Deskripsi Naskah

1. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah adalah gambaran secara ringkas dan terperinci mengenai wujud fisik naskah maupun isi naskah dengan tujuan untuk mempermudah pengenalan terhadap naskah beserta konteks isinya. Deskripsi naskah dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang naskah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit secara ringkas atau padat, lengkap dan jelas. Deskripsi naskah dapat membantu dalam memilih naskah yang paling baik untuk ditransliterasikan dan naskah yang digunakan untuk perbandingan. Deskripsi naskah yang akan dilakukan berpedoman pada pendapat yang dikemukakan oleh Emuch Hermansoemantri (1986: 1).

Hal-hal yang diungkapkan dalam deskripsi naskah antara lain menyangkut informasi atau data mengenai : (1) judul bendel naskah; (2) judul naskah; (3) nomor naskah; (4) tempat penyimpanan naskah; (5) identitas pengarang/ penyalin; (6) kolofon; (7) ukuran naskah; (8) ukuran teks; (9) tebal naskah/ jumlah halaman; (10) jumlah baris pada setiap halaman; (11) cara penulisan; (12) bahan naskah; (13) bahasa naskah; (14) bentuk teks; (15) huruf, aksara, tulisan; (16) keadaan naskah; (17) umur naskah; (18) ikhtisar teks/ cerita; dan (19) catatan lain. Berikut deskripsi lengkap naskah SL:

a. Naskah D. 166

1. Judul bendel naskah Serat Langendriya Judul bendel tersebut terdapat pada halaman 1 teks naskah, yaitu: Ing ngandhap punika, purwakaning Serat Langendriya, mawi kasukanan sandi asmanipun ingkang nganggit. Sedangkan pada cover berjudul Pakem Mandraswara , yaitu: Pakem Mandraswara, Lampahan Damarwulan Ngarit, macapat.

2. Judul Naskah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit Judul ini dapat diketahui dari isi cerita. Seperti yang terdapat pada teks naskah D. 166 halaman 7-8, yaitu: èh Damarwulan kulup

... sun marèni gonmu dadi kêmit kori sun lih dadi tunggonipun jaran rolas mangsa borong

… angarita sukêt sampène binukti marang jaran rolas mau … Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa judul naskah pada halaman

2-13 adalah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit.

3. Nomor Naskah D.166 Tercantum di dalam Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscript and Printed Book in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Nicolaus Girardet : 1983)

4. Tempat penyimpanan naskah Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta

5. Identitas Pengarang/ Penyalin Raden Mas Harya Tandhakusuma Menurut bunyi teks naskah SL pada halaman 1 bait 1 yang merupakan sandiasma dari pengarangnya. Dapat dilihat dari suku kata awal sampai ke bawah, yaitu: rading candra angèsthi dumadi

dènira mrih sarkara ginita masang lêlangên sêdyane hardaning tyas kayungyun yayah kadya nggayuh wiyati tontonên kandhanira dhadharing para gung kumaraning nungswa Jawa sumawana winahyu wahyèng pamardi maladi kata dibya

6. Kolofon Naskah ini ditulis pada tahun 1811 Jawa atau tahun 1881 M. Sebagaimana yang tertulis pada teks di bawah ini:

… rading candra angèsthi dumadi

merupakan sengkalan yang berarti tahun 1811 AJ (1881 M)

7. Ukuran naskah

17 cm x 21 cm

8. Ukuran teks

14 cm x 19 cm · Margin atas

: 1,5 cm

· Margin bawah

: 0,5 cm

· Margin kiri

: 2 cm

· Margin kanan

: 1 cm

9. Tebal Naskah/ jumlah halaman · Jumlah halaman Serat Langendriya: 21 halaman

· Untuk episode Damarwulan Ngarit: 12 halaman

10. Jumlah baris pada setiap halaman

24 baris

11. Cara Penulisan Penempatan tulisan pada lembaran naskah, teks ditulis sejajar dengan lebar lembaran naskah. Pengaturan ruang tulisan, larik-lariknya ditulis secara berdampingan lurus ke samping diteruskan ke bawahnya dan seterusnya. Nomor halaman naskah ditulis di bagian atas-tengah lembaran, menggunakan angka arab, urut dari halaman 1-21. Untuk Episode Damarwulan Ngarit berada di halaman 2-13.

12. Bahan naskah Kertas folio tidak bergaris Kualitas kertas, tebal, masih baik tetapi agak rapuh, mudah patah/ patah kalau ditekuk. Warna kertas, coklat kekuningan.

13. Bahasa naskah Bahasa Jawa dengan menggunakan ragam ngoko dan krama. Keterpahaman akan bahasa naskah, bahasa naskah dapat dipahami masyarakat pembaca kini, walaupun tidak begitu mudah.

14. Bentuk teks Berbentuk puisi (tembang macapat).

15. Huruf, aksara, tulisan Jawa carik, dengan ukuran font sedang. Bentuk huruf, ngetumbar. Keadaan tulisan, jelas dan mudah dibaca. Jarak antarhuruf, agak renggang. Warna tinta, hitam, sudah agak kecoklat-coklatan.

