Formulasi Orally Disintegrating Tablet (Odt) Domperidon Secara Cetak Langsung Menggunakan Campuran Primogel Dan Krospovidon Sebagai Pengembang

(1)

FORMULASI

ORALLY DISINTEGRATING TABLET

(ODT)

DOMPERIDON SECARA CETAK LANGSUNG

MENGGUNAKAN CAMPURAN PRIMOGEL DAN

KROSPOVIDON SEBAGAI PENGEMBANG

SKRIPSI

OLEH:

HENDRIK

NIM 101501090

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI

ORALLY DISINTEGRATING TABLET

(ODT)

DOMPERIDON SECARA CETAK LANGSUNG

MENGGUNAKAN CAMPURAN PRIMOGEL DAN

KROSPOVIDON SEBAGAI PENGEMBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HENDRIK

NIM 101501090

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT)

DOMPERIDON SECARA CETAK LANGSUNG

MENGGUNAKAN CAMPURAN PRIMOGEL DAN

KROSPOVIDON SEBAGAI PENGEMBANG

OLEH: HENDRIK NIM 101501090

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : 14 Agustus 2014

Pembimbing I, PanitiaPenguji,

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt. NIP 195011171980022001 NIP 195201171980031002

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.

Pembimbing II, NIP 195011171980022001

Prof. Dr. Karsono, Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195409091982011001NIP 195111021977102001

Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt NIP 195406081983031005

Medan, September 2014 Fakultas Farmasi

Univesitas Sumatera Utara Dekan,

Prof. Dr. SumadioHadisahputra, Apt. NIP195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan anugerah dan karuniaNya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi Orally Disintegrating Tablet (ODT) Domperidon Secara Cetak Langsung Menggunakan Campuran Primogel dan Krospovidon Sebagai Pengembang”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., dan Prof. Dr. Karsono, Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung, kepada Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada aProf. Dr. Hakim Bangun,Apt., Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si.,Apt., dan Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini serta kepada Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu membimbing selama masa pendidikan.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada orang tua tersayang atas doa dan dukungan baik moril maupun materiil, abang dan adik tersayang, kerabat-kerabat, dan teman-teman semua atas motivasi dan segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.


(5)

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang farmasi.

Medan, Agustus 2014 Penulis,

Hendrik 101501090


(6)

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) DOMPERIDON SECARA CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN

CAMPURAN PRIMOGEL DAN KROSPOVIDON SEBAGAI PENGEMBANG

Abstrak

Orally Disintegrating Tablet (ODT) memberikan keuntungan untuk kelompok pediatri dan geriatri yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet obat konvensional. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuat formulasi Orally Disintegrating Tablet (ODT) domperidon yang memenuhi persyaratan Farmakope.

Orally disintegrating tablet (ODT) domperidon dibuat dengan menggunakan campuran avicel Ph102, primogel dan krospovidon dengan perbandingan tertentu dengan metode cetak langsung. Tablet yang dihasilkan kemudian dievaluasi dengan menggunakan parameter antara lain kekerasan, friabilitas, waktu hancur, waktu pembasahan (wetting time), rasio absorpsi air, waktu hancur di rongga mulut, penetapan kadar, keseragaman sediaan dan disolusi.

Waktu hancur dari formula tablet yang tidak menggunakan primogel dan krospovidon pada formula 4 (50,28 detik) jauh lebih lama dibandingkan dengan formula tablet ODT yang menggunakan primogel dan krospovidon (F1 = 15,86 detik; F2 = 25,7 detik; F3 = 15 detik; F7 = 18,83 detik; F8 = 18,36 detik; F10 = 15,43 detik) yang memiliki waktu hancur yang cepat. Dari hasil uji ANOVA dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan atau bermakna antara formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 7, formula 8 dan formula 10 karena p = 0,00 (p < 0,05). Uji pelepasan obat secara in vitro pada sebagian formula ODT yang diuji pada menit ke-3 sudah memiliki % kumulatif yang tinggi dimana pada ODT formula 1: 69,08%; formula 3: 64,66%; formula 7: 74,45%; formula 8: 56,11%; formula 10: 72,56%, terdapat perbedaan yang signifikan dengan tablet ODT formula 2 dan formula 4 yang pada menit ke-3 hanya melepaskan 17,06% untuk formula 2 dan 14,30% untuk formula 4. Dari hasil uji statistik ANOVA dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna atau signifikan antara ODT formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 7, formula 8, formula 10 karena p = 0,00 (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orally disintegrating tablet domperidon yang dibuat dengan metode cetak langsung menggunakan campuran primogel dan krospovidon sebagai superdisintegran, yaitu penetapan kadar zat berkhasiat (99% -101%), keseragaman kandungan (99% - 101%), kekerasan (0,5 - 2,5 kg), friabilitas (0.16% - 0.50%), waktu hancur (15 - 55 detik), uji disolusi (82% - 100%), waktu pembasahan (16 - 50 detik), rasio absorpsi air (30% - 75%) dan waktu hancur di rongga mulut (66 - 138 detik), sehingga dapat disimpulkan untuk semua formulasi ODT domperidon yang menggunakan campuran krospovidon dan primogel lebih cepat hancur dibandingkan hanya menggunakan avicel Ph102.


(7)

FORMULATION ORALLY DISINTEGRATING TABLETS (ODT) DOMPERIDON WITH DIRECT COMPRESSION METHOD USING

PRIMOGEL AND CROSSPOVIDONE AS A DISINTEGRANT

Abstract

ODT’s give an advantages for the pediatric and geriatric who have difficulties to swallow conventional tablets. The aim of this research was to make a formulation of orally disintegrating tablets domperidon which fulfilled the requirement of Pharmacopoeia.

ODT’s was formulated by using physical mixture consist of avicel Ph102, primogel and crosspovidone in the different ratio, then tablets were well prepared by direct compression method. The resulting tablets were evaluated for hardness, friability, disintegration time, content uniformity, wetting time, water absorption ratio, in vitro drug release studies and disintegration time in mouth, then after that optimalized to get the best formula among all formula.

