Penurunan Kualitas Lingkungan Urban (Perkotaan)
2.8 Penurunan Kualitas Lingkungan Urban (Perkotaan)
2.8.1 Kota, Perkotaan, dan Urbanisasi
Pengertian kota secara sosiologis didefinisikan sebagai tempat pemukiman yang relatif besar, berpenduduk padat dan permanen terdiri dari individu-individu yang secara sosial heterogen (De Goede, dalam Sarlito 1992: 40). Di sisi lain, Bintarto (1989:34) menyatakan bahwa dari segi geografis, kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis.Menurut ketentuan formal seperti yang tercantum di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 2 tahun 1987, disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan kota.Kota menurut hirarkhi besarannya menurut NUDS (National Urban Development Strategy, 1985) dapat diamati melalui jumlah penduduk yang tinggal dan beraktivitas dikawasan tersebut, yang menurut sumber tersebut bisa dibagi dalam 5 tingkatan:
1. Kota Metropolitan, penduduk> 1.000.000
2. Kota Besar, penduduk 500.000 – 1.000.000
3. Kota Menengah, penduduk 100.000 – 500.000
4. Kota Kecil A, penduduk 50.000 – 100.000
5. Kota Kecil B, penduduk 20.000 – 50.000. Urbanisasi merupakan salah satu faktor pemicu perkembangan kota.
Terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke kota disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor penarik maupun pendorong. Perkembangan industri dan perdagangan di kota merupakan faktor penarik yang menyebabkan banyak orang untuk mendatanginya. Keinginan mendapatkan penghasilan yang lebih baik untuk mencukupi kebutuhan hidup merupakan penyebab utama terjadinya urbanisasi. Namun sering keinginan tersebut tidak diikuti dengan keterampilan yang memadai, sehingga mereka tidak diterima di sektor formal yang menuntut keahlian tertentu. Pendidikan yang mereka andalkan tidak cukup untuk memasuki sektor formal yang menuntut keahlian tertentu di perkotaan.
Sebagai pusat komunitas sosial dan kultural, kota menempati kedudukan penting dalam dinamika kebudayaan di Indonesia. Hubungan interaktif dan dinamis antara keduanya pada dasarnya tidak bisa dipisahkan. Dinamika kehidupan kota pada hakekatnya mempengaruhi dinamika kebudayaan dan begitu pula sebaliknya. Perjalanan sejarah di Indonesia menunjukkan bahwa semenjak awal kelahiran kota-kota maritim dan agraris atau kota-kota perdagangan pada masa kolonial, sampai masa terbentuknya kota-kota modern pasca kemerdekaan, kota-kota di Indonesia secara dinamis telah memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tidak saja sebagai pusat politik, ekonomi dan pemerintahan, tetapi juga sebagai tempat berlangsungnya proses transformasi dan konfigurasi berbagai unsur kebudayaan luar dan lokal di Indonesia.
2.8.2 Permasalahan Lingkungan Urban
Pertumbuhan penduduk yang pesat di wilayah-wilayah perkotaan, yang oleh karenanya tidak dikelola secara efektif telah menimbulkan dampak negatif, seperti degradasi kualitas lingkungan perkotaan (pembusukan kota), polusi/pencemaran udara, kemacetan lalulintas, sampah perkotaan, hingga meningkatnya gas rumah kaca (GRK) yang berpotensi terhadap pemanasan
global. Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi di kotajuga menimbulkan berbagai masalah sosial. Persoalan yang sering muncul adalah banyaknya perkampungan kumuh dan perumahan liar di pinggir-pinggir kota. Masalah tersebut disebabkan antara lain oleh ketidakmampuan masyarakat miskin untuk memiliki rumah yang layak huni. Penyebab lainnya adalah ketidakmampuan pemerintah kota untuk menyediakan sarana bagi masyarakat miskin. Masalah lain yang dihadapi oleh penduduk di kota adalah lapangan kerja yang semakin sempit. Masalah ini disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk yang begitu cepat, dibandingkan dengan peningkatan jumlah lapangan kerja. Dampak dari masalah ini adalah peningkatan tindak kriminal. Lapangan kerja yang semakin sempit menyebabkan persaingan kerja yang ketat. Bagi orang-orang yang tidak mampu bersaing dalam pekerjaan di sektor formal, mereka akan mencari pekerjaan di sektor informal, seperti berdagang kali lima atau pedagang asongan.
