Perdagangan dan Dasar Hukumnya

BAB III PENDEKATAN

RULE OF REASON TERHADAP PEMBATASAN PERDAGANGAN SECARA VERTIKAL

A. Perdagangan dan Dasar Hukumnya

Perdagangan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan seluruh manusia. Dengan adanya perdagangan, maka kebutuhan manusia satu sama lain bisa saling terpenuhi. Perdagangan yang juga sering disebut perniagaan itu sendiri merupakan kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya yang berdasarkan pada kesepakatan. Pada masa awal uang belum ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang. Pembeli akan menukar barang atau jasa 73 Kegiatan perdagangan tentu saja mencakup juga kegiatan jual beli, karena pada dasarnya jual beli merupakan bagian dari perdagangan. Secara sempit, pengertian perdagagangan dapat dilihat menurut BW, jual beli adalah perjanjian bertimbal balik dalam mana pihak yang satu penjual berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedang pihak yang lainnya pembeli berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. 74 Perkataan jual beli menunjukkan bahwa dari satu pihak dinamakan menjual sedangkan dari pihak lain dinamakan membeli. Sedang menurut rumusan 73 http:id.wikipedia.orgwikiPerdagangan diakses tanggal 16 April 2015 74 R.Subekti, Aneka Perjanjian Bandung: PT Citra Aditya Bakti, Cet 10,1995, hlm.1. Universitas Sumatera Utara Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukun Perdata, jual beli merupakan suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 75 Ensiklopedi Hukum Islam menjelaskan bahwa jual beli adalah saling menukarkan harta dengan harta melalui cara tertentu, atau bisa juga diartikan sebagai tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.Yang dimaksud dengan melalui cara tertentu yang bermanfaat adalah melalui ijab ungkapan membeli dari pembeli dan qobul pernyataan menjual dari penjual, atau bisa juga melalui saling memberikan barang dan harga antara penjual dan pembeli. 76 Oleh karena perdagangan dan jual beli adalah kegiatan ekonomi yang hampir sama yaitu menyalurkan barang dari produsen kepada konsumen, maka rukun dan syaratnyapun sama. Adapun yang menjadi rukunnya adalah : 1. Adanya pihak penjual dan pembeli atau subyek. Tentang subyek, syaratnya sebagai berikut : b. Baliqh dewasa Dewasa menurut hukum islam apabila berumur 15 tahun. Orang yang melakukan tranksaksi diisyaratkan harus dewasa, dalam arti dia harus mengetahui dan memahami segala sesuatu yang ia perbuat, karena jual beli adalah merupakan salah satu bentuk perbuatan hukum yang menuntut 75 Gunawan Widjaja.et al, Jual Beli Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm.7. 76 Dahlan Abgul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam jilid 2 Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Houve, Cet 1, 1997, hlm.827. Universitas Sumatera Utara adanya tanggung jawab dari pelakunya, dan hanya dengan kedewasaan seseorang dibebani tanggungjawab. c. Berakal Sehat secara logis, tahu akan hal yang ia perbuat d. Keadaan tidak mubazir Keadaan tidak mubazir, maksudnya pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian bukanlah manusia yang boros 2. Adanya uang dan benda atau obyek. Tentang subyek, syaratnya sebagai berikut : a. Bersih barangnya b. Dapat dimanfaatkan c. Milik orang yang melakukan akad d. Mampu menyerahkan e. Mengetahui f. Barang yang diakadkan ada ditangan. 77 3. Adanya lafal. 78 Jika dilihat dari peraturan yang mengaturnya, maka perdagangan diatur pada awalnya perdagangan di Indonesia masih belum memiliki peraturan tersendiri. Oleh karena hal tersebut, maka Indonesia masih mengikuti peraturan yang ada pada zamannya tersebut . Setiap peraturan mengenai perdagangan pada zaman dulu diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Hukum dagang 77 Kamaluddin A. Marzuki, Terjemah Fiqh Sunnah, Jilid 12 Bandung: Al- Ma’arif, 1987, hlm.52. 78 Suhrawardi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam Jakarta: Sinar Grafika,2000, hlm.128. Universitas Sumatera Utara adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan orang yang satu dan lainnya dalam bidang perniagaan. Hukum dagang adalah hukum perdata khusus, KUH Perdata merupakan lex generalis hukum umum, sedangkan KUHD merupakan lex spesialis derogate lex generalis hukum khusus mengesampingkan hukum umum. Khusus untuk bidang perdagangan, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD dipakai sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPerdata, khususnya Buku III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPerdata. Hal ini dapat dibuktikan dalam Pasal 1 dan Pasal 15 KUH Dagang. 79 KUHD sendiri tidak mengatur secara eksplisit pengertian perdagangan. Namun karena KUHD merupakan bagian khusus dari KUHPerdata, maka pengertian perdagangan menurut KUHD dapat dipersamakan dengan pengertian perdagangan menurut KUHPerdata yaitu pada pasal 1457 KUHPerdata. Sementara dewasa ini, telah diatur undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai perdagangan di Indonesia yaitu diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan. Dari undang-undang dapat dilihat pengertian perdagangan secara luas yaitu menurut Pasal 1 angka 1 yaitu sebagai berikut “Perdagangan adalah Tatanan kegiatan yang terkait dengan transaksi Barang danatau jasa di dalam negeri dan melampaui batas wilayah negara dengan tujuan pengalihan hak atas Barang danatau Jasa untuk memperoleh imbalan atau kompensas i.” 80 Perlu diketahui bahwa lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan tidak membuat peraturan-peraturan yang terdahulu menjadi 79 Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi Jakarta: Cikal Sakti, 2007, hlm.41. 