Disintegration time from formula tablets which were formulated not using primogel and crosspovidone (F4 = 50,28s) need longer time than ODT’s that were using primogel and crosspovidone (F1 = 15.86s; F2 = 25.7s; F3 = 15s; F7 = 18.83s; F8 = 18.36s; F10 = 15.43s) had fast disintegration time. The results test for ANOVA knows that had significant differences disintegration time between formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 7, formula 8 and formula 10 because p = 0.00 (p < 0.05). In vitro drug release of partially formulation ODT’s showed high drug release in the third minute going where the ODT formula 1 release 69.08%; formula 3 release 64.66%; formula 7 release 74.45% formula 8 release 56.11%; formula 10 release 72.56%. It is significant different with formula 2 and formula 4 which had only release 17.06% for formula 2 and 14.30% for formula 4. The results test for ANOVA knows that had significant differences dissolution profiles between formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 7, formula 8 and formula 10 because p = 0.00 (p < 0.05). The result showed that ODT domperidon which had well prepared by direct compression method use physical mixture of superdisintegrant consisting primogel and crosspovidone for content uniformity (99% - 101%), hardness (0,5 – 2,5 kg), friability (0,16% - 0,50%), disintegration time (15 - 55s), in vitro drug release (82% - 100%), wetting time (16 - 50s), water absorption ratio (30% - 75%) and disintegration time in mouth (66 - 138s), so from the result can be conclude that for all formulation ODT domperidon using mixture of crosspovidone and primogel disintegrate faster than only using avicel Ph102.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Domperidone ... 5

2.1.1 Sifat fisikokimia ... 5

2.1.2 Farmakologi ... 6

2.2 Tablet Terdisintegrasi Cepat ... 7


(9)

2.2.3Teknologi formulasi tablet terdisintegrasi cepat ... 12

2.2.3.1Freeze drying ... 13

2.2.3.2 Tablet moulding ... 13

2.2.3.3Spray drying ... 14

2.2.3.4Sublimasi ... 14

2.2.3.5 Direct compression ... 15

2.3Superdisintegran ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

2.1 Alat-Alat ... 17

2.2 Bahan-Bahan ... 17

2.3 Prosedur Kerja ... 17

2.3.1 Pembuatan ODT domperidon ... 18

2.3.2 Uji preformulasi ... 19

2.3.2.1Waktu alir ... 19

2.3.2.2Sudut diam ... 19

2.3.2.3 Indeks tap ... 20

2.3.3 Analisiskuantitatif ... 20

2.3.3.1 Pembuatan larutan induk baku domperidon... 20

2.3.3.2 Penentuan kurva serapandomperidone ... 20

2.3.3.3 Penentuan kurva kalibrasi domperidon ... 20

2.4 Evaluasi Tablet ... 21

2.4.1Penetapan kadar domperidon ... 21

2.4.2 Kekerasan ... 21


(10)

2.4.5 Keseragaman sediaan ... 22

2.4.6Disolusi ... 23

2.4.7Waktu pembasahan ... 24

2.4.8 Rasio absorpsi air ... 24

2.4.9Waktu hancur di mulut ... 24

2.5Analisis Data Secara Statistik ... 25

2.5.1Uji statistik terhadap waktu hancur ... 26

2.5.2 Uji statistik terhadap profil disolusi ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

3.1 Hasil Preformulasi ... 27

3.2Hasil Evaluasi ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Komposisi formulasi ODT domperidon ... 18

Tabel 4.1 Hasil uji preformulasi granul domperidon ... 27

Tabel 4.2 Evaluasi tablet domperidon ... 34

Tabel 4.3 Hasil uji anova waktu hancur formula ODT ... 40

Tabel 4.4 Hasil uji duncan evaluasi waktu hancur ... 41

Tabel 4.5 Hasil persen kumulatif uji disolusi tablet domperidon ... 48

Tabel 4.6 Uji anova disolusi menit ke-3 ... 51

Tabel 4.7 Hasil uji duncan disolusi ODT menit ke-3 ... 51

Tabel 4.8 Uji anova disolusi menit ke-6 ... 52

Tabel 4.9 Hasil uji duncan disolusi ODT menit ke-6 ... 52

Tabel 4.10 Uji anova disolusi menit ke-9 ... 53

Tabel 4.11 Hasil uji duncan disolusi ODT menit ke-9 ... 53

Tabel 4.12 Uji anova disolusi menit ke-12 ... 54

Tabel 4.13 Hasil uji duncan disolusi ODT menit ke-12 ... 54

Tabel 4.14 Uji anova disolusi menit ke-15 ... 55

Tabel 4.15 Hasil uji duncan disolusi ODT menit ke-15 ... 55


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur domperidon ... 5

Gambar 4.1Diagram batang waktu alir ... 28

Gambar 4.2Contour plot waktu alir ... 29

Gambar 4.3Diagram batang sudut diam ... 30

Gambar 4.4Contour plot sudut diam ... 31

Gambar 4.5Diagram batang indeks tap ... 32

Gambar 4.6Contour plot indeks tap ... 33

Gambar 4.7Diagram batang kekerasan ... 35

Gambar 4.8Contour plot kekerasan ... 36

Gambar 4.9Diagram batang friabilitas ... 37

Gambar 4.10 Contour plot friabilitas ... 38

Gambar 4.11Diagram batang waktu hancur ... 39

Gambar 4.12Contour plot waktu hancur ... 40

Gambar 4.13Diagram batang waktu pembasahan ... 42

Gambar 4.14Contour plot waktu pembasahan ... 43

Gambar 4.15 Uji waktu pembasahan ... 43

Gambar 4.16 Diagram batang rasio absorpsi air ... 44

Gambar 4.17 Contour plot rasio absorpsi air ... 45

Gambar 4.18 Kurva dan data serapan domperidon ... 46

Gambar 4.19 Kurva kalibrasi domperidon baku pembanding ... 47

Gambar 4.20 Grafik hasil persen kumulatif disolusi tablet ... 49

Gambar 4.21 Contour plot profil disolusi ... 50

Gambar 4.22 Superimposed contour plot kekerasan dan waktu pembasahan ... 57


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan pembuatan ODT domperidon ... 61

Lampiran 2. Kurva dan data serapan domperidon baku pembanding .. 62

Lampiran 3. Perhitungan kurva domperidon ... 63

Lampiran 3. Perhitungan kadar ODT domperidon ... 64

Lampiran 4. Analisis data statistik kadar domperidon ... 69

Lampiran 5. Data simpangan baku kadar tablet domperidon ... 71

Lampiran 6. Perhitungan keseragaman kandungan tablet domperidon .. 72

Lampiran 7. Data hasil kesergaman kandungan tablet domperidon ... 74

Lampiran 8. Contoh perhitungan friabilitas ODT domperidon ... 76

Lampiran 9. Contoh perhitungan rasio absorpsi air ODT domperidon .. 77

Lampiran 10. Data disolusi semua formula tablet ODT ... 78

Lampiran 11. Data persen kumulatif disolusi tablet ODT ... 99

Lampiran 12. Uji anova disolusi tablet ODT ... 103

Lampiran 13. Sertifikat analisis domperidon ... 113

Lampiran 14. Spesifikasi analisis zat domperidon ... 114

Lampiran 15. Daftar distribusi nilai t ... 115

Lampiran 16. Gambar ODT domperidon ... 116


(14)

FORMULASI ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT) DOMPERIDON SECARA CETAK LANGSUNG MENGGUNAKAN

CAMPURAN PRIMOGEL DAN KROSPOVIDON SEBAGAI PENGEMBANG

Abstrak

Orally Disintegrating Tablet (ODT) memberikan keuntungan untuk kelompok pediatri dan geriatri yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet obat konvensional. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk membuat formulasi Orally Disintegrating Tablet (ODT) domperidon yang memenuhi persyaratan Farmakope.

