Nilai-Nilai Budi Pekerti Di Dalam Serat Margawirya Karya Rmh. Jayadiningrat I ( Sebuah Tinjauan Bentuk, Fungsi, dan Makna )

NILAI-NILAI BUDI PEKERTI DI DALAM SERAT MARGAWIRYA KARYA RMH. JAYADININGRAT I

( Sebuah Tinjauan Bentuk, Fungsi, dan Makna )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Oleh :

NONIEK WIHARNIY C0107036

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PERNYATAAN

Nama : Noniek Wiharniy NIM : C0107036

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul ”Nilai-nilai

Budi Pekerti Di Dalam Serat Margawirya Karya RMH. Jayadiningrat I (Sebuah Tinjauan Bentuk, Fungsi, dan Makna )” adalah benar-benar karya sendiri bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Desember 2011

Noniek Wiharniy

MOTTO

”Kemarin adalah sejarah. Hari ini adalah anugerah. Kenanglah hari kemarin, jangan sia-siakan hari ini, untuk hari esok yang lebih baik ”

(penulis)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Almarhum ayahandaku tercinta, ibundaku tercinta, dan keluarga besarku.

2. Almamaterku.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Nilai-nilai Budi Pekerti di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I (Sebuah Tinjauan Bentuk, Makna,dan Fungsi )”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Segala hambatan dalam penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bimbingan, petunjuk serta bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan izin penulisan skripsi ini.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan semangat untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Dra. Sundari, M.Hum , selaku pembimbing I dengan ketegasannya telah memberikan bimbingan, saran, dan nasihat demi terwujudnya skripsi ini.

5. Drs. Christiana D.W, M.Hum sebagai Pembimbing II atas ketelitian dan

6. Drs. Yohanes Suwanto, M.Hum, selaku Pembimbing Akademik yang terus memberikan semangat dan masukan kepada penulis.

7. Bapak Ibu Dosen beserta staf Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.

8. Kepada perpustakaan UNS, FSSR dan Reksa Pustaka Istana Mangkunegaran, terimakasih atas pelayanannya selama penulis membutuhkan referensi.

9. Ibundaku, kakak-kakakku tersayang, beserta keluargaku yang telah membantu doa di dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Muhammad Fahrur Rozi (Beck Donal), terima kasih untuk segenap rasa ketulusan, dan kesabaran di dalam menemani, serta memberi semangat, dukungan, dan doa sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman penari yang tergabung di Sanggar Tari Soerya Soemirat Istana Mangkunegaran dan Tim Besar Matah Ati, terima kasih atas segenap suka duka yang kalian berikan di setiap langkahku, terimakasih untuk dukungan moril dan semangatnya dan semoga kalian semua sukses.

12. Teman-teman Sastra Daerah angkatan 2007 terima kasih atas bantuan serta dukungannya dan semoga sukses.

13. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, semoga mendapat karunia dari Tuhan. Semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadikan

pahala dan mendapat balasan dari Allah SWT. Dalam penulisan skripsi ini, pahala dan mendapat balasan dari Allah SWT. Dalam penulisan skripsi ini,

Surakarta, Desember 2011

Penulis

f. Citra Lihat……………….……………………………….

g. Allegori………………………………………………….

h. Candrasengkala………………………………………..…

i. Kata Ganti Petunjuk……………………………………..

3. Lapis Norma………………………………………………..

a. Objek…………………………………………………

b. Latar………………………………………………….

c. Pelaku…………………………………………………

4. Lapis Dunia……………………………………………........ . Lapis Metafisis…………………………………………….. 5

B. Ajaran Budi Pekerti Yang Terdapat Dalam Serat Margawiya

1. Ajaran Dalam Memilih Pekerjaan………………………..

2. Ajaran Mengabdi Kepada Atasan………………………...

3. A jaran Orang Tua Dalam Mendidik Anak………………

4. Ajaran Tidak Menjadi D ukun…………………………...

5. Ajaran Menerima Tamu ………………………………..

6. Larangan Berjudi…………………………………………

7. Larangan Mengadu Domba………………………………

8. Ajaran Menjadikan Negara Makmur……………………..

C. Relevansi Ajaran Serat Margawirya Dengan Kehidupan Masa Kini……………………………………………………

BAB V PENUTUP……………………………………………………... 115

B. Saran……………………………………………………....... 116

DAFTAR P USTAKA…………………………………………………... 118 LAMPIRAN……………………………………………………………. 120

DAFTAR SINGKATAN

BGRay

: Bendara Gusti Raden Ayu

FSSR

: Fakultas Sastra dan Seni Rupa

PB

: Pakoe Boewana

RMH

: Raden Mas Harya

SM

: Serat Margawirya

UNS

: Universitas Sebelas Maret

YME

: Yang Maha Esa

KUHP

: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

: Naskah Serat Margawirya

Lampiran II

: Terjemahan

ABSTRAK

Noniek Wiharniy. C0107036. 2011. Nilai-nilai Budi Pekerti Di Dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I (Sebuah Tinjauan Bentuk,

Makna,dan Fungsi ). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah struktur yang terdapat di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I yang merupakan tembang macapat? (2) Ajaran apa sajakah yang terkandung di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I? (3) Bagaimanakah relevansi nilai-nilai budi pekerti yang terdapat di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ?

Tujuannya penelitian ini yaitu untuk: (1) Mendeskripsikan struktur yang terdapat di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I yang merupakan tembang macapat (2) Menemukan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I (3) Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai budi pekerti yang terdapat di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat

I dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang. Penelitian ini mengambil lokasi terbagi dua tempat yaitu, (1) lokasi asli SM terletak di Perpustakaan Reksa Pustaka Istana Mangkunegaran Surakarta, (2) lokasi hasil penelitian dalam bentuk transiliterasi SM di Perputakaan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian sastra. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka atau library research, yaitu pnelitian yang data dan informasinya ada di dalam perpustakaan. Salah satunya adalah Bentuk penelitian yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian dibedakan menjadi dua, (1) data yang bersumber dari naskah asli SM, (2) data yang bersumber dari hasil penelitian yang bersumber dari skripsi yang dikaji secara filologis pada tahun 1986 oleh Faiz. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik content analysis (teknik kajian isi), library research ( teknik kepustakaan).

