menolaknya. Padahal sebenarnya, semua tawaran bantuan tersebut sangat dibutuhkan, tetapi Damarwulan berusaha untuk mengendalikan diri untuk menjadi seseorang yang mandiri, tidak mengharapkan bantuan dari orang lain.
e. Efisien waktu
Melakukan perubahan positif sedari sekarang sangatlah penting, salah satunya adalah dengan menggunakan waktu lebih efektif, tidak menunda-nunda pekerjaan, selesaikan apa yang sudah dimulai, misalnya di sela-sela waktu longgar digunakan untuk berlatih meningkatkan kemampuan dan memperluas wawasan dengan ilmu pengetahuan, serta berbenah diri terus-menerus.
Memiliki tujuan hidup yang benar dan jelas serta keyakinan yang kuat, akan mendorong seseorang untuk bangkit dan maju. Keyakinan yang kuat misalnya jika menginginkan sesuatu, maka seseorang sangat yakin akan mendapatkan keinginan tersebut. Keyakinan kuat menjadi pemenang, membuat seseorang mampu memetik pelajaran berharga dan bertindak lebih hati-hati dengan memperhitungkan setiap tindakan yang ditempuh. Keyakinan membantu seseorang untuk berfikir jernih dan positif. Menjadikan kekurangan maupun kelebihan sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas diri dan bekerja lebih giat.
Salah satu cerminan perilaku dari etos kerja yaitu bekerja cerdas dan ikhlas dengan landasan keimanan dan kejujuran. Etos kerja yang tinggi akan menuntun seseorang ke dalam kesuksesan. Dalam naskah SL, Damarwulan pada mulanya bekerja sebagai perawat kuda. Akibat etos kerjanya yang baik, Damarwulan dapat memenangkan perjuangan hidup yaitu pada akhirnya menjadi raja di Majapahit.
Jangan pernah beranggapan bahwa meraih kehidupan yang berhasil itu mudah, karena mencapai sukses diperlukan sikap disiplin yang tinggi, memfokuskan waktu dan energi pada aktivitas yang bernilai tinggi yaitu aktivitas yang terbaik dari apa yang ditawarkan.
Setelah membaca uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua orang perlu memiliki sikap disiplin serta mempunyai etos kerja yang tinggi dalam menjalankan perjuangan hidupnya sehingga dapat mencapai cita-cita dan meraih kesuksesan.