Orally disintegrating tablet (ODT) domperidon dibuat dengan menggunakan campuran avicel Ph102, primogel dan krospovidon dengan perbandingan tertentu dengan metode cetak langsung. Tablet yang dihasilkan kemudian dievaluasi dengan menggunakan parameter antara lain kekerasan, friabilitas, waktu hancur, waktu pembasahan (wetting time), rasio absorpsi air, waktu hancur di rongga mulut, penetapan kadar, keseragaman sediaan dan disolusi.

Waktu hancur dari formula tablet yang tidak menggunakan primogel dan krospovidon pada formula 4 (50,28 detik) jauh lebih lama dibandingkan dengan formula tablet ODT yang menggunakan primogel dan krospovidon (F1 = 15,86 detik; F2 = 25,7 detik; F3 = 15 detik; F7 = 18,83 detik; F8 = 18,36 detik; F10 = 15,43 detik) yang memiliki waktu hancur yang cepat. Dari hasil uji ANOVA dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan atau bermakna antara formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 7, formula 8 dan formula 10 karena p = 0,00 (p < 0,05). Uji pelepasan obat secara in vitro pada sebagian formula ODT yang diuji pada menit ke-3 sudah memiliki % kumulatif yang tinggi dimana pada ODT formula 1: 69,08%; formula 3: 64,66%; formula 7: 74,45%; formula 8: 56,11%; formula 10: 72,56%, terdapat perbedaan yang signifikan dengan tablet ODT formula 2 dan formula 4 yang pada menit ke-3 hanya melepaskan 17,06% untuk formula 2 dan 14,30% untuk formula 4. Dari hasil uji statistik ANOVA dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan bermakna atau signifikan antara ODT formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 7, formula 8, formula 10 karena p = 0,00 (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orally disintegrating tablet domperidon yang dibuat dengan metode cetak langsung menggunakan campuran primogel dan krospovidon sebagai superdisintegran, yaitu penetapan kadar zat berkhasiat (99% -101%), keseragaman kandungan (99% - 101%), kekerasan (0,5 - 2,5 kg), friabilitas (0.16% - 0.50%), waktu hancur (15 - 55 detik), uji disolusi (82% - 100%), waktu pembasahan (16 - 50 detik), rasio absorpsi air (30% - 75%) dan waktu hancur di rongga mulut (66 - 138 detik), sehingga dapat disimpulkan untuk semua formulasi ODT domperidon yang menggunakan campuran krospovidon dan primogel lebih cepat hancur dibandingkan hanya menggunakan avicel Ph102.


(15)

FORMULATION ORALLY DISINTEGRATING TABLETS (ODT) DOMPERIDON WITH DIRECT COMPRESSION METHOD USING

PRIMOGEL AND CROSSPOVIDONE AS A DISINTEGRANT

Abstract

ODT’s give an advantages for the pediatric and geriatric who have difficulties to swallow conventional tablets. The aim of this research was to make a formulation of orally disintegrating tablets domperidon which fulfilled the requirement of Pharmacopoeia.

ODT’s was formulated by using physical mixture consist of avicel Ph102, primogel and crosspovidone in the different ratio, then tablets were well prepared by direct compression method. The resulting tablets were evaluated for hardness, friability, disintegration time, content uniformity, wetting time, water absorption ratio, in vitro drug release studies and disintegration time in mouth, then after that optimalized to get the best formula among all formula.

Disintegration time from formula tablets which were formulated not using primogel and crosspovidone (F4 = 50,28s) need longer time than ODT’s that were using primogel and crosspovidone (F1 = 15.86s; F2 = 25.7s; F3 = 15s; F7 = 18.83s; F8 = 18.36s; F10 = 15.43s) had fast disintegration time. The results test for ANOVA knows that had significant differences disintegration time between formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 7, formula 8 and formula 10 because p = 0.00 (p < 0.05). In vitro drug release of partially formulation ODT’s showed high drug release in the third minute going where the ODT formula 1 release 69.08%; formula 3 release 64.66%; formula 7 release 74.45% formula 8 release 56.11%; formula 10 release 72.56%. It is significant different with formula 2 and formula 4 which had only release 17.06% for formula 2 and 14.30% for formula 4. The results test for ANOVA knows that had significant differences dissolution profiles between formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 7, formula 8 and formula 10 because p = 0.00 (p < 0.05). The result showed that ODT domperidon which had well prepared by direct compression method use physical mixture of superdisintegrant consisting primogel and crosspovidone for content uniformity (99% - 101%), hardness (0,5 – 2,5 kg), friability (0,16% - 0,50%), disintegration time (15 - 55s), in vitro drug release (82% - 100%), wetting time (16 - 50s), water absorption ratio (30% - 75%) and disintegration time in mouth (66 - 138s), so from the result can be conclude that for all formulation ODT domperidon using mixture of crosspovidone and primogel disintegrate faster than only using avicel Ph102.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sediaan oral yang banyak digunakan di pasaran salah satunya adalah sediaan tablet. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tabet dan metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna atau zat pemberi rasa (Ansel, 1989).

Beberapa pasien, terutama dari golongan pediatri dan geriatri mengalami kesulitan untuk menelan tablet dan kapsul gelatin keras. Akibatnya, pasien tersebut tidak mendapatkan obat dalam bentuk tablet konvensional. Oleh karena itu, pemberian suatu sediaan oral kepada pasien dari golongan ini memiliki suatu permasalahan dan saat ini masih menjadi perhatian dari masyarakat termasuk farmasis di dalamnya.

Masalah ini dapat diatasi dengan membuat bahan-bahan yang secara cepat dapat terdisintegrasi, terdispersi dan terlarut, yang mana pada proses tersebut tidak memerlukan air untuk menelannya. Sediaan diletakkan pada mulut, biarkan terlarut atau terdispersi dalam saliva, dan kemudian tertelan secara normal (Bhowmik, et al., 2009).