Kesimpulan yang di dapat dari analysis kandungan SM adalah struktur SM meliputi, (1) Lapis bunyi, (2) Lapis arti yang terdiri dari padan kata, tembung garba, tembung wancahan, pepindhan, citra dengaran, citra penglihatan, allegori, candrasengkala, kata ganti petunjuk, (3) Lapis norma yang terdiri dari objek, latar, dan pelaku, (4) Lapis dunia, (5) Lapis Metafisis. Ajaran yang di sajikan di dalam SM adalah mengenai nilai-nilai budi pekerti yang setiap saat berada di tengah- tengah masyarakat yaitu terdiri dari, (1) ajaran dalam memilih pekerjaan, memilih pekerjaan harus dimantapkan dalam hati dan jangan ragu-ragu, (2) Ajaran mengabdi kepada atasan, jadilah abdi yang baik untuk atasanmu sehingga akan membwa keberkahan, (3) Ajaran orang tua kepada anak-anak, menjadi suri

Ajaran menerima tamu, bersikap yang baik dalam bertamu dan menerima tamu yang baik adalah cerminan dari pribadi seseorang, (6) Larangan berjudi, perbuatan haram yang sangat dilarang oleh agama dan sangat meresahkan anggota masyarakat sehingga harus dihindari, (7) Larangan mengadu domba, sumber dari segala macam perpecahan di dalam masyarakat , dengan persatuan dan kesatuan adu domba dapat dihilangkan, (8) Ajaran menjadikan menjadikan negara makmur, terdapat empat aspek penting yang wajib dimiliki oleh suatu negara yaitu prajurit sebagai pelindung negara, petani sebagai sumber makan bagi negara, pedagang berfungsi sebagai pakaian bagi negara, dan pendeta pemberi berkat bagi negara.

Ajaran etika moral yang terkandung dalam SM masih relevan pada kehidupan sekarang jika masyarakat sadar akan hukum dan perundang-undangan sehingga tercipta masyarakat bermoral dan berbudi pekerti tinggi. SM dengan keseluruhan kandungannya tersebut dapat menjelaskan masa lampau, sekarang dan akan datang membutuhkan sebuah diskusi untuk pemecahannya.

SARI PATHI

Noniek Wiharniy. C 0107036. 2011. Nilai-nilai Budi Pekerti Wonten Ing Serat Margawirya anggitan RMH. Jayadiningrat I ( Tinjauan Bentuk,

Makna, lan Fungsi ). Skripsi Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta.

Prêkawis ingkang dipunrêmbag wontên ing panalitèn inggih punika, (1) Kados pundi Sêrat Margawirya karya RMH Jayadiningrat I dados karya sastra Jawi ingkang anggadhahi kaèndahan wontên panyeratanipun ? (2) Piwucal punapa kèmawon ingkang wontên ing salabêting Sêrat Margawirya anggitan RMH. Jayadiningrat I? (3) Kados pundi sambung rapêting nilai-nilai budi pêkêrti ing Sêrat Margawirya anggitan RMH. Jayadiningrat I kaliyan panggêsanging pabrayan ing jaman sapunika ?.

Ancasing panalitèn punika, (1) Ngandharaken gêgambaran kaèndahaan- kaèndahan panulisan wontên salêbêting Sêrat Margawirya karya RMH. Jayadingrat I. (2) Hanjlèntrèhakên piwucal-piwucal ing salebêting Sêrat Margawirya anggitan RMH. Jayadiningrat I. (3) Ngandharaken gêgambaran sambung rapêting nilai-nilai budi pêkêrti ingkang wontên ing Serat Margawirya anggitan RMH. Jayadiningrat I kaliyan panggêsangging pabrayan jaman sapunika.

Panalitèn punika mêndhêt woten ing (1) Perpustakaan Reksa Pustaka Pura Mangkunêgaran Surakarta, ingkang nyimpên naskah ingkang asli, (2) Panggenan panalitèn ingkang awujud sulih aksara kasimpen wontên ing kapustakan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta.

Panalitèn punika awujud panalitèn sastra. Jenising panalitèn mawi panalitèn pustaka utawi library research inggih punika panalitèn ingkang data lan informasi nipun wontên ing kapustakan. Wujud panalitèn inggih punika deskriptif kwalitatif . Sumber data ing panalitèn punika dipunbedaaken dados kalih, (1) Data ingkang asumbêr saking naskah asli utawi babon Sêrat Margawirya, (2) Data ingkang asumbêr saking woh panalitèn ingkang asumbêr saking skripsi ingkang sampun dipunteliti dêning Faiz kanthi panalitèn Filologis taun 1986. Tata cara nglêmpakakên data ngginakakên tèknik content analysis (teknik kajian isi), lan teknik library research ( teknik kepustakaan).

Dudutan wontên ing panalitèn punika : struktur utawi rancangan Serat Margawirya inggih punika (1) Lapis Swantên, (2) Lapis Arti ingkang inggih punika wontên dasanama, têmbung garba, têmbung wancahan, pêpindhan, citra pangrungu, citra handulu, allegori, candrasêngkala, kata ganti petunjuk, (3) Lapis norma inggih punika objek, papan, lan paraga, (4) Lapis Donya, (5) Lapis Metafisis.

