Yaitu dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan eksekusi terhadap hipotik dan hak tanggungan, seperti: seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, koran-
koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan di atas. c.
Bahan Hukum Tersier Yaitu dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan yang mendukung bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder, seperti: kamus, ensiklopedia dan lain-lain.
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan Library Research, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data
sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media
cetak maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-
undangan.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:
16
a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan degan
objek penelitian. b.
Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel- artikel media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan.
c. Mengelompokan data-data yang relevan dengan permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek
penelitian.
4. Analisa Data
16
Ronitijo Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990, hal. 63.
Universitas Sumatera Utara
Data primer dan sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan
dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dengan skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
G.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I: Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Bab ini akan membahas tentang tinjauan yuridis terhadap hipotik dan hak tanggungan,
yang mengulas tentang tinjauan terhadap hipotik dan tinjauan terhadap hak tanggungan BAB III:
Bab ini akan dibahas tentang tinjauan yuridis terhadap eksekusi, yang akan mengulas tentang pengertian eksekusi secara umum, hakekat eksekusi, asas-asas eksekusi, macam-
macam eksekusi, tata cara eksekusi, dan eksekusi yang tidak dapat dijalankan BAB IV:
Bab ini akan dibahas tentang analisis yuridis eksekusi hipotik dan hak tanggungan, yang akan mengulas tentang eksekusi hipotik dan eksekusi hak tanggungan
BAB V: Bab ini merupakan bab terakhir, yaitu sebagai bab penutup yang berisi kesimpulan dan
saran-saran mengenai permasalahan yang dibahas.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN
A. Tinjauan Terhadap Hipotik 1. Jaminan Hipotik pada Umumnya
Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan utang dimana barang tanggungan tidak dipindahkan kedalam tangan orang yang mengutangkan tetapi
barang itu selalu dapat diminta dituntut meskipun barang itu sudah berada di tangan orang lain apabila
orang yang berutang tidak memenuhi kewajibannya
17
2. Dasar hukum jaminan hipotik dalam bahasa Belanda terjemahannya adalah
onderzetting dalam bahasa Indonesia adalah pembebanan. Tetapi hypotheca seperti yang dimaksud di atas
tidak sama persis dengan hipotik yang dikenal sekarang karena hipotik hanya untuk barang yang tidak bergerak saja sedangkan hypotheca meliputi jaminan benda bergerak maupun benda-benda tidak
bergerak. Namun kesamaannya baik dalam bahasa hukum di Indonesia maupun di Nederland istilah hypotheek ini telah diambil alih untuk menunjukan salah satu bentuk jaminan hak atas tanah.
Hak jaminan dimaksudkan untuk menjamin utang seorang debitur yang memberikan hak utama kepada seorang kreditur tertentu, yaitu pemegang hak jaminan itu untuk didahulukan terhadap kreditur-
kreditur lain apabila debitur cidera janji. Hak tanggungan hanya menggantikan hipotik sepanjang yang menyangkut tanah saja. Hipotik atas kapal laut dan pesawat udara tetap berlaku. Disamping hak-hak
jaminan berupa hipotik atas kapal laut dan hipotik atas pesawat udara, juga berlaku gadai dan fidusia sebagai hak jaminan.
Terhadap hipotik, ketentuan hipotik yang diatur dalam Pasal 314 ayat 4 dan Pasal 315 a, b, c Kitab Undang-Undang Hukum Dagang merupakan lex spesialis terhadap Kitab Undang-Undang Hukum
17
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta; Intermasa, 1984, hal 78
Universitas Sumatera Utara