Kepesatan pertumbuhan kota dewasa ini menunjukkan tingkat perkembangan yang sangat tinggi. Perkembangan kota merupakan tuntutan sekaligus jawaban dari perkembangan penduduk maupun kegiatan masyarakat perkotaan semakin sulit dikontrol sehingga sering menimbulkan persoalan- persoalan yang menyangkut persoalan terhadap kota itu sendiri (fasilitas, sistem dan area), maupun terhadap penduduk atau penghuninya.Selanjutnya Bintarto (1989: 36) mengatakan bahwa kemunduran lingkungan kota yang juga dikenal dengan istilah “Urban Environment Degradation” pada saat ini sudah meluas di berbagai kota di dunia, sedangkan di beberapa kota di Indonesia sudah nampak adanya gejala yang membahayakan. Kemunduran atau kerusakan lingkungan kota tersebut dapat dilihat dari dua aspek:
1. Dari aspek fisis, (environmental degradation of physical nature), yaitu gangguan yang ditimbulkan dari unsur-unsur alam, misalnya pencemaran air, udara dan seterusnya.
2. Dari aspek sosial-masyarakat (environmental degradation of societal nature) , yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusianya sendiri yang menimbulkan kehidupan yang tidak tenang, tidak nyaman dan tidak tenteram.
Di samping kenyataan tersebut, kehidupan kota yang selalu dinamis berkembang dengan segala fasilitasnya yang serba gemerlapan, lengkap dan menarik serta “menjanjikan” tetap saja menjadi suatu “pull factor” yang menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di kota harus mempunyai starategi, yaitu: bagaimana bisa memanfaatkan dan menikmati segala fasilitas yang serba menjanjikan tersebut namun juga bisa mengatasi tantangan dan permasalahan yang ada di dalamnya.
a. Permasalahan Sampah Selain masalah sosial yang berpotensi sebagai permasalahan lingkungan urban, hal yang tidak kalah pentingnya yaitu masalah kondisi fisik lingkungan itu sendiri, seperti masalah sampah di perkotaan. Di daerah perkotaan, sampah menjadi masalah yang cukup pelik. Dimanapun, sampah akan menjadi masalah jika tidak dikelola dengan baik. Lingkungan perkotaan sangat berpotensi menimbulkan permasalahan sampah. Penumpukan sampah di beberapa tempat dengan mudah terjadi, penyebabnya antara lain faktor- faktor berikut:
- Tempat penampungan sampah masih sangat kurang dan lokasinya jauh diluar kota. Jarak yang relatif jauh ini menyebabkan waktu untuk mengangkut sampah menjadi kurang efektif.
- Fasilitas pengangkutan sampah terbatas sehingga tidak semua sampah di tempat penampungan sementara dapat terangkut. Sisa sampah yang tidak terangkut ini berpotensi menjadi tumpukan sampah.
- Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah. Akibatnya, masyarakat mengalami kesulitan membuang sampah rumah tangga. Sebagai jalan pintas, mereka sering kali menumpuk sampah di tempat yang tidak semestinya.
- Penambahan volum sampah jauh lebih besar daripada kemampuan angkut armada sampah. Kondisi yang tidak seimbang ini juga memicu rumitnya penglolaan sampah.