Ajaran ingkang wontên ing Sêrat Margawirya inggih punika wontênipun nilai-nilai budi pêkêrti ingkang sabên-sabên wontên ing satêngah-têngahing Ajaran ingkang wontên ing Sêrat Margawirya inggih punika wontênipun nilai-nilai budi pêkêrti ingkang sabên-sabên wontên ing satêngah-têngahing

Piwulang ètika moral ingkang wontên ing Sêrat Margawirya taksih wontên guna paèdahipun tumrap panggêsangan ing jaman sakpunika, jêr bêbrayan èmut ukum lan pranatan-pranatan satêmah sagêd nyipta pabrayan ingkang anggadahi moral lan budi pêkêrti ingkang saè sangêt. Sêrat Margawirya kanthi sadaya kandhutanipun kasêbut saged njlèntrèhakên jaman rumiyin, sakpunika lan ingkang badhê kalampahan betahaken parêmbagan supados sagêd pikantuk cara- cara ingkang botên buntu.

ABSTRACT

Noniek Wiharniy. C0107036. 2011. Budi values Pekerti Margawirya

Inside Fiber RMH works. Jayadiningrat . Thesis:Regional Literature Department of Literature and Fine Arts Faculty of the Sebelas Maret University Surakarta.

Problems discussed in this study were (1) How the structure of the fibers contained in the work Margawirya RMH. Jayadiningrat I which is a song macapat? (2) what are the teachings contained in the fibers Margawirya RMH works. Jayadiningrat I? (3) What is the relevance of character values contained in the fibers Margawirya RMH works. Jayadiningrat I with people's lives today?

The aim of this study are to: (1) Describe the structure of the fibers contained in the work Margawirya RMH. Jayadiningrat I which is a song macapat (2) Find the teachings contained in the fibers Margawirya RMH works. Jayadiningrat I (3) Describe the relevance of character values contained in the fibers Margawirya RMH works. Jayadiningrat I with community life in the present.

This study took locations divided into two places, namely, (1) The original location is located in the Library of BC Mutual Mangkunegaran Surakarta Palace Library, (2) the location of the research results in the form transiliterasi Perputakaan BC in the Faculty of Literature and Fine Arts Sebelas Maret University Surakarta.

This study is a kind of literary research. This type of research is a research library or library research, namely pnelitian the data and information in the library. One of them is a form of qualitative research is descriptive research. Source of data in the study divided into two, (1) data sourced from original manuscript SM, (2) data derived from research results derived from the philological thesis examined in 1986 by Faiz. Data collection techniques using content analysis techniques (engineering studies content), library research (literary technique).

Conclusions obtained from the analysis is the structure of BC BC content includes, (1) layer of sound, (2) Lapis meaning of the word match, Tembung womb, Tembung wancahan, pepindhan, images sounds, visual images, allegori, candrasengkala, pronouns instructions, (3) Lapis norm consisting of objects, background, and the perpetrator, (4) Layer the world, (5) Lapis metaphysical. Doctrine that served in the SM is about the values that each character while in the midst of society that is composed of, (1) teaching in choosing a job, choose a job should be established in the liver and do not hesitate, (2) The doctrine serves to superiors, be a good servant to your boss so that will combines all blessings, (3) Teaching parents to children, be good role models for your son or daughter is every parent's dream, consisting of wuwur, sprayed, Conclusions obtained from the analysis is the structure of BC BC content includes, (1) layer of sound, (2) Lapis meaning of the word match, Tembung womb, Tembung wancahan, pepindhan, images sounds, visual images, allegori, candrasengkala, pronouns instructions, (3) Lapis norm consisting of objects, background, and the perpetrator, (4) Layer the world, (5) Lapis metaphysical. Doctrine that served in the SM is about the values that each character while in the midst of society that is composed of, (1) teaching in choosing a job, choose a job should be established in the liver and do not hesitate, (2) The doctrine serves to superiors, be a good servant to your boss so that will combines all blessings, (3) Teaching parents to children, be good role models for your son or daughter is every parent's dream, consisting of wuwur, sprayed,

Moral ethical teachings contained in the SM is still relevant in the present life if people are aware of laws and legislation so as to create communities of high moral and virtuous character. BC with the overall abortion may explain the past,

present and future require a discussion for its solution.

Dra. Sundari , M.Hum 2 Drs. Christiana D.W, M.Hum 3

ABSTRAK

2011. Nilai-nilai Budi Pekerti Di Dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I (Sebuah Tinjauan Bentuk, Makna,dan Fungsi ). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah struktur yang terdapat di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I yang merupakan tembang macapat? (2) Ajaran apa sajakah yang terkandung di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I? (3) Bagaimanakah relevansi nilai-nilai budi pekerti yang terdapat di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ?Tujuannya penelitian ini yaitu untuk: (1) Mendeskripsikan struktur yang terdapat di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I yang merupakan tembang macapat (2) Menemukan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I (3) Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai budi pekerti yang terdapat di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang.Penelitian ini mengambil lokasi terbagi dua tempat yaitu, (1) lokasi asli SM terletak di Perpustakaan Reksa Pustaka Istana Mangkunegaran Surakarta, (2) lokasi hasil penelitian dalam bentuk transiliterasi SM di Perputakaan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.Penelitian ini merupakan jenis penelitian sastra. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka atau

