Pengelolaan Daerah Pertambangan Vs. Area Konservasi Hutan

2.7 Pengelolaan Daerah Pertambangan Vs. Area Konservasi Hutan

2.7.1 Pengelolaan Daerah Pertambangan

Tahun 1970an di Indonesia, perkembangan industri pertambangan meningkat untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Berbagai komoditi diolah dari pertambangan minyak dan gas bumi, batu bara, timah, emas dan perak, juga bahan galian seperti pasir, batu kali, batu gamping, yang juga Tahun 1970an di Indonesia, perkembangan industri pertambangan meningkat untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Berbagai komoditi diolah dari pertambangan minyak dan gas bumi, batu bara, timah, emas dan perak, juga bahan galian seperti pasir, batu kali, batu gamping, yang juga

Sumber daya alam berupa tambang merupakan salah satu andalan negara Indonesia setelah pertanian. Menurut UU No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batu bara, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan permurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

Di Indonesia, maraknya pertambangan terutama pertambangan batu bara dan mineral, membuat pemerintah maupun masing-masing daerah membuat peraturan mengenai kegiatan pertambangan. Dalam pasal 3 UU No. 4 tahun 2009 dijelaskan bahwa tujuan pengelolaan mineral dan batubara yaitu untuk:

- Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna dan berdaya saing, - Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup - Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri - Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional.

- Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat, dan - Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara.

Belum lagi dengan banyaknya pertambangan liar yang kegiatan pertambangannya tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai contoh pertambangan liar yang terjadi di gunung Botak Kabupaten Baru di Maluku. Maluku terletak diantara pertemuan tiga lempeng utama pembentuk kerak bumi yaitu lempeng Eurasia (utara), lempeng Indo Australia (selatan), dan lempeng Pasifik (barat), merupakan daerah potensi bagi terbentuknya berbagai cabakan bahan galian mineral, panas bumi, dan cekungan hidrokarbon. Potensi bahan tambang dan energi yang potensial untuk dikembangkan secara komersil yakni emas, tembaga, nikel, batu gamping, belerang, minyak bumi, dan energi panas bumi, terdapat di berbagai daerah di Provinsi Maluku.

Penambangan emas yang dilakukan di Gunung Botak pulau Buru oleh masyarakat setempat dan para pendatang masih menggunakan cara yang sangat sederhana. Para penambang menggali lubang vertikal maupun horizontal, 5 sampai dengan 10 meter untuk mengambil batuan yang mengandung emas. Kegiatan penambangan tersebut melalui beberapa tahap antara lain; pemilik lahan atau lubang, penggali lubang terowongan, dan orang yang bertugas memikul atau membawa hasil galian. Aktifitas pada proses ini dapat menghasilkan pendapatan yang cukup bagi para penambang. Sehingga banyak masyarakat yang tergiur untuk melakukan kegiatan penambangan dan meninggalkan pekerjaan mereka yang lama.Besarnya penghasilan yang di dapat penambang dari kegiatan penambangan emas di Gunung Botak diikuti pula dengan besarnya dampak yang dapat terjadi akibat adanya penambangan emas tersebut.

Dari sisi kesehatan salah satunya, virus mematikan: HIV/AIDS teridentifikasi di pulau Buru, empat pekerja seks komersial (PSK) diketahui positif mengidap HIV. Kondisi ini mendapat perhatian serius pemerintah Kabupaten Buru yang langsung melakukan berbagai sosialisasi pencegahan penularan virus tersebut. Pemerintah bersama aparat kepolisian juga melakukan razia di hotel dan Dari sisi kesehatan salah satunya, virus mematikan: HIV/AIDS teridentifikasi di pulau Buru, empat pekerja seks komersial (PSK) diketahui positif mengidap HIV. Kondisi ini mendapat perhatian serius pemerintah Kabupaten Buru yang langsung melakukan berbagai sosialisasi pencegahan penularan virus tersebut. Pemerintah bersama aparat kepolisian juga melakukan razia di hotel dan

Dari sisi lingkungan, daerah Gunung Botak menjadi rawan longsor karena adanya penggalian-penggalian lubang untuk pertambangan. Banyak pohon yang ditebang/dirusak untuk keperluan para penambang membuat tenda dan membuat lubang tambang, daerah yang mulanya merupakan ekosistem hutan berubah menjadi lubang tambang yang ditinggalkan penambang tanpa dilakukan rehabilitasi hal ini sangat merusak lingkungan.Hilangnya ekosistem hutan yang berganti menjadi daerah pertambangan telah menghilangkan fungsi ekosistem hutan sebagai pertukaran energy (energy circuits), siklus hidrologi, rantai makanan mahluk hidup, mempertahankan keanekaragaman hayati, daur nutrient dan pengendali ketika terjadi pencemaran. Kerusakan ekosistem hutan berdampak pada ketidakseimbangan sistem alam.Sungai yang mulanya bersih menjadi kotor dan tercemar mercury.

Pengelolaan Daerah Pertambangan

Dengan banyaknya dampak yang ditimbulkan, maka dibuat peraturan mengenai pengelolaan daerah pertambangan. Sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Buru nomor 03 tahun 2012 tentang pengelolaan usaha pertambangan, dibahas mengenai upaya yang dilakukan untuk mengatasi dampak tersebut. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukkannya.