Tablet terdisintegrasi cepat menawarkan keuntungan dibandingkan dengan tablet effervescent karena tablet terdisintegrasi cepat tidak seperti


(17)

tableteffervescent yang memerlukan media air untuk proses disintegrasi dan disolusinya. Itu semua ditujukan untuk meningkatkan penerimaan pasien. Pada formulasi tablet terdisintegrasi cepat yang dibuat juga memperhatikan rasa yang dihasilkan dari produk tablet yang dibuat. Karena rasa yang manis pada tablet akan membuat penerimaan pasien meningkat terutama pediatri dan geriatri yang dalam tujuannya mencegah muntah (emesis) dengan menggunakan bahan pengisi maltodekstrin untuk meningkatkan rasa manis pada tablet ini dalam formulasi tablet terdisintegrasi cepat (Kuccherkar, et al., 2003).

Domperidon telah digunakan secara luas sebagai obat anti-emetik, domperidon digunakan sampai sekarang karena dinilai cukup aman dikarenakan sedikitnya keluhan dan kasus dari konsumen (Parmar, et al., 2009). Sifat fisikokimia domperidon berupa serbuk putih atau hamper putih, tidak larut dalam air, sedikit larut dalam etanol dan metanol, larut dalam dimetilformamida.

Oleh karena hal tersebut, penelitian ini menggunakan domperidon sebagai zat aktif dalam pembuatan tablet terdisintegrasi cepat dan diharapkan hasil dari penelitian ini berguna untuk masyarakat banyak. Berdasarkan penelitian bahwa formulasi dan evaluasi tablet terdisintegrasi cepat, terdapat hal yang menarik untuk dioptimalisasi yaitu campuran Avicel Ph102 dengan bahan disintegran dan aspek rasa bisa diperbaiki dengan meningkatkan konsentrasi maltodekstrin agar penerimaan pasien dapat meningkat dengan signifikan. Oleh karena itu, harapan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi yang dapat lebih mempercepat waktu disintegrasi dari tablet terdisintegrasi cepat domperidon dan memperbaiki rasa dari tablet yang dihasilkan agar penerimaan pasien pun lebih meningkat.


(18)

Campuran superdisintegran yang digunakan untuk mempercepat waktu disintegrasi di mulut adalah primogel dan krospovidon. Primogel memiliki afinitas yang sangat baik untuk air dan mengembang saat terbasahi (Banker, 1994). Setelah tablet mengembang maka krospovidon bekerja melalui aksi

swelling sangat kecil, dan aksi kapiler yang besar sehingga cairan dapat masuk ke dalam tablet dan mengakibatkan partikel tablet menjadi pecah (Mohanachandran, et al., 2011). Jadi campuran kedua superdisintegran ini saling mendukung satu sama lain dan apabila perbandingan campuran primogel dan krospovidon dalam jumlah yang tepat maka akan dihasilkan disintegrasi tablet ODT domperidon yang optimal dan nyaman dikonsumsi oleh masyarakat khususnya penderita dysphagia.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai formulasi ODT domperidon secara cetak langsung menggunakan campuran primogel dan krospovidon sebagai pengembang.

1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah ada perbedaan kekerasan dari formula ODT domperidon yang dibuat dengan avicel Ph102 dengan superdisintegran campuran krospovidon dan primogel?

b. Apakah ada perbedaan waktu hancur yang signifikan dari formula ODT domperidon yang dibuat dengan Avicel Ph102 dengan superdisintegran campuran Krospovidon dan Primogel?


(19)

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: a. Terdapat perbedaan kekerasan yang signifikan dari formula ODT

domperidon yang dibuat dengan menggunakan avicel Ph102 dengan superidisintegran campuran krospovidon dan primogel. b. Terdapat perbedaan waktu hancur yang signifikan dari formula

ODT domperidon yang dibuat menggunakan avicel Ph102 dengan superdisintegran campuran krospovidon dan primogel.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untukmengetahui perbedaan kekerasan dari formulasi ODT domperidon. b. Untuk mengetahui perbedaan waktu hancur dari formula ODT domperidon

menggunakan Avicel Ph102 dengan ODT domperidon yang dibuat menggunakan Avicel Ph102 dengan superdisintegran campuran Krospovidon dan Primogel.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan pengembangan pengetahuan di bidang teknologi formulasi.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Domperidone 2.1.1 Sifat fisikokimia

Menurut BP (2009), sifat fisikokimia domperidone adalah sebagai berikut: Rumus struktur:

Gambar 1 Struktur domperidone

Nama Kimia : 5-kloro-1-[1-[3-(2-okso-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1-il) propil]piperidin-4-il]-1,3-dihidro-2H-benzimidazol-2-on Rumus Molekul : C22H24ClN5O2

Berat Molekul : 425,9

Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dimetilformamida, sedikit larut etanol (96%) dan metanol.

Sebelum kita membicarakan tentang domperidon yang akan menjadi zat aktif dari tablet yang akan kita buat maka terlebih dahulu kita bicarakan mengenai antiemetik. Antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi mual dan muntah. Antiemetik biasanya diberikan untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan.


(21)

2.1.2 Farmakologi

Domperidon merupakan antiemetik pilihan pertama di banyak negara. Domperidon menjadi obat antiemetik dengan mekanisme kerja menghambat aksi dopamin dengan menginhibisi dopamin pada reseptornya. Obat ini memiliki afinitas yang cukup kuat pada reseptor dopamin D2 dan D3 yang ditemukan dalam CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone) yang berada pada bagian luar sawar darah otak yang meregulasi nausea dan vomit. Domperidon tidak dapat menembus sawar darah otak sehingga tidak menimbulkan gangguan ekstrapiramidal sehingga lebih aman digunakan bila dibandingkan metoklopramid. Domperidon juga efektif dalam mengatasi gastroparesis, gastroesophageal pediatrik (muntah bayi). Saat digunakan secara peroral, domperidon mengalami metabolisme lintas pertama di lambung dan hepatik sehingga menghasilkan bioavailabilitas yang rendah (sekitar 15%) yang artinya pada konsentrasi tersebut tidak akan meminimalisir laju muntah pada pasien (Champion, et al., 1986).

Walaupun domperidon dinyatakan lebih aman namun pemberiannya tetap perlu mendapat perhatian khusus terutama karena ternyata domperidon memiliki efek samping dapat merangsang kadar prolaktin plasma yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan galaktore dan ginekomastia. Di samping itu, domperidon dilaporkan dapat menyebabkan reaksi alergi kulit seperti rush dan urtikaria. Domperidon dikontraindikasikan dengan penderita yang hipersensitif dengan domperidon, penderita prolaktinoma dan pada pasien yang mendapat pendarahan, obstruksi mekanik perforasi gastrointestinal saat terdapat serangan motilitas lambung (Champion, et al., 1986).