Mahasiswa jurusan sasda daerah dengan NIM C0107036 2 Dosen pembibing I

3 Dosen pembibing II

dari skripsi yang dikaji secara filologis pada tahun 1986 oleh Faiz. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik content analysis (teknik

research ( teknik kepustakaan).Kesimpulan yang di dapat dari analysis kandungan SM adalah struktur SM meliputi, (1) Lapis bunyi, (2) Lapis arti yang terdiri dari padan kata, tembung garba, tembung wancahan, pepindhan, citra dengaran, citra penglihatan, allegori, candrasengkala, kata ganti petunjuk, (3) Lapis norma yang terdiri dari objek, latar, dan pelaku, (4) Lapis dunia, (5) Lapis Metafisis. Ajaran yang di sajikan di dalam SM adalah mengenai nilai-nilai budi pekerti yang setiap saat berada di tengah-tengah masyarakat yaitu terdiri dari, (1) ajaran dalam memilih pekerjaan, memilih pekerjaan harus dimantapkan dalam hati dan jangan ragu-ragu, (2) Ajaran mengabdi kepada atasan, jadilah abdi yang baik untuk atasanmu sehingga akan membwa keberkahan, (3) Ajaran orang tua kepada anak-anak, menjadi suri tauladan yang baik bagi putra putri adalah dambaan setiap orang tua,terdiri dari wuwur, sembur,nandur, dan pitutur (4) Ajaran tidak menjadi dukun, perbuatan dosa yang membawa kesengsaraan dan harus dihindari oleh setiap orang, (5) Ajaran menerima tamu, bersikap yang baik dalam bertamu dan menerima tamu yang baik adalah cerminan dari pribadi seseorang, (6) Larangan berjudi, perbuatan haram yang sangat dilarang oleh agama dan sangat meresahkan anggota masyarakat sehingga harus dihindari, (7) Larangan mengadu domba, sumber dari segala macam perpecahan di dalam masyarakat , dengan persatuan dan kesatuan adu domba dapat dihilangkan, (8) Ajaran menjadikan menjadikan negara makmur, terdapat empat aspek penting yang wajib dimiliki oleh suatu negara yaitu prajurit sebagai pelindung negara, petani sebagai sumber makan bagi negara, pedagang berfungsi sebagai pakaian bagi negara, dan pendeta pemberi berkat bagi negara.Ajaran etika moral yang terkandung dalam SM masih relevan pada kehidupan sekarang jika masyarakat sadar akan hukum dan perundang-

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia dikenal mempunyai peradaban yang cukup tinggi, terbukti dengan kekayaan dan keanekaragaman khasanah budaya. Dalam waktu yang cukup lama, berkembang dan terpelihara pada setiap generasi hingga saat ini atau bahkan mungkin sampai waktu yang tidak bisa dibatasi. Rekaman budaya Indonesia dapat dilihat dari berbagai peninggalan, baik yang berupa bangunan fisik (candi, bangunan kuna, prasasti), karya seni (naskah), maupun norma-norma konvensional yang hidup di masyarakat. Semua itu menunjukan identitas diri dan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia yang bernilai luhur.

Dari berbagai peninggalan tersebut, naskahlah yang merupakan wacana terlengkap dan memuat hampir seluruh segi kehidupan serta mencerminkan situasi sosial budaya pada saat naskah diciptakan. Di dalamnya terkandung informasi yang sangat dibutuhkan di kehidupan dahulu hingga sekarang dan digunakan sebagai sarana refleksi masa mendatang.

Naskah adalah salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang menyimpan berbagai segi kehidupan. Naskah adalah semua bahan tulisan tangan yang menyimpan bebagai ungkapan pikiran, perasaan, hasil budaya masa lampau. Naskah mencakup banyak hal, antara lain : naskah-naskah nusantara mengemban Naskah adalah salah satu peninggalan budaya nenek moyang yang menyimpan berbagai segi kehidupan. Naskah adalah semua bahan tulisan tangan yang menyimpan bebagai ungkapan pikiran, perasaan, hasil budaya masa lampau. Naskah mencakup banyak hal, antara lain : naskah-naskah nusantara mengemban

Naskah memuat banyak segi kehidupan, nilai dan manfaat naskah juga sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk dilestarikan dan menghidupkan kembali nilai budaya lama yang telah berkembang dan terpelihara di masa lalu. Nilai-nilai strategis tulisan lama atau kesusastraan lama dapat dijadikan sarana menjembatani informasi ide, budaya, dan nilai peradaban lainnya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Dengan banyaknya warisan budaya bangsa, naskah merupakan dokumen yang paling menarik di bandingkan dengan puing- puing bangunan peninggalan bersejarah dan warisan budaya lainnya.

Kesusastraan lama bermanfaat untuk mengungkapkan kejadian-kejadian penting yang terjadi pada masyarakat lampau sebagai pelaku-pelaku sejarah mengetahui sikap, alam pikiran, dan perasaan masyarakat lampau. Hal ini dapat membantu sumber-sumber sejarah budaya, pembanding perkembangan bahasa, teknologi, agama, dan sifat-sifat asli masyarakat baik sebelum atau sesudah adanya pengaruh dari luar. Kebanyakan naskah mengandung informasi yang berkaitan dengan berbagai hal seperti hukum, adat istiadat, filsafat, ekonomi, moral, obat-obatan, kehidupan beragama, kehidupan sosial, menurut Jauss, karya sastra lama merupakan produk masa lampau yang memiliki relevansi dengan masa sekarang dalam arti ada nilai-nilai tertentu untuk orang yang membacanya dan sebuah karya sastra akan lebih dipahami secara utuh jika, pemahaman itu

(sinkronis). Melalui pemahaman sinkronis dan dikronis itu makna sebuah karya sastra dapat diwujudkan secara koheren.

Sejarah sastra akan dapat diketahui dan dibandingkan karya-karya sastra sejak keberadaannya sampai pada perkembanagn yang terakhir. Pembandingan tersebut dapat mencakup aspek ciri, idealisme, aliran, gejala yang ada, pengaruh yang melatar belakangi, gaya, bentuk pengungkapan, dan sebagainya. Dengan demikian, akan lebih memudahkan seseorang yang akan melakukan penganalisisan terhadap karya sastra.