80 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 1. Universitas Sumatera Utara tidak berlaku lagi asalkan peraturan-peraturan tersebut tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014. Dan dalam penggunaan kaidah-kaidah pada pengertian perdagangan menurut hukum islam seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,penggunaanya bersifat wajib bagi subjek hukum muslim. Namun tetap bisa dijadikan pilihan atau bahan pertimbangan bagi subjek hukum non- muslim. Di zaman modern ini, dikenal juga perdagangan dengan metode pemberian perantara kepada produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan itu. Adapun pemberian perantara kepada produsen dan konsumen itu meliputi aneka macam pekerjaan seperti misalnya : 1. Pekerjaan orang perantara sebagai makelar, komisioner, pedagang-pedagang keliling lainnya. 2. Pembentukan badan-badan usaha asosiasi-asosiasi : Peseroan Terbatas PT, Perseroan Firma, Perseroan Komanditer dan sebagainya guna memajukan perdagangan. 3. Pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas baik didarat, di laut maupun di udara. 4. Pertanggungan asuransi yang berhubungan dengan pengangkutan, supaya si pedagang dapat menutup resiko pengangkutan dengan asuransi. 5. Perantaraan bankir untuk membelanjai perdagangan Universitas Sumatera Utara Mempergunakan surat perniagaan wesel, cek untuk melakukan pembayaran dengan cara yang mudah dan untuk memperoleh kredit. 81 Perubahan tatanan perekonomian dan perdagangan dunia sangat berpengaruh terhadap setiap negara, terutama yang menerapkan kebijakan perdagangan bebas atau ekonomi terbuka. Integrasi perdagangan antarnegara meningkat pesat terutama pada tahun 1970-an. Pada saat itu banyak negara mulai menerapkan sistem ekonomi terbuka yang disebut era keterbukaan global. Akan tetapi, tidak semua negara mengalami laju pertumbuhan perdagangan internasional yang sama. 82 Cukup banyak juga negara-negata yang tidak mampu mengikuti laju pertumbuhan perdagangan tersebut. Dengan semakin meningkatnya perdagangan bebas, dunia pun semakin terpolarisasi antara negara-negara maju dengan negara berkembang. Oleh karenanya pada tanggal 23 Oktober 1947, sebanyak 23 negara anggota delegasi komite persiapan pada dewan ekonomi dan sosial PBB ECOSOCEconomic and Social Council bersepakat untuk membentuk suatu perjanjian perdagangan dunia yaitu General Agreement on Tariffs and Trade GATT. GATT merupakan perjanjian multilateral yang tujuan utamanya adalah untuk membebaskan perdagangan dunia dari berbagai faktor yang mungkin menghambatnya, serta menempatkannya pada suatu landasan yang kokoh, sehingga dapat menumbuhkan dan mengembangkan perekonomian serta kesejahteraan bangsa-bangsa di dunia 83 81 C.S.T. Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia Jakarta: Sinar Grafika,Cet II,1994, hlm.1. 82 Hubungan Internasional, http:elib.unikom.ac.idfilesdisk1604jbptunikompp-gdl- ristagemam-30183-9-unikom_r-i.pdf diakses pada tgl 18 Juni 2015 . 83 Edy Suandi Hamid dan M.B Hendrie Anto, Ekonomi Indonesia: Memasuki Millenium III Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2000, hlm. 97. Universitas Sumatera Utara Terlepas dari keberhasilan di bidang perdagangan dan penetapan tarif impor, GATT dipandang memiliki beberapa kekurangan sehingga mengurangi efektivitas sebagai sebuah mekanisme yang dimaksudkan untuk memperlancar perdagangan internasional. Oleh karena itu, beberapa negara anggota mengusulkan reformasi mendasar penggantian GATT dengan sebuah mekanisme baru yang lebih mengikat dan memiliki status hukum yang lebih jelas. Pada bulan Desember 1991, para perunding di Putaran Uruguay menyusun sebuah rancangan tentatif untuk menggantikan GATT yang dikenal dengan sebutan MTO Multilateral Trade Organization dan rancangan itu lebih dimatangkan lagi dengan istilah baru yakni WTO World Trade Organization pada bulan Desember 1993. 84 Jika pada GATT lebih memfokuskan pada barang, maka dalam WTO produk jasa juga diperhatikan yang meliputi penanaman modal atau investasi. Kesepakatan tentang aturan-aturan investasi yang berkaitan dengan perdagangan diatur secara khusus di dalam ketentuan Trade Related Investment Measures TRIMs. TRIMs melarang pengaturan-pengaturan penanaman modal asing yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip GATT 1994. Oleh karenanya negara anggota tidak dapat menerapkan ketentuan-ketentuan investasi yang berkaitan dengan perdagangan yang bertentangan dengan Pasal III GATT tentang national 84 http:globalonlinebook1.blogspot.com201306sejarah-pembentukan-wto.html diakses pada tgl 16 Juni 2015. Universitas Sumatera Utara treatment dan ketentuan pada Bab XI tentang prohibition of quantitative restriction . 85 Jika dikaitkan dengan pembatasan perdagangan, perjanjian TRIMs ini juga sebenarnya didasari adanya pembatasan perdagangan yang dilakukan oleh masing-masing negara internasional dulu untuk tujuan membatasi perdagangan dari investor dari luar negeri didalam negaranya tersebut yang berupa kebijakan atau peraturan negara. Maka setelah dibentuknya perjanjian TRIMs tersebut, setiap kebijakan-kebijakan tersebut yang menyalahi dari dalam perjanjian TRIMs yang sudah disepakati tidak boleh lagi digunakan. Sehingga sekarang pembatasan perdagangan dikonsentrasikan terhadap tarif harga.

B. Substansi Dasar Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1999