(22)

2.2 Tablet Terdisintegrasi Cepat (Fast Disintegrating Tablet)

Rute oral dari pemberian obat memiliki penerimaan yang luas hingga 50%-60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat popular karena mudahnya pemberian, dosis yang akurat, dapat digunakan sendiri, tanpa rasa sakit dan penerimaan pasien lebih baik. Bentuk sediaan padat yang umum adalah tablet dan kapsul; bentuk sediaan ini, bagi beberapa pasien sulit untuk ditelan. Pasien harus banyak minum air untuk menelan bentuk sediaan tersebut. Sering kali pasien merasa tidak nyaman dalam menelan sediaan padat yang konvensional seperti tablet ketika tidak ada air, dan keadaan batuk selama demam, kondisi alergi dan bronkitis. Untuk alasan itulah, tablet yang dapat secara cepat melarut atau terdisintegrasi pada rongga mulut, sangat dibutuhkan. Tablet ini tidak hanya diindikasikan untuk orang-orang yang memiliki kesulitan untuk menelan, tetapi juga dapat digunakan secara umum (Parmar, et al., 2009).

Tablet terdisintegrasi cepat juga dikenal sebagai tablet yang meleleh di mulut, tablet orodispersibel, rapid melt, melarut cepat, dan lain-lain. Tablet terdisintegrasi cepat merupakan tablet yang ketika diletakkan pada lidah akan terdisintegrasi secara instan melepaskan obat dan terlarut pada saliva. Semakin cepat obat terlarut, semakin cepat obat diabsorpsi sehingga efek terapi dapat tercapai. Beberapa obat diabsorpsi dari mulut, faring dan esophagus ketika saliva turun menuju perut. Pada beberapa kasus, bioavailabilitas obat lebih besar dibandingkan dengan sediaan tablet konvensional. Keuntungan yang dimiliki tablet terdisintegrasi cepat dikenal dalam industri maupun akademik (Bhowmik, et al., 2009).


(23)

2.2.1 Sifat dan karakterisitik umum

Tablet terdisintegrasi cepat adalah tablet yang pecah dan cepat larut dalam air liur di dalam mulut selama beberapa detik setelah penempatan di atas lidah. Tablet tedisintegrasi cepat berisi bahan untuk meningkatkan tingkat kehancuran tablet dalam rongga mulut dan dapat berlangsung hingga satu menit untuk menghancurkan sepenuhnya (Bhowmik, et al., 2009).

Jenis tablet ini dirancang agar segera hancur di dalam rongga mulut dalam waktu 75 detik atau kurang. Karakteristik tablet terdisintegrasi cepat adalah hancur dalam air liur tanpa perlu adanya bantuan air, stabilitas bagus dalam air liur, sangat ringan dan rapuh, ukuran molekul kecil sampai sedang, perlu penanganan khusus dalam masalah kemasan blister, di mulut terasa nyaman dan rasa halus, rentan terhadap suhu dan kelembapan, ukuran diameter tablet 9-15 mm, kerapatan rendah, porositas tinggi dan tingkat kekerasan yang rendah (Bhowmik, et al., 2009).

Obat-obatan yang solid dapat ditingkatkan waktu hancurnya di dalam mulut dengan penambahan bahan yang disebut disintegran (Lieberman, et al., 1989). Disintegran adalah bahan atau campuran bahan tambahan untuk formulasi obat yang memfasilitasi kehancuran tablet menjadi partikel yang lebih kecil dan lebih cepat larut dibandingkan dengan tidak adanya disintegran. Sekelompok disintegran disebut disebut sebagai superdisintegran, umumnya digunakan di tingkat rendah dalam bentuk dosis padat. Contoh superdisintegran adalah

croscarmellose, crospovidone dan sodium starch glycolate. Superdisintegran ini sangat dianjurkan untuk mengembangkan formulasi dimana tablet terdisintegrasi dengan cepat dan mudah melarutkan bahan tambahan dalam tablet (Edge,et al., 2002).


(24)

Syarat-syarat untuk memenuhi superdisintegran yang baik adalah harus menghasilkan kehancuran yang cepat (hidrofilik) ketika tablet berada di dalam mulut, memenuhi kompatibilitas yang baik, meningkatkan rasa yang nyaman di mulut sehingga kepatuhan pasien meningkat, ukuran partikel kecil lebih diutamakan untuk mencapai flowabilitas (sifat alir) yang baik (Bhowmik, et al., 2009).

Kriteria untuk sistem penghantaran obat yang cepat larut adalah tablet yang ada harus:

a. Tidak memerlukan air untuk menelan, tetapi harus melarut atau terdisintegrasi dalam mulut pada hitungan detik.

b. Kompatibel tanpa menggunakan penutupan rasa. c. Mudah dibawa tanpa adanya resiko kerapuhan.

d. Memberikan kenyamanan di mulut (meninggalkan sedikit atau tanpa residu pada mulut setelah pemberian oral).

e. Menunjukkan sensitifitas yang rendah terhadap kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembapan.

f. Memungkinkan pembuatan tablet menggunakan proses konvensional dan peralatan pengemasan pada harga terendah (Bhowmik, et al., 2009).

Karakter dari sistem penghantaran obat terdisintegrasi cepat :

a. Mudah diberikan kepada pasien yang tidak dapat menelan, seperti orang tua, penderita stroke, pasien yang menderita gagal ginjal dan pasien yang menolak untuk menelan seperti pasien pediatrik, geriatrik dan psikiatrik.

b. Tidak membutuhkan air untuk menelan sediaan, yang mana hal tersebut sangat nyaman untuk pasien yang sedang dalam perjalanan dan tidak memiliki air.


(25)

c. Obat terdisolusi dan diabsorpsi secara cepat, yang mana akan menghasilkan onset yang cepat dari aksi.

d. Beberapa obat diabsorpsi dari mulut, faring, esophagus ketika saliva turun menuju ke lambung. Hal ini akan menyebabkan bioavailabilitas obat meningkat.

e. Absorpsi pregastrik dapat menghasilkan peningkatan bioavailbailitas dan dosis dikurangi; peningkatan terapi sebagai hasil pengurangan dari efek yang tidak diinginkan.

f. Rasa yang enak pada mulut sehingga membantu untuk mengubah persepsi bahwa obat itu pahit pada anak-anak.

g. Menghindari resiko tersendak pada pemberian oral sediaan konvensional yang mana akan meningkatkan keamanannya.

h. Keuntungan pada beberapa kasus seperti saat mabuk, serangan alergi yang tiba-tiba atau batuk dimana onset obat yang sangat cepat dibutuhkan.

i. Peningkatan bioavailabilitas, pada obat-obatan yang tidak larut dan hidrofobik, terkait dengan disintegrasi dan disolusi yang cepat dari tablet ini.

j. Stabilitas untuk waktu yang sama, sejak diproduksi hingga dikomsumsi, sehingga mengkombinasikan keuntungan stabilitas dari sediaan padat dan bioavailabilitas dari sediaan cair (Biradar, et al., 2006).