Pengkajian terhadap naskah lama mempunyai nilai yang amat penting, karena naskah merupakan dokumen peninggalan yang dapat memberikan gambaran mengenai peradaban dan sejarah perkembangan masyarakat. Di dalam naskah terdapat unsur sastra. Kehadiran sastra di tengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran tersebut diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Sastra sampai saat ini dinilai sebagai karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi serta dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual disamping konsumsi emosi. Sastra terlahir sebagai akibat dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan kesejatian dirinya, realitas masyarakat yang menjadi bagian dari keberadaannya yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang jaman, sehingga ia mampu dinikmati dan memberi kepuasan bagi khalayak pembaca ( Atar Semi 1993 : 1).

Jan van Luxemburg menyatakan bahwa sastra (litterature) dengan pengertian sekarang, baru muncul pada abad ke-18. Namun, sastra sesungguhnya Jan van Luxemburg menyatakan bahwa sastra (litterature) dengan pengertian sekarang, baru muncul pada abad ke-18. Namun, sastra sesungguhnya

Penciptaan karya sastra dengan penurunannya melewati rentangan waktu panjang untuk sampai pada generasi berikutnya, sehingga menyebabkan kesukaran dalam mempelajarinya. Upaya mengetahui, mempelajari, dan memahami naskah diperlukan pengungkapan isi baik yang tersurat maupun yang tersirat. Naskah sebagai peninggalan masa lampau hanya akan bermanfaat jika apa yang terkandung di dalamnya dapat terungkap sebagai warisan nenek moyang, bukanlah perhiasan yang dapat dibanggakan dan dipertotonkan saja, naskah baru berharga apabila masih dapat dibaca dan dipahami isinya.

Naskah-naskah yang terdapat di pulau Jawa berdasarkan isinya menurut Girardet dapat digolongkan menjadi beberapa golongan :

1. Kronik, legenda dan mite yang didalamnya terdapat naskah-naskah, babad, pakem, panji, pustaka raja, dan silsilah.

2. Agama, filsafat, dan etika di dalamnya termasuk naskah-naskah yang

mengandung Hindhuisme, Kejawen, Islam, ramalan, dan sastra wulang.

3. Peristiwa Keraton, hukum risalah, peraturan-peraturan.

4. Buku teks dan penuntun kamus ensiklopedi tentang linguistik, obat-obatan, pertanian, antropologi, geografi, dan perdagangan (Girardet dalam Hendrosaputro, 1996 : 30).

Berdasarkan penggolongan di atas, maka Serat Margawirya (SM) dimasukan kedalam sastra wulang. Sastra wulang berisi ajaran-ajaran atau nasihat Berdasarkan penggolongan di atas, maka Serat Margawirya (SM) dimasukan kedalam sastra wulang. Sastra wulang berisi ajaran-ajaran atau nasihat

SM merupakan karya sastra dalam bentuk tembang. SM kini tersimpan di dua tempat, (1) Perpustakaan Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran Surakarta dengan nomor katalog A.41 dengan tebal naskah 42 halaman, sebagai naskah asli, (2) Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dalam bentuk transiliterasi dan telah dikaji oleh Faiz secara Filologis yang menghasilkan deskripsi naskah, kritik teks dan terjemahan. Kandungan di dalamnya adalah ajaran moral yang antara lain sebagai berikut Pupuh Dhandhanggula memuat ajaran dalam memilih pekerjaan, ajaran di dalam mengabdi, tata cara menghadap pimpinan/atasan (raja), ajaran tata cara memberi kepercayaan kepada orang lain, dan larangan berjudi dan mabuk-mabukan. Pupuh Sinom memuat tenthang ajaran menghadap pimpinan atau atasan (raja), ajaran mengenai beberapa hal yang harus diperhatikan oleh negara, larangan berjudi dan mabuk-mabukan, larangan tergoda oleh uang dan wanita, dan larangan mengadu domba. Pupuh Megatruh memuat tentang ajaran dalam memberi nasihat, ajaran menerima tamu yang baik, ajaran mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik, larangan menghindar dari tanggung jawab, dan larangan untuk mengadu domba. Pupuh Kinanthi memuat tentang ajaran diberi kepercayaan oleh orang lain dan ajaran mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak.

Ajaran etika moral dijelaskan apa yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan atau tidak dilakukan dalam hidup bermasyarakat. Ajaran etika moral memuat pandangan-pandangan tentang nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat di antara sekelompok manusia atau masyarakat. Kalau seseorang mengerti apakah itu menjadi manusia, dia akan mengerti bagaimana harus berbuat supaya kelakuannya dilaksanakan menurut kodratnya, derajatnya dan martabatnya. Hal ini akan mengantarkan manusia untuk weruh ing uripe (tahu akan hakekat hidupnya) dan tidak menjadi padha lan kebo (sama hidupnya dengan kerbau).

Kehadiran setiap karya sastra mampu dinikmati oleh setiap pembaca, jika didasarkan kenyataan bahwa karya sastra yang lahir selalu berkembang dan perkembangannya bergantung sepenuhnya pada pengarang

Di balik kehidupan bahasa suatu karya sastra, akan diambil pula manfaatnya yang berupa kesenangan-kesenangan tertentu. Kesenangan disini bukan hanya cerita karya sastranya saja, tetapi juga pesan yang disampaikan baik yang tersurat maupun yang tersirat.