Selain itu, jenis sampah yang terdapat di daerah perkotaan lebih beragam dan umumnya terdiri dari sampah anorganik yang lebih sulit Selain itu, jenis sampah yang terdapat di daerah perkotaan lebih beragam dan umumnya terdiri dari sampah anorganik yang lebih sulit
b. Permasalahan Got Got sebagai saluran pembuangan air lebih banyak ditemukan di daerah perumahan. Masyarakat menjadikan got sebagai saluran pembuangan limbah cair rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang banyak disalurkan ke got adalah sisa air mandi, air bekas cucian, dan limbah dapur.Pembuatan saluran got didaerah permukaan sering kali hanya memperhatikan kelancaran air di daerah tersebut. Banyak daerah perumahan yang tidak memiliki saluran air terutama yang dapat mengalirkan air dalam jumlah besar. Got terhubung secara tidak beraturan.
Bahkan, terkadang pembuatan got tanpa memperhatikan tingkat kemiringan tanah. Sering juga ditemukan kondisi tanah kiri dan kanan got tidak dibuat kokoh sehingga mudah terkikis air. Mengingat vitalnya fungsi got maka got harus dibuat dengan desain yang baik. Desain got hendaknya memperhatikan semua aspek demi kelancaran aliran air, misalnya tingkat kemiringan got, ada atau tidaknya saluran air utama, dan letak aliran sungai.
Didaerah yang tidak memiliki tata ruang yang baik, sistem pembuangan air (drainase) biasanya terjadi secara alami. Air buangan disalurkan ke tempat yang lebih rendah, tanpa peduli daerah rendah tersebut tersambung dengan aliran sungai atau tidak. Akibatnya, daerah rendah menjadi muara air pembuangan dari limbah rumah tangga maupun air hujan.
Permasalahan limbah got dan solusinya
Fungsi utama got yaitu untuk mengalirkan air hujan dari pemukiman ke induk sungai yang kemudian meghubungkannya ke laut. Dengan demikian, air hujan tidak akan menggenang dan menyebabkan bencana banjir. Disamping air hujan terutama pada musim kemarau, got berfungsi untuk mengalirkan limbah cair dari kegiatan rumah tangga. Air bekas mandi dan cucian merupakan jenis limbah yang banyak dialirkan melalui got.
Namun kenyataannya, got didepan rumah tidak hanya berfungsi untuk mengalirkan air hujan. Sampah-sampah rumah tangga juga sering dibuang melalui got. Selain membuat got menjadi mampet, sampah-sampah tersebut juga kerap menimbulkan bau yang tidak sedap. Jika saluran air sudah tersedia, kelancaran airnya sebaiknya selalu dijaga. Kebiasaan membuang sampah di daerah aliran sungai harus dihentikan karena akan memperparah keadaan. Keberadaan pabrik atau industri juga harus dikontrol. Limbah industri jangan sampai dibuang ke sungai. Limbah got yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan permasalahan berikut:
1. Aliran air terhambat Sampah yang dibuang di got dapat menganggu kelancaran air. Sampah yang terapung akan mudah tersangkut kemudian menumpuk dan dihalangi aliran air. Sementara, lumpur atau tanah yang terbawa air dan sampah yang lebih berat akan menjadi endapan. Endapan ini lama- kelamaan mengakibatkan pendangkalan got. Jika di permukaan air terdapat banyak sampah yang mengapung dan di bagian bawah terjadi banyak endapan maka kapasitas got sebagai saluran drainase menjadi tidak optimal. Akibatnya, air mudah menggenang dan pada saat aliran air deras (misalnya pada saat hujan), air got akan mudah meluap. Luapan air got ini akan mengotori lingkungan. Dalam skala besar, banjir tidak mungkin dapat dicegah.
2. Timbul bau yang tidak sedap Sampah organik, bangkai binatang, limbah rumah tangga, maupun limbah industri rumah tangga berpotensi menimbulkan bau yang tidak 2. Timbul bau yang tidak sedap Sampah organik, bangkai binatang, limbah rumah tangga, maupun limbah industri rumah tangga berpotensi menimbulkan bau yang tidak
- Got dibersihkan secara berkala. Sampah yang ada di dalam got diambil, kemudian dibuang pada tempatnya. Endapan tanah atau lumpu di dasar got digali, kemudian dikeluarkan dari dalam got. Dengan demikian, got menjadi bersih dan mempunyai kapasitas menampung air secara maksimal.