2.2.2 Orally disintegrating tablet

Orally Disintegrating Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan aktif obat yang hancur atau melarut dengan cepat dalam waktu kurang dari 3 menit ketika diletakkan di atas lidah. Untuk proses ini, jumlah air ludah yang sedikit telah cukup untuk memungkinkan terjadinya disintegrasi tablet. Oleh karena itu tidak diperlukan air untuk menelan obat, pasien


(26)

dapat memakan obat tanpa minum air. Hal ini tentu akan mempermudah dan meningkatkan kepatuhan pasien pediatri maupun geriatri dalam penggunaan obat. Selain itu, sejumlah bagian obat juga mungkin diabsorpsi di daerah pre-gastrik seperti mulut, faring dan esofagus ketika air ludah turun ke lambung, sehingga ketersediaan hayati obat akan meningkat dan pada akhirnya juga meningkatkan efektivitas terapi (Verma, 2001).

ODT menawarkan kemudahan bagi pasien yang mengalami kesulitan menelan (dysphagia) terutama pasien pediatri dan geriatri serta untuk pasien yang sedang berlibur dan menempuh perjalanan jauh di mana air minum mungkin sulit diperoleh (Verma, 2001).

Oleh karena pemberian ODT berbeda dari pemberian tablet konvensional, maka ODT harus memiliki atau mempertahankan beberapa persyaratan atau karakteristik sebagai berikut:

a. Disintegrasi yang cepat. Secara umum, hal ini berarti bahwa disintegrasi tablet ODT harus terjadi dalam waktu kurang dari 3 menit. Namun demikian, akan lebih disukai bila disintegrasi terjadi secepat mungkin di dalam rongga mulut. b. Penutupan rasa dari senyawa aktif. Hal ini dikarenakan obat ODT akan melarut

atau mengalami disintegrasi di dalam mulut. Setelah melarut, sediaan diharapkan tidak atau sedikit meninggalkan residu. Rasa yang enak di mulut kemudian menjadi persoalan yang kritis.

c. Kekerasan dan porositas tablet yang optimal. Oleh karena ODT dirancang memiliki waktu disintegrasi/disolusi yang cepat, dibutuhkan zat tambahan dengan derajat keterbasahan yang tinggi dan struktur tablet dengan porositas yang tinggi guna memastikan absorpsi air yang cepat ke dalam tablet.


(27)

d. Sensitifitas yang rendah terhadap suhu dan kelembapan. ODT seringkali sensitive terhadap kelembapan, hal ini dikarenakan zat tambahan dengan kelarutan dalam air yang tinggi banyak digunakan dalam formulasi ODT, sangat rentan terhadap kelembapan (Verma, 2001).

Kelebihan dan kekurangan formulasi ODT

ODT memiliki semua kelebihan dari bentuk sediaan solida, antara lain: stabilitas yang baik, ketepatan dosis, kemudahan produksi, ukuran pengemasan yang kecil dan praktis dibawa berpergian. ODT juga memiliki kelebihan lain seperti kemudahan penggunaan obat, tidak ada resiko sesak nafas (tersendak) akibat obstruksi fisik di tenggorokan, kecepatan absorpsi dan onset obat yang cepat, serta ketersediaan hayati yang tinggi (Fu, et al., 2004).

Di samping berbagai kelebihan obat, banyak sediaan ODT memiliki kekurangan dalam hal keterbatasan jumlah obat yang dapat diformulasi setiap unit dosisnya. Selain itu, terkait sifat bentuk sediaan ODT yang rapuh (fragile), diperlukan pengemasan khusus yang mana tentu akan menambah biaya produksi (Fu, et al., 2004).

2.2.3 Teknologi formulasi tablet terdisintegrasi cepat

Beberapa teknik telah dilaporkan untuk formulasi dari tablet cepat larut atau tablet orodispersibel antara lain (Allen dan Wang, 1997):

a. Freeze drying b. Tablet moulding c. Spray drying d. Sublimation


(28)

2.2.3.1 Freeze drying

Freeze-Drying merupakan proses dimana air disublimasi dari produk setelah dibekukan. Teknik ini menciptakan suatu struktur amorf berpori yang dapat melarut dengan cepat (Lailla, 1997).

Bahan aktif dilarutkan atau didispersikan dalam suatu larutan sebagai carrier/polimer. Campuran ini ditimbang lalu dituang pada dinding kemasan blister. Kemasan blister dilewatkan pada saluran pembeku nitrogen cair untuk membekukan larutan obat. Kemudian kemasan blister beku diletakkan pada lemari pembeku untuk melanjutkan pengeringan beku. Setelah pengeringan beku selesai, aluminium foil digunakan pada mesin penutupan/penyegelan blister. Terakhir blister dikemas dan didistribusikan (Renon, 2000). Teknik kering beku menunjukkan peningkatan absorpsi dan meningkatkan bioavailabilitas. Kekurangan utama dari teknik liofilisasi adalah mahal dan membutuhkan waktu yang lama; kerapuhan membuat kemasan konvensional tidak sesuai untuk produk ini dan stabilitas buruk pada kondisi di bawah tekanan (Bhowmik, et al., 2009).

2.2.3.2 Tablet moulding

Proses pencetakan terdiri dari dua tipe, yaitu metode pelarutan dan metode pemanasan. Metode pelarutan termasuk serbuk yang dibasahi dengan pelarut hidro alkohol yang diikuti dengan kompresi dengan tekanan yang rendah pada piringan pencetak untuk mendapatkan massa yang terbasahi. Pelarut kemudian dihilangkan dengan pengeringan udara. Tablet yang dibuat dengan cara ini kurang padat dibandingkan dengan tablet kompresi dan memiliki struktur pori di dalamnya. Proses pencetakkan panas dibuat dari suspensi yang mengandung obat, dan suspense dituang pada sumuran kemasan blister, pemadatan agar pada temperatur kamar hingga membentuk gel dan pengeringan pada suhu 30oC di


(29)

bawah kondisi vakum. Kekuatan mekanik dari tablet cetak menjadi perhatian utama. Bahan pengikat yang dapat meningkatkan kekuatan mekanis dari tablet, perlu untuk ditambahkan. Penutupan rasa merupakan masalah utama dalam teknologi ini. Partikel penutupan rasa dari obat yang dibuat dengan cara penyemprotan suatu campuran dari minyak biji kapas terhidrogenasi, natrium karbonat, lesitin dan polietilen glikol. Dibandingkan dengan teknik liofilisasi, tablet yang diproduksi dengan teknik pencetakkan lebih mudah pada pembuatan skala industri (Bhowmik, et al., 2009).