Ajaran moral dalam sebuah karya sastra merupakan pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Karya sastra yang baik akan mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma moral. Mengingat pentingnya ajaran moral dalam karya sastra terhadap SM maka pembaca diharapkan menangkap, menghayati, dan mengamalkan ajaran moral yang terkandung didalamnya, dengan cara menerangkan isi ajaranyang terkndung di dalamnya serta kemudian meresepsi isinya yang dilakukan berdasarkan penilaian Ajaran moral dalam sebuah karya sastra merupakan pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Karya sastra yang baik akan mengajak pembaca untuk menjunjung tinggi norma-norma moral. Mengingat pentingnya ajaran moral dalam karya sastra terhadap SM maka pembaca diharapkan menangkap, menghayati, dan mengamalkan ajaran moral yang terkandung didalamnya, dengan cara menerangkan isi ajaranyang terkndung di dalamnya serta kemudian meresepsi isinya yang dilakukan berdasarkan penilaian

Keunggulan di dalam SM yang memiliki nilai lebih di banding naskah- naskah lain adalah mengenai isi dari naskah SM sendiri, di mana serat ini memuat banyak sekali ajaran-ajaran budi pekerti yang baik dan mendidik bagi masyarakat pembaca. Ajaran-ajaran budi pekerti yang terkandung seputar kehidupan masyarakat, sehinggga diharapkan setelah dilakukan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan Struktural dan Moralitas ini ajaran-ajaran yang telah ditranskirpsikan dapat merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Jawa. Selain hal di atas, naskah SM merupakan karya agung dari RMH. Jayadiningrat I, sehingga serat ini memiliki bobot yang lebih dibanding karya-karya RMH. Jayadiningrat I yang lain.

Penelitian ini membatasi diri pada tiga pokok kajian, yaitu (1) Persoalan nilai-nilai estetika SM sebagai karya sastra, (2) Penjabaran ajaran moral di dalam SM, (3) Relevansi nilai-nilai budi pekerti yang terkandung di dalam SM dengan masyarakat sekarang.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan agar sebuah penelitian tidak meluas dari apa yang seharusnya di bahas dan lebih terfokus pada masalah. Permasalahan tersebut nantinya akan di teliti untuk mencari pemecahan masalah. Perumusan masalah tersebut adalah :

1. Bagaimanakah Serat Margawirya karya RMH.Jayadinigrat I sebagai karya sastra memiliki nilai estetika?

2. Ajaran apa sajakah yang terkandung di dalam Serat Margawirya karya RMH Jayadiningrat I ?

3. Bagaimanakah relevansi nilai-nilai budi pekerti yang terdapat di dalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadiningrat I dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian adalah:

1. Mendeskripsikan nilai estetika didalam Serat Margawirya karya RMH. Jayadingrat I .

2. Menemukan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Serat Margawirya karya RMH Jayadiningrat I .

3. Mendeskripsikan relevansi nilai-nilai budi pekerti yang termuat di dalam Serat Margawirya dengan kehidupan masyarakat pada masa sekarang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun

b. Manfaat Praktis Penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi masyarakat mengenai ajaran budi pekerti. Selain itu penelitian dapat dijadikan acuan data bagi penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Pemaparan sistematika penulisan diperlukan untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan dari sebuah penelitian. Sistematika penulisan tersebut sebagai berikut : Bab I. Bab Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II. Landasan Teori,yang meliputi pengertian tembang macapat, pengertian puisi , pendekatan moral, dan pendekatan etika. Bab III. Metode Penelitian yang meliputi lokasi penelitian, metode dan bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV. Bab Pembahasan yang berisikan tentang deskripsi nilai-nilai estetika , deskripsi ajaran moral, relevansi aspek budi pekerti Serat Margawirya dengan kehidupan sekarang . Bab V. Bab Penutup yang memuat tentang kesimpulan permasalahan yang telah dibahas serta saran-saran. Sebagai bagian akhir dari laporan ini adalah Daftar Pustaka.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Tembang Macapat

Bentuk puisi tradisional Jawa yaitu Tembang telah ada sejak jaman kuno. Puisi tersebut ditembangkan atau dinyanyikan sesuai dengan lagu-lagu tertentu.. pada jaman Jawa Baru muncul bentuk macapat, bentuk ini memiliki aturan yang mengikat yang disebut metrum.

Macapat mempunyai ciri khas tersendiri, berbeda dengan Tembang Gedhe atau Tembang Tengahan. Oleh karena itu, macapat dapat diartikan ” lagu kawengku ing sastra ” yaitu lebih dipentingkan sastranya daripada lagunya.

Macapat berasal dari kata ma + capat yang artinya membaca cepat, ada juga arti lain yaitu maca + pat yang artinya membaca empat-empat. Pengertian itu ”salah kaparah”, yaitu salah dianggap benar, padahal macapat di sini adalah ”macapat lagu” artinya tembang waosan. Tembang macapat sendiri ada

bermacam jenis yaitu: Sinom, Pangkur, Asmaradana, Kinanthi, Mijil, Pocung, Maskumbang, Gambuh, Durma dan Dhandhanggula (Subalinata dalam Iwan Wahyudi 2002 : 9) Dalam tembang macapat dikenal berbagai istilah antara lain :

Guru Gatra : jumlah baris dalam setiap bait. Pada : bait yang menyusun tembang

Guru wilangan

: jumlah suku kata setiap baris

Pupuh : Kumpulan tembang yang sejenis (jumlah barisnya banyak) Sasmita Tembang

: Kata yang menunjukan ciri dari suatu keterangan dalam sebuah tembang yang telah ditetapkan (dapat berupa nama pengarang, jenis tembang, dan lain-lain)

Serat Margawirya menggunakan empat pupuh yaitu : 1). Sinom yang mempunyai aturan yaitu sebagai berikut :

a. Guru lagunya : baris pertama a, baris kedua i, baris ketiga a, baris keempat i, baris kelima i, baris keenam u, baris ketujuh a, baris kedelapan i, baris kesembilan a.

b. Guru wilangan : baris pertama 8, baris kedua 8, baris ketiga 8. Baris keempat 8, baris kelima 8, baris keenam 8, baris ketujuh 7, baris kedelapan 8, baris kesembilan 12

2). Dhandhanggula yang mempunyai aturan-aturan yaitu :

a. Guru lagunya : baris pertama i, baris kedua a, baris ketiga e, baris keempat u, baris kelima i, baris keenam a, baris ketujuh u, baris kedelapan a, baris kesembilan i, baris kesepuluh a.

b. Guru wilangan : baris pertama 10, baris kedua 10, baris ketiga 8, baris keempat 7, baris kelima 9, baris ketujuh 7, baris kedelapan 8, baris kesembilan

12, baris kesepuluh. 3). Megatruh yang mana mempunyai aturan-aturan yaitu : 12, baris kesepuluh. 3). Megatruh yang mana mempunyai aturan-aturan yaitu :

b. Guru wilangan : baris pertama 12, baris kedua 8, baris ketiga 8, baris keempat 8, baris kelima 8.