- Got ditata kembali agar air buangan dapat tertampung. Got yang rusak diperbaiki. Lokasi yang belum mempunyai got sebaiknya dibuatkan got dengan cara yang lebih baik.
- Kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan agar tidak membuang sampah rumah tangganya di saluran air (got).
Upaya untuk mengatasi permasalah tersebut tidak hanya terbatas pada pembuangan limbah got di tempat pembuangan akhir (TPA). Pengelolaan limbah got merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan untuk menyelamatkan lingkungan dari dampak buruk menumpuknya limbah got. Penanganan limbah tentu membutuhkan biaya yang cukup besar, terutama jika dilakukan dalam skala besar. Hal ini yang kadang kala membuat masyarakat enggan membersihkan lingkungannya sendiri. Waktu, tenaga, bahkan mungkin biaya yang telah dikeluarkan, tetapi hasilnya tidak nyata secara ekonomis.
Untuk itu, masyarakat perlu dimotivasi bahwa kebersihan lingkungan bukan hanya untuk kepentingan lingkungan sendiri, tetapi juga akan berdampak pada lingkungan lain disekitarnya. Penyuluhan tentang manfaat sampah/limbah juga perlu dilakukan karena sampah/limbah ternyata mengandung material yang dapat diolah. Setelah diproses, hasilnya dijual dan dapat memberikan keuntungan secara ekonomis. Jika masyarakat telah mengetahui bahwa mmbersihkan got dapat Untuk itu, masyarakat perlu dimotivasi bahwa kebersihan lingkungan bukan hanya untuk kepentingan lingkungan sendiri, tetapi juga akan berdampak pada lingkungan lain disekitarnya. Penyuluhan tentang manfaat sampah/limbah juga perlu dilakukan karena sampah/limbah ternyata mengandung material yang dapat diolah. Setelah diproses, hasilnya dijual dan dapat memberikan keuntungan secara ekonomis. Jika masyarakat telah mengetahui bahwa mmbersihkan got dapat
Semua jenis limbah memang memiliki zat cemaran yang merugikan lingkungan. Beberapa zat yang dapat mencemari lingkungan yaitu H 2 S (menimbulkan bau yang tidak sedap) dan methan serta bakteri penyakit, E-Coli, dan Salmonella. Namun, zat-zat tersebut memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Limbah yang telah lama berada di dalam got tentunya sudah mengalami pengendapan, pembusukan, dan pengerasan. Hal ini terutama terdapat di got-got yang berada di perkotaan. Materi inilah yang memiliki potensi untuk dikeruk dan dimanfaatkan menjadi produk olahan limbah.
Proses pengolahan limbah got menjadi produk baru dilakukan dengan metode sederhana, yaitu sistem bioremediasi. Zat-zat yang terkandung dalam limbah got ini dapat ditekan atau diurai menjadi senyawa sederhana dan tidak merugikan lingkungan. Produk yang dapat dihasilkan dari limbah got antara lain bahan baku/bahan sampingan, batako/paving blok, media tanam, dan pupuk cair.
Produk Hasil Pengolahan Limbah Got
Yayasan Semai Alam Lestari mengemukakan hasil temuannya di lapangan bahwa limbah saluran got terdiri dari 70% pasir, 20% lumpur, serta 10% berupa sampah yang menggenang diatas saluran dan bahan-bahan anorganik, seperti plastic, kaleng, dan lain-lain. Hasil temuan ini sangat menggembirakan karena berpotensi menjadi usaha baru, dengan memanfaatkan teknologi pengolahan limbah, limbah got ini dapat diolah menjadi berbagai produk.
Material pasir yang terkandung didalam limbah got tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan batako, paving blok, dan lain-lain. Abunya dapat dimanfaatkan untuk media persemaian tanaman, sedangkan lumpurnya dapat dijadikan pupuk organik untuk semua jenis tanaman. pengelolaan limbah got ini bukan hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang bersih.