2.2.3.3 Spray drying

Pada teknik ini, gelatin dapat digunakan sebagai bahan pendukung dan sebagai matriks, maltodekstrin sebagai bahan pengisi dan sodium starch glycolate dan crosspovidone digunakan sebagai superdisintegran, Tablet yang dibuat dari serbuk semprot kering telah dilaporkan dapat terdisintegrasi dalam waktu kurang dari 20 detik dalam medium berair. Serbuk semprot kering ini yang dikompresi menjadi tablet menunjukkan disintegrasi secara cepat dan meningkatkan disolusi (Bhowmik, et al., 2009).

2.2.3.4 Sublimation (sublimasi)

Untuk mendapatkan matriks berpori, bahan-bahan volatil ditambahkan pada formulasi yang kemudian akan diproses dengan sublimasi. Bahan yang sangat mudah menguap seperti ammonium bikarbonat, ammonium karbonat, kampora dan urea dapat dikompresi bersama eksipien lainnya hingga membentuk tablet. Bahan volatil ini kemudian dihilangkan dengan sublimasi dan akan meningkatkan matriks yang berpori. Tablet yang dihasilkan dengan teknik ini dilaporkan biasanya terdisintegrasi dalam waktu 10 - 20 detik (Bhowmik, et al., 2009).


(30)

2.2.3.5 Direct compression (kempa langsung)

Direct compression menunjukkan teknik pembuatan tablet yang paling sederhana dan hemat biaya. Teknik ini diterapkan pada pembuatan tablet cepat hancur karena avaibilitas dari eksipien terutama superdisintegran (Bhowmik, et al., 2009).

2.3 Superdisintegran

Pada beberapa teknologi tablet terdisintegrasi oral berdasarkan kempa langsung, penambahan superdisintegran dasarnya mempengaruhi laju disintegrasi dan mempercepat disolusi (Bhowmik, et al., 2009). Gaya antarmolekul mendominasi terjadinya water uptake. Ketika suatu cairan dengan konstanta dielektrik yang cocok menggantikan udara dalam partikel tablet, ikatan antarmolekul melemah dan hancur. Cairan berpenetrasi ke dalam tablet sehingga ikatannya melemah dan tablet cepat hancur (Ferrari et al., 1996).

Ada 4 mekanisme kerja utama dari superdisintegran, yaitu: 1. Mengembang (swelling)

Mungkin mekanisme yang secara luas diterima untuk tablet terdisintegrasi adalah pengembangan. Tablet dengan porositas yang tinggi menunjukkan disintegrasi yang buruk terkait dengan kurangnya kemampuan untuk mengembang. Di samping itu, kemampuan mengembang yang cukup berada pada tablet dengan porositas yang rendah (Bhowmik, et al., 2009).

2. Porositas dan kapilaritas (wicking)

Disintegrasi dengan aksi kapilaritas merupakan tahapan pertama. Ketika kita meletakkan tablet kepada medium cair yang sesuai, medium akan berpenetrasi ke dalam tablet dan menggantikan udara yang ada pada partikel, yang mana akan melemahkan ikatan intermolekuler dan merusak tablet menjadi ukuran


(31)

yang halus. Pengambilan air oleh tablet berhgantung pada hidrofilisitas dari obat/eksipien dan kondisi saat penbuatan. Untuk tipe ini disintegran menjaga struktur pori dan menurunkan tegangan antar muka kepada cairan yang penting untuk membantu proses disintegrasi dengan menciptakan suatu jaringan hidrofilik di sekitar partikel obat (Bhowmik, et al., 2009).

3. Disintegrasi partikel

Mekanisme lain dari disintegran dapat dijelaskan pada tablet yang dibuat dengan disintegran yang “tidak mengembang”. Guyot-Hermann mengajukan suatu teori repulsif partikel berdasarkan penelitian dari partikel yang tidak bisa mengembang juga menyebabkan tablet terdisintegrasi. Gaya elektrik repulsif antara partikel merupakan mekanisme dari disintegrasi dan air dibutuhkan untuk hal itu. Peneliti menemukan bahwa repulsi merupakan kejadian yang menyebabkan wicking (Bhowmik, et al., 2009).

4. Deformasi

Selama pengempaan tablet, partikel yang terdisintegrasi mengalami deformasi dan partikel deformasi ini menjadi struktur normalnya ketika terjadi kontak dengan media cair atau air. Biasanya, kapasitas pengembangan dari amilum meningkat ketika granul mengalami deformasi selama pengempaan. Peningkatan ukuran dari partikel yang mengalami deformasi dan merusak tablet. Hal inilah yang mungkin menjadi mekanisme dari amilum dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut (Bhowmik, et al., 2009).


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang meliputi formulasi Orally Disintegrating Tablet (ODT) domperidon dan evaluasi sediaan.

2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin pencetak tablet single punch (Erweka), Disintegration Tester (Copley), Dissolution Tester (Veego), Strong Cobb Hardness Tester (Copley), Roche Friabilator (Copley), Spektrofotometer UV (Shimadzu), Stopwatch, Neraca listrik (Boeko), alat-alat gelas dan alat laboratorium lainnya.

2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domperidon (Vasudha Pharma Chem Limited), Krospovidon (Amishi Drugs&Chemicals), Primogel (Amishi Drugs&Chemicals), Avicel Ph102 (Gujarat Microwax), Mg Stearat (Faci Asia Pacific), PEG 6000 (NOF Corporation), Aspartam (Changzou Kelong Chemicals), Maltodekstrin (Sorini Agro Asia Corp.).

2.3 Prosedur Kerja

2.3.1 Pembuatan orally disintegrating tablet domperidon

Formula ODT domperidon untuk 1 tablet dapat dilihat pada Tabel 1. Dimana superdisintegran yang digunakan dalam formulasi ini adalah campuran Primogel dengan Krospovidon. Optimalisasi formula yang diuji dengan membandingkan superdisintegran dengan Avicel Ph102 yang dicampur. Adapun formula yang digunakan adalah Tabel 1.