4). Kinanthi yang mempunyai aturan-aturan yaitu :

a. Guru lagunya : baris pertama u, baris kedua i, baris ketiga a, baris keempat i, baris kelima a, baris keenam i

b. Guru wilangan : baris pertama 8, baris kedua 8, baris ketiga 8, baris keempat 8, baris kelima 8, baris keenam 8.

Dalam penelitian ini teori yang dipergunakan adalah penggabungan antara teori puisi tradisional dan teori puisi modern. Penggabungan ini bertujuan untuk lebih mengekplorasi keindahan nilai-nilai estetika Serat Margawirya baik dari segi bentuk,gaya bahasa dan hal-hal yang lebih bersifat metafisik, hal ini dikarenakan Serat Margawirya dapat dinikmati keindahan-keindahan dalam bentuk penulisannya apabila dapat dikaji lebih mendalam dengan menggunakan penggabungan dua teori ini sekaligus. Sehingga tampak jelas diman letak kekhasan penulisan serat ini, khususnya dalam sisi keindahan penulisan.

B. Pengertian Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling kuat imajinasinya. Sejak lahirnya, puisi memang sudah menunjukkan ciri-ciri khas yang kita kenal sekarang, meskipun puisi telah mengalami perkembangan dan perubahan tahun Puisi adalah bentuk karya sastra yang paling kuat imajinasinya. Sejak lahirnya, puisi memang sudah menunjukkan ciri-ciri khas yang kita kenal sekarang, meskipun puisi telah mengalami perkembangan dan perubahan tahun

Secara etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani “Pouma” yang berarti membuat, dan “Poeisi” yang berarti „pembuatan‟, dan dalam bahasa Inggris disebut dengan “Poem” atau “poetry”. Puisi diartikan „membuat‟, dan „pembuatan‟ karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan dunia tersendiri, yang mungkin berisikan pesan atau gambar- gambar suasana tertentu baik secara fisik maupun batiniah (Aminudin, 1991 : 134).

Berdasarkan aktifitas kejiwaan puisi merupakan ekspresi kreatif yang didalamnya terkandung detivitas jiwa yang menangkap kesan-kesan lalu dipadatkan dan dipusatkan (kondensasi). Dalam puisi kata-kata tidaklah keluar dari simpanan ingatan, kata-kata dalam puisi itu lahir dan dilahirkan kembali (dibentuk) pada waktu pengucapannya sendiri (Rachmat Djoko Pradopo, 1987 : 12). Dikarenakan itula penciptaan karya puisi sangat menimbang pemakaian unsur-unsur penyusunnya.

Salah satu unsur dalam puisi ialah bunyi. Dibandingkan karya sastra dalam bentuk lain, bunyi merupakan unsur yang penting dalam penciptaan puisi. Dalam puisi bunyi bersifat estetik untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Hal ini tentu saja berhubungan dengan selera manusia terhadap lagu dan melodi. Selain sebagai pembentuk keindahan dan tenaga ekspresif bunyi juga bisa digunakan untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa dan membentuk imajinasi pembacanya atau pendengarnya.

Untuk memanfaatkan potensi bunyi dalam puisi, seorang pengarang bisa menggunakan sarana-sarana persajakan : awal, tengah, dalam, dan akhir, kombinasi vokal dan konsonan tertentu; aliterasi dan asonansi; orchestra bunyi: efoni dan kakofoni; simbol bunyi, anomatope, kiasan suara, lambang rasa. Kombinasi bunyi-bunyi vokal (asonansi): a, e, i, o, u, bunyi-bunyi konsonan bersuara (voiced): b, d, g, j, bunyi liguida; r, l, dan bunyi sengau; m, n, ng, ny menimbulkan bunyi merdu dan berirama (efoni). Bunyi yang merdu dapat mendukung suasana mesra, kasih sayang, gembira dan bahagia. Sebaliknya kombinasi bunyi yang tidak merdu, parau, pebuh bunyi k,p,t,s (bunyi konsonan tak bersuara) disebut kakofoni. Cocok dan dapat untuk memperkuat suasana yang tidak menyenangkan, kacau balau, serba tak teratur, bahkan memuakkan (Rachmat Djoko Pradopo, 1987 : 29 -30).

Disamping tugasnya yang pertama sebagai simbol arti dan juga untuk orchestra, bunyi kata digunakan juga sebagai peniru bunyi. Peniru bunyi atau onomatope dalam puisi kebanyakan hanya memberikan sarana tentang suara Disamping tugasnya yang pertama sebagai simbol arti dan juga untuk orchestra, bunyi kata digunakan juga sebagai peniru bunyi. Peniru bunyi atau onomatope dalam puisi kebanyakan hanya memberikan sarana tentang suara

Seorang pencipta atau pengarang untuk mendapatkan kepuitisan perlu memperhatikan beberapa hal aturan atau norma selain yang diatas, Adapun menurut Roman Ingarden dalam Rachmat DjokoPradopo (1987 : 15-19) aturan atau normanya adalah sebagai berikut :

1.1 Lapis Bunyi (Sound Stratum). Bila orang membaca puisi, maka yang terdengar itu ialah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang dan panjang, Tetapi suara itu bukan hanya suara tak berarti. Suara sesuai dengan konvensi bahasa disusun begitu rupa hingga menimbulkan arti. Dengan adanya satuan –satuan suara itu orang menangkap artinya.

