Pengelolaan Limbah Padat

2.10 Pengelolaan Limbah Padat

2.10.1 Pengertian dan Dampak Keberadaan Limbah Padat

Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Berbagai aktivitas dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kesejahteraan hidupnya dengan memproduksi makanan minuman dan barang lain dari sumber daya alam. Selain memproduksi makanan minuman dan barang lain dari sumber tersebut juga menghasilkan bahan buangan yang sudah tidak dibutuhkan oleh manusia. Bahan buangan makin hari makin bertambah banyak. Hal ini erat hubungannya dengan makin bertambahnya jumlah penduduk di satu pihak, dan di pihak lain dengan kesetaraan ruang hidup manusia yang relatif tetap.

Limbah padat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai dan berbentuk padatan atau semi padatan. Limbah padat merupakan campuran dari berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sisa makanan maupun yang berbahaya seperti limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berasal dari industri. Limbah padat dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, terutama bila di dalam limbah padat tersebut terdapat mikroorganisme pathogen maupu Bahan

Berbahaya dan Beracun. Disamping itu, proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan limbah padat biasanya menghasilkan gas-gas yang dapat mengganggu kesehatan maupun mengganggu estetika.

Penguraian limbah padat organik akan menghasilkan cairan yang disebut “leachate” (lindi). Lindi ini dapat menyerap zat-zat pencemar disekitarnya, sehingga didalam lindi bisa terdapat mikroba pathogen, logam berat dan zat lainnya yang berbahaya. Lindi ini juga dapat menembus lapisan tanah dan mengakibatkan kontaminasi pada air tanah. Sebagai akibatnya akan terjadi gangguan kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsi air tersebut. Limbah padat yang tidak disimpan dengan baik dapat menjadi tempat bersarangnya vektor penyakit seperti tikus dan lalat. Vektor ini dapat menyebarkan penyakit kepada manusia. Disamping itu, limbah padat yang tidak disimpan dengan baik tidak menarik untuk dilihat.

2.10.2 Pembagian Sampah Padat

Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya.

• Organik, misalnya sisa makanan, daun, sayur, dan buah. • Anorganik, misalnya logam, pecah-belah, abu, dan lain-lain.

2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar • Mudah terbakar, misalnya kertas plastic, daun kering, kayu.

• Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.

3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk. • Mudah membusuk, misalnya sisa makanan, potongan daging, dan

sebagainya. • Sulit membusuk, misalnya plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini a. Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis ini

b. Rubbish, terbagi menjadi dua: • Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organik, misalnya

kertas, kayu, karet, daun kering, dan sebagainya. • Rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik,

misalnya kaca, kaleng, dan sebagainya.

c. Ashes, semua sisa pembakaran dari industri.

d. Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktivitas mesin atau manusia.

e. Dead animal, bangkai binatang besar (anjing, kucing, dan sebagainya) yang mati akibat kecelakaan atau secara alami.

f. House hold refuse, atau sampah campuran, (misalnya garbage, ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan.

g. Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan

h. Demolision waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung.Construction waste, berasal dari hasil sisa-sisa pembangunan gedung, seperti tanah, batu, dan kayu.

i. Sampah industri, berasal dari pertanian, perkebunan, dan industri. j. Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang

biasanya berupa zat organik, pada pintu masuk pusat pengolahan limbah cair.

k. Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.

2.10.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Jumlah Sampah

Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah sampah.

1. Jumlah penduduk. Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin 1. Jumlah penduduk. Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin

Jenis sampah yang dihasilkan biasanya berupa sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.

2. Tempat umum dan tempat perdagangan. Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering abu, sisa- sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.

3. Industri berat dan ringan Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang bersifat distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa- sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.

4. Pertanian Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

2.10.4 Pengelolaan Sampah Padat

Ada beberapa tahapan didalam pengelolaan sampah padat yang baik, diantaranya, tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber, tahap pengangkutan dan tahap pemusnahan.

a. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber Sampah yang ada di lokasi sumber (kantor, rumah tangga, hotel, dan sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, dalam hal ini tempat sampah. Sampah basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan dalam tempat yang terpisah untuk memudahkan pemusnahannya. Adapun tempat penyimpaan sementara (tempat sampah) yang digunakan harus memenuhi persayaratan berikut ini. - Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor

- Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan. - Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan ini, sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah). Dipo ini berbentuk bak besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga. Pengelolaannya dapat diserahkan pada pihak pemerintah. Untuk membangun suatu dipo, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya:

- Dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian bangunan setinggi kendaraan pengangkut sampah. - Memiliki dua pintu, pintu masuk dan pintu untuk mengambil sampah. - Memiliki lubang ventilasi yang tertutup kawat halus untuk

mencegah lalat dan binatang lain masuk ke dalam dipo. - Ada kran air untuk membersihkan. - Tidak menjadi tempat tinggal atau sarang lalat dan tikus. - Mudah dijangkau masyarakat.

Pengumpulan sampah dapat dilakukan dengan dua metode: - Sistem duet: tempat sampah kering dan tempat sampah basah.

- Sistem trio: tempat sampah basah, sampah kering, dan sampah tidak mudah terbakar.

b. Tahap Pengangkutan Dari dipo (rumah sampah), sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota.

c. Tahap Pemusnahan Didalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain:

a. Sanitary landfill Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik.

Dalam metode ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan dmeikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi persyaratan berikut. - Tersedianya tempat yang luas. - Tersedia tanah untuk menimbunnya. - Tersedia alat-alat besar.

Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan sebagainya.

b. Incineration Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain: - Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya. - Tidak memerlukan ruang yang luas - Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap. - Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.

Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini: - Biaya besar.

- Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena kepadatan penduduk.

Peralatan yang digunakan dalam insinerasi, antara lain: • Changing apparatus

Changing apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.

• Furnace Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi

dengan jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh.

• Combustion Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada tungku pertama.

• Chimney atau stalk Chimney atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan mengalirkan udara ke dalam.

• Miscellaneous features Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari

debu yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang. • Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini mnghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk. Berikut tahap-tahap pembuatan kompos:

1. Pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai pupuk seperti gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.

2. Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil minimal berukuran 5 cm).

3. Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogen yang paling baik (C:N = 1:30).

4. Penempatan sampah dalan galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik.

5. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat terbentuk dengan baik. Perlu diingat bahwa galian tersebut jangan sampai menjadi tempat bersarang hewan pengerat atau serangga.

• Hot feeding Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya babi).

Perlu diingat bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.

• Discharge to sewers Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem

pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembangan air limbah memang baik.

• Dumping Sampah dibuang atau diletakkan begitu saa di tanah lapangan, jurang, atau tempat sampah.

• Dumping in water Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan

bahaya banjir. • Individual inceneration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama didaerah pedesaan.

• Recycling Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat

dipakai atau daur ulang contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara lain, plastik, gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.

• Reduction Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan lemak.

• Salvaging Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas

bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan penyakit.

2.10.5 Teknologi Pemanfaatan dan Pembuangan Akhir Sampah

Pembuangan sampah akhir merupakan suatu upaya yang tidak mungkin dicarikan alternatifnya, kecuali harus dimusnahkan atau dimanfaatkan. Hal ini mengingat pengaruh yang dapat ditimbulkan jika perencanaan pemusnahan dan pemanfaatan sampah tidak dilakukan dengan baik. Teknologi pemanfaatan dan pembuangan akhir sampah dapat dibagi seperti berikut:

a. Pemanfaatan sampah dengan teknik pengolahan yang dapat menjadikan sampah sebagai bahan yang berguna, misalnya pembuatan kompos dan biogas.

b. Pemusahan atau reduksi sampah dengan incinerator dan metode sanitary landfill.

2.10.6 Kompos

Pengolahan sampah garbage dilakukan secara biologis dan berlangsung dalam keadaan aerobik dan anaerobik. Proses dekomposisi sampah dengan bantuan bakteri akan menghasilkan kompos atau humus. Proses dekomposisi yang sifatnya anaerobik berlangsung dengan sangat Pengolahan sampah garbage dilakukan secara biologis dan berlangsung dalam keadaan aerobik dan anaerobik. Proses dekomposisi sampah dengan bantuan bakteri akan menghasilkan kompos atau humus. Proses dekomposisi yang sifatnya anaerobik berlangsung dengan sangat

1. Secara alami Proses pembuatan kompos secara alami dapat dilakukan baik secara tradisional (anaerobik) maupun secara sederhana (aerobic). Metode tradisional banyak digunakan oleh petani. Pada metode ini, bahan organik dihancurkan tanpa bantuan udara, yaitu dengan meletakkan tumpukan sampah didalam lubang tanpa udara di tanah dan dibiarkan beberapa saat. Pembuatan kompos dengan metode ini memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan kompos selain

dapat menimbulkan bau akibat pembentukan gas H 2 S dan NH 3. Pembuatan kompos dengan metode sederhana dilakukan dengan cara mengaduk atau membolak-balikan sampah atau dengan menambahkan nutrien yang berupa lumpur atau kotoran binatang kedalam sampah.

2. Secara mekanis Pembuatan kompos secara mekanis dilakukan di pabrik untuk menghasilkan kompos dalam waktu yang singkat. Sampah organik yang telah dipisahkan dari sampah anorganik (karet, plastik, logam) dipotong kecil-kecil dengan alat pemotong. Potongan sampah tersebut kemudian dimasukkan kedalam digester stabilisator agar terjadi dekoposisi. Dalam digerster ini perlu dilakukan pengaturan suhu, udara, dan pengadukan sampah. Setelah 3-5 hari, kompos sudah dapat dihasilkan dan kedalamnya dapat pula ditambahkan zat kimia tertentu untuk keperluan tanaman (misalnya karbon, nitrogen, fosfor, sulfur, dan sebagainya).

2.10.7 Gas Bio

Gas bio merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari proses fermentasi dan proses pembusukan oleh bakteri anaerobik terhadap bahan- bahan organik, termasuk kotoran maunusia, kotoran hewan, sisa-sisa Gas bio merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari proses fermentasi dan proses pembusukan oleh bakteri anaerobik terhadap bahan- bahan organik, termasuk kotoran maunusia, kotoran hewan, sisa-sisa

Komposisi gas bio terdiri dari gas metan, karbon dioksida, nitrogen, karbon monoksida, oksigen, dan hidrogen sulfida. Konsentrasi gas metana cukup tinggi dan bila bercampur dengan udara akan menghasilkan gas bakar. Karakteristik gas metan murni, antara lain tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

2.10.8 Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat, seperti berikut.

Pengaruh terhadap kesehatan:

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vector penyakit, seperti lalat atau tikus.

b. Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.

c. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan, misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dan sebagainya.

d. Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stress, dan lain-lain.

Pengaruh terhadap lingkungan

a. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.

b. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

c. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas.

d. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan aliran air terganggudan saluran air menjadi dangkal.

e. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.

f. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas

masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air.