(33)

Tabel 1. Komposisi formulasi ODT domperidon

Komposisi

Formula

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10

Domperidon (mg)

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Avicel Ph102 (mg) 9,352 (16,7%) 37,352 (66,7%) 9,352 (16,7%) 56 (100%) - - 28 (50%) 28 (50%) - 18,65 (33,33%) Primogel (mg) 37,352 (66,7%) 9,352 (16,7%) 9,352 (16,7%) - 56 (100%) - 28 (50%) - 28 (50%) 18,65 (33,33%) Krospovidon (mg) 9,352 (16,7%) 9,352 (16,7%) 37,352 (66,7%) - - 56 (100%) - 28 (50%) 28 (50%) 18,65 (33,33%) Mg Stearat (mg)

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

PEG 6000 (mg)

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Aspartam (mg)

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

Maltodekstrin (mg)

126 126 126 126 126 126 126 126 126 126

Total (mg) 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200

Keterangan:

F1 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 16,7 : 66,7 : 16,7 F2 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 66,7 : 16,7 : 16,7 F3 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 16,7 : 16,7 : 66,7 F4 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 100 : 0 : 0 F5 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 0 : 100 : 0 F6 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 0 : 0 : 100 F7 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 50 : 50 : 0 F8 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 50 : 0 : 50 F9 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 0 : 50 : 50 F10 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 33,3 : 33,3 : 33,3 Cara pembuatan:

Ditimbang bahan-bahan yang sesuai dengan perbandingan tertentu pada tabel 2, kemudian dimasukkan bahan-bahan dengan volume yang kecil ke dalam botol kaca lalu dicampur dengan bahan-bahan lain dengan volume yang lebih kurang sama yang ada di dalam botol, begitu seterusnya sampai semua bahan


(34)

tercampur homogen. Lakukan uji preformulasi yang meliputi sudut diam, waktu alir dan indeks tap. Kemudian massa dicetak menjadi tablet dengan diameter 9 mm dan berat 200 mg.

2.3.2 Uji preformulasi

Uji preformulasi dilakukan terhadap campuran massa tablet domperidon yang meliputi sudut diam, waktu alir, dan indeks tap.

2.3.2.1 Waktu alir

Penetapan laju alir dilakukan dengan menggunakan corong. Seratus gram granul dimasukkan ke dalam corong yang telah dirangkai, permukaannya diratakan. Penutup bawah corong dibuka dan secara serentak stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan jika seluru granul telah habis melewati corong dan dicatat waktu alirnya.

Syarat: talir < 10 detik (Cartensen, 1977)

2.3.2.2 Sudut diam

Penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan corong. Seratus gram granul dimasukkan ke dalam corong, permukaannya diratakan, lalu penutup bawah corong dibuka dan dibiarkan granul mengalir melalui corong dan ditentukan besar sudut diamnya dengan rumus:

Tg Ɵ = 2h/D Keterangan : Ɵ = sudut diam

h = tinggi kerucut (cm) D = diameter (cm)


(35)

2.3.2.3 Indeks tap

Granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan diukur volume awalnya (V1) lalu dihentakkan sehingga diperoleh volume akhirnya (V2) yang konstan. Indeks tap dihitung dengan rumus:

I = �1−�2

�1 Ẋ 100%

Keterangan : I = Indeks Tap

V1 = volume sebelum hentakan V2 = volume setelah hentakan

Syarat : I ≤ 20% (Cartensen, 1977)

2.3.3 Analisa kuantitatif

2.3.3.1 Pembuatan larutan induk baku I

Ditimbang seksama sejumlah 10 mg domperidone, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dilarutkan dengan etanol dan diencerkan dengan HCl 0,1 N hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 µg/ml (LIB).

2.3.3.2 Penentuan kurva serapan domperidon

Dipipet LIB I sebanyak 5 ml ke dalam labu tentukur 25 ml diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda (konsentrasi teoritis 20 µg/ml), kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 200 sampai 400 nm.

2.3.3.3 Penentuan linearitas kurva kalibrasi domperidon dalam etanol

Dipipet LIB I sebanyak 2,5 ml; 5,0 ml; 7,5 ml; 10,0 dan 12,5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, diencerkan dengan HCl 0.1 N hingga garis tanda. Kocok sehingga diperoleh konsentrasi 5,0 µg/ml; 10,0 µg/ml, 15,0 µg/ml, 20,0 µg/ml dan 25,0 µg/ml. Masing-masing larutan kemudian diukur serapannya menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang


(36)

maksimum. Kurva kalibrasi antara jumlah serapan dengan konsentrasi dibuat dari data yang diperoleh, lalu dihitung persamaan regresi dan koefisien korelasinya.

2.4 Evaluasi Tablet

2.4.1 Penetapan kadar domperidon dalam tablet

Sebanyak 20 tablet ODT ditimbang seksama lalu diserbukkan. Selanjutnya ditimbang sejumlah serbuk setara dengan 10 mg domperidon. Serbuk ini lalu dimasukkan ke dalam tentukur 100 ml, dilarutkan dengan larutan etanol dan diencerkan dengan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Larutan disaring dengan membuang beberapa tetes pertama filtrat. Dipipet 5 ml filtrat dimasukkan ke dalam tentukur 50 ml lalu diencerkan dengan larutan HCl 0,1 N hingga garis tanda. Larutan ini lalu diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang yang dianalisis.

2.4.2 Uji kekerasan tablet

Alat : Strong Cobb Hardness Tester (Copley) Cara :

Sebuah tablet diletakkan tegak lurus di antara anvil dan punch, tablet dijepit dengan memutar sekrup pengatur hingga tanda lampu “stop” menyala, knop ditekan dan dicatat angka yang ditunjukkan jarum penunjuk skala pada saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan untuk 5 tablet.

Ketentuan umum : Kekerasan tablet 0,1 – 2 kg (Abu Izza, 2004).

2.4.3 Uji friabilitas

Alat : Roche Friabilator (Copley) Cara :

Ditimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a gram). Tablet dimasukkan ke dalam alat friabilator, lalu alat dijalankan selama 4


(37)

menit (100 kali putaran). Setelah batas waktu yang ditentukan tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang beratnya (b gram).

Friabilitas (F) = (a – b)/a x 100%

Ketentuan umum : Kehilangan berat ≤ 0.8% (Voight, 1994).

2.4.4 Uji waktu hancur

Alat : Disintegration Tester (Copley) Cara :

Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet masing-masing tabung dari keranjang, kemudian alat dijalankan. Digunakan air dengan suhu 37o ± 2oC sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, angkat keranjang dan amati keenam tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang dari 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna.

Persyaratan : Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak lebih dari 1 menit (Manivannan, 2009).

2.4.5 Uji keseragaman sediaan

Tablet yang dibuat yaitu tablet domperidon dengan berat satu tablet 200 mg dan mengandung domperidon 10 mg, berarti 50% jumlah zat berkhasiatnya kurang dari 50 mg, karena itu penetapan keseragaman sediaan yang dilakukan dengan menetapkan keseragaman kandungan (