1.2 Lapis Arti (Unit of Meaning). Berupa rangkaian fonem, suku kata, kata, frase dan kalimat. Semuanya itu merupakan satuan-satuan arti. Rangkaian kalimat menjadi bait, bab dan keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak,

1.3 Lapis norma meliputi objek, latar, dan pelaku yang dikemukakan dan dunia pengarang yang berupa cerita atau lukisan.

1.4 Lapis dunia, lapis dunia yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan, tetapi terkandung di dalamnya (implied). Sebuah peristiwa

dalam sastra dapat dikemukakan atau dinyatakan “terdengar” atau “terlihat” bahkan peristiwa yang sama. Misalnya suara kederan pintu dapat diperlihatkan

aspek “luar” tau “dalam” watak. Misalnya pintu berbunyi halus dapat memberikan sugesti wanita atau watak dalam si pembuka itu hati-hati.

Keadaan sebuah kamar yang terlihat dapat memberikan sugesti watak orang yang tinggal di dalamnya.

1.5 Lapis Metafisis. Lapis ini dapat memberikan suatu renungan bagi pembaca. Lapis metafisis berupa sifat-sifat metafisis (yang sublime, yang tragis, mengerikan atau menakutkan dan yang suci) dengan sifat ini seni dapat memberikan renungan (kontemplasi) kepada pembaca.

C. Pendekatan Etika Moral

1. Pengertian Etika

Kata etika dalam arti yang sebenarnya berarti filsafat mengenai bidang moral jadi etika merupakan ilmu atau refleksi sistematik mengenai pendapat- pendapat, norma-norma dan istilah-istilah moral (Magniz Suseno 1993 : 6).

Kata etika secara etimologis berasal dari kata ethos berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 1997:4)

Menurut Hasbullah Bakri (1996 : 71) mendefinisikan etika sebagai berikut : Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk pada amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui akal fikiran. Tujuan dari etika adalah mendapatkan citra yang sama bagi seluruh manusia mengenai penilaian baik dan buruk, di tempat mana suka dan kapan saja (Bakri, 1996 : 72)

Etika Jawa mengemukakan tuntunan-tuntunannya berdasarkan dua Etika Jawa mengemukakan tuntunan-tuntunannya berdasarkan dua

Kajian Serat Margawirya, adalah salah satu bagian dari cara manusia (Jawa) dalam memberikan sebuah batasan atau lebih tepatnya aturan berhubungan dengan lingkungannya secara jelas. Oleh karena itu, naskah ini merupakan bentuk perwujudan dari sistem konstruksi etika moral yang dibangun secara baik dalam wujud kita (buku) untuk diajarkan kepada anak cucu.

Kaidah yang menentukan etika dalam masyarakat adalah menuntut agar individu dalam masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan dengan tuntutan- tuntutan keselarasan, atas dasar suara hati atau tanggung jawab moral dan jangan sampai membangkang karena akan membahayakan dalam kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan pada teori-teori yang digunakan di atas, Serat Margawirya akan lebih jelas dan objektif jika dilihat atau dirinci sejauh mana struktur bangunan etika moral yang secara logis menjadi bagian (aturan) masyarakat Jawa di waktu silam. Secara ringkas etika merupakan sebuah refleksi moral yang erat dengan perilaku manusia baik secara individual maupun secara sosial yang dapat membatasi tingkah laku manusia antara perbuatan baik dan buruk.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, moral berarti :

1. Ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,

sikap, kewajiban dan sebagainya. Akhlak budi pekerti, susila.

2. Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita. Sedangkan moralitas adalah sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etika atau adat sopan santun (KBBI:2001: 592)

Secara etimologi moral berasal dari bahasa Latin mos (jaman : mores) yang berarti kebiasaan, adat. Sedangkan moralitas dari kata sifat Latin Moralis yang mempunyai arti suatu perbuatan dalam pengertian sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

Sejarah hidup masyarakat seakan-akan terentang dalam suatu jaringan norma-norma yang berupa ketentuan, kewajiban, larangan dan lain-lain. Jaringan itu seolah-olah membelenggu masyarakat, mencegah masyarakat dari bertindak sesuai dengan segala keinginan masyarakat. Mengingat masyarakat untuk melakukan sesuatu yang sebetulnya masyarakat benci. Maka masyarakat mengharapkan tunduk terhadap norma-norma itu. Bidang yang mengenai kewajiban manusia serta tentang yang baik dan buruk itu disebut bidang moral (Magnis, 1995 : 13)

Menurut Imanuel Kant pengertian moralitas sebagai kesesuaian sikap dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah yang dipandang sebagai kewajiban. Moralitas akan tercapai bila mentaati hukum lahiriah bukan lantaran hak itu membawa akibat yang menguntungkan kita atau lantaran takut pada Menurut Imanuel Kant pengertian moralitas sebagai kesesuaian sikap dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah yang dipandang sebagai kewajiban. Moralitas akan tercapai bila mentaati hukum lahiriah bukan lantaran hak itu membawa akibat yang menguntungkan kita atau lantaran takut pada

Tujuan dari ajaran moral adalah mempelajari fakta pengalaman, bahwa manusia membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk dan manusia mempunyai rasa wajib. Sehingga dapat disimpulkan bahwa moral adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) msyarakat, yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan atau tindakan tersebut.

3. Pengertian Budi Pekerti