16. Keadaan Naskah Keadaan naskah secara fisik baik dan utuh/ lengkap, tidak ada lembaran- lembaran naskah yang hilang. Tetapi di bagian tepi naskah banyak yang sobek.

17. Umur naskah Berdasarkan informasi dari kolofon, umur naskah adalah 128 tahun, yakni antara tahun 1811 AJ (1881 M)- sekarang (2009 M)

18. Ikhtisar Teks / Cerita Cerita yang dimulai dengan percakapan antara Ratu Ayu dari Majapahit dengan Patih Logender tentang situasi kerajaan. Maka Patih Logender menerangkan bahwa semua baik-baik saja, tetapi ada satu adipati yang membangkang yaitu Adipati Menakjingga dari Blambangan. Kemudian, cerita mengenai pengabdian Damarwulan kepada Patih Logender ketika menjadi perawat kuda. Pernikahan Damarwulan dengan Dewi Anjasmara (putri Patih Logender).

19. Catatan Lain Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit ini berada pada bendel Serat Langendriya , yang isinya terdiri dari 2 episode, yaitu:

a. Episode Damarwulan Ngarit (hal. 2-13)

b. Episode Ranggalawe Gugur (hal. 13-21)

b. Naskah G. 162

1. Judul bendel naskah Serat Lampahan Damarwulan Ngarit Tetapi setelah dibaca isi teksnya, ternyata sama dengan naskah D. 166 dan sama-sama terdapat 2 episode cerita, yaitu Damarwulan Ngarit dan Ranggalawe Gugur . Setelah dibandingkan dengan naskah D. 166, judul bendel naskah G. 162 bukan Serat Lampahan Damarwulan Ngarit, tetapi Serat Langendriya.

2. Judul Naskah Serat Lampahan Damarwulan Ngarit

Judul ini dapat diketahui dari cover naskah dan perbandingan isi cerita dari naskah D. 166. Pada cover naskah, judul ditulis dengan pensil, yaitu: Serat Lampahan Damarwulan Ngarit . Isi ceritanya sama dengan naskah D. 166, sehingga judulnya juga pasti sama.

3. Nomor Naskah

G. 162 Tercantum di dalam katalog lokal Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.

4. Tempat penyimpanan naskah Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta

5. Identitas Pengarang/ Penyalin Anonim

6. Kolofon Tidak tercantum tanggal penulisan naskah.

7. Ukuran naskah 16,5 cm x 21 cm

8. Ukuran teks 15,5 cm x 18,5 cm · Margin atas

: 2 cm

· Margin bawah

: 0,5 cm

· Margin kiri

: 0,5 cm

· Margin kanan

: 0,5 cm

9. Tebal Naskah/ jumlah halaman · Untuk bendel naskah terdiri

: 66 halaman

· Untuk episode Damarwulan Ngarit: 31 halaman

10. Jumlah baris pada setiap halaman

24 baris, tetapi pada halaman 2 hanya terdiri 18 baris

11. Cara Penulisan Penempatan tulisan pada lembaran naskah, teks ditulis sejajar dengan lebar lembaran naskah. Pengaturan ruang tulisan, larik-lariknya ditulis secara berdampingan lurus ke samping diteruskan ke bawahnya dan seterusnya. Nomor halaman naskah ditulis di bagian atas-tengah lembaran, menggunakan angka arab, urut dari halaman 1-66. Untuk Episode Damarwulan Ngarit berada di halaman 1-31.

12. Bahan naskah Kertas folio bergaris Kualitas kertas, tebal, masih baik. Warna kertas, putih kecoklatan.

13. Bahasa naskah Bahasa Jawa dengan menggunakan ragam ngoko dan krama. Keterpahaman akan bahasa naskah, bahasa naskah dapat dipahami masyarakat pembaca kini, walaupun tidak begitu mudah.

14. Bentuk teks

Teks berbentuk puisi (tembang macapat) yang dipadukan dengan prosa.

15. Huruf, aksara, tulisan Jawa carik Bentuk huruf, ngetumbar.

Keadaan tulisan, kurang jelas dan agak sukar dibaca. Jarak antarhuruf, agak rapat Warna tinta, biru. Agak tebal. Tetapi banyak yang jemblok, karena terkena air.

16. Keadaan Naskah Keadaan naskah secara fisik baik dan utuh/ lengkap, tidak ada lembaran- lembaran naskah yang hilang.

17. Umur naskah Tidak diketahui.

18. Ikhtisar Teks / Cerita Cerita yang dimulai dengan percakapan antara Ratu Ayu dari Majapahit dengan Patih Logender tentang situasi kerajaan. Maka Patih Logender menerangkan bahwa semua baik-baik saja, tetapi ada satu adipati yang membangkang yaitu Adipati Menakjingga dari Blambangan. Kemudian, cerita mengenai pengabdian Damarwulan kepada Patih Logender sebagai perawat kuda. Pernikahan Damarwulan dengan Dewi Anjasmara (putri Patih Logender).