Pada bab X pasal 52 mengenai reklamasi lahan bekas tambang dilakukan (1) untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat usaha pertambangan, setiap pengusaha pertambangan wajib melakukan studi lingkungan. (2) Studi linkungan wajib dilakukan oleh pengusaha pertambangan yang akan ataupun yang Pada bab X pasal 52 mengenai reklamasi lahan bekas tambang dilakukan (1) untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat usaha pertambangan, setiap pengusaha pertambangan wajib melakukan studi lingkungan. (2) Studi linkungan wajib dilakukan oleh pengusaha pertambangan yang akan ataupun yang

2.7.2 Konservasi Area Hutan

Konservasi adalah suatu upaya atau tindakan untuk menjaga keberadaan sesuatu secaraterus menerus berkesinambungan baik mutu maupun jumlah. Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan (Belantera Indonesia, 2013).Tujuan dari kegiatan konservasi, antara lain :

a. Memelihara dan melindungi tempat - tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas - batas yang wajar.

b. Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan.

c. Melindungi benda - benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yangmerusak.

Menurut UU RI No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, konservasi hutanadalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Khusus untuk kawasan konservasi telah ditetapkan beberapa kawasan antara lain: Taman Nasional Gunung Lauser, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Bukit Barisan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Bali, dan Taman Nasional Komodo. Hutan yang berfungsi sebagai pelindung (hutan lindung) merupakan kawasan yang keadaan alamnya diperuntukkan sebagai pengaturan tata air, pencegahan banjir, pencegahan erosi, dan pemeliharaan kesuburan tanah.

Berbeda untuk pengertian hutan konservasi, dimana kawasan hutan dengan ciri khas tertentu mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam peraturan pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik didalam maupun diluar habitatnya tidak punah. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa diluar habitatnya adalah upaya menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa agar tidak punah.

Tujuan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (PP no. 7 tahun 1999) bertujuan untuk:

a. Menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan

b. Menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa

c. Memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia secara berkelanjutan.

Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan melalui kegiatan pengelolaan didalam habitat (in situ) yang dilakukan dalam bentuk kegiatan identifikasi (untuk penetapan golongan jenis tumbuhan dan satwa), inventarisasi (mengetahui kondisi populasi jenis tumbuhan dan satwa yang dilakukan oleh pelaksana survey dan dapat bekerja sama dengan masyarakat), pemantauan (dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui kecenderungan perkembangan populasi jenis tumbuhan dan satwa dari waktu ke waktu melalui survey dan pengamatan secara berkala), pembinaan habitat dan populasi (untuk menjaga keberadaan populasi jenis tumbuhan dan satwa dalam keadaan seimbang dengan daya dukung habitatnya), penyelamatan jenis tumbuhan (terhadap jenis tumbuhan yang terancam bahaya kepunahan yang masih berada dihabitatnya melalui pengembangbiakan, pengobatan, dan pemeliharaan, atau pemindahan dari habitatnya ke habitat di lokasi lain), pengkajian, penelitian, dan pengembangannya (untuk menunjang tetap terjaganya keadaan genetik dan ketersediaan sumber daya jenis tumbuhan dan satwa secara lestari melalui Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa dilakukan melalui kegiatan pengelolaan didalam habitat (in situ) yang dilakukan dalam bentuk kegiatan identifikasi (untuk penetapan golongan jenis tumbuhan dan satwa), inventarisasi (mengetahui kondisi populasi jenis tumbuhan dan satwa yang dilakukan oleh pelaksana survey dan dapat bekerja sama dengan masyarakat), pemantauan (dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui kecenderungan perkembangan populasi jenis tumbuhan dan satwa dari waktu ke waktu melalui survey dan pengamatan secara berkala), pembinaan habitat dan populasi (untuk menjaga keberadaan populasi jenis tumbuhan dan satwa dalam keadaan seimbang dengan daya dukung habitatnya), penyelamatan jenis tumbuhan (terhadap jenis tumbuhan yang terancam bahaya kepunahan yang masih berada dihabitatnya melalui pengembangbiakan, pengobatan, dan pemeliharaan, atau pemindahan dari habitatnya ke habitat di lokasi lain), pengkajian, penelitian, dan pengembangannya (untuk menunjang tetap terjaganya keadaan genetik dan ketersediaan sumber daya jenis tumbuhan dan satwa secara lestari melalui

Pengelolaan dalam bentuk diluar habitat (ex situ) dilaksanakan untuk menyelamatkan sumber daya genetik dan populasi jenis tumbuhan dan satwa. Pemeliharaan meliputi koleksi jenis tumbuhan dan satwa di lembaga konservasi. Pemeliharaan ex situ wajib memenuhi syarat:

a. Memenuhi standar kesehatan tumbuhan dan satwa

b. Menyediakan tempat yang cukup luas, aman dan nyaman

c. Mempunyai dan memperkerjakan tenaga ahli dalam bidang medis dan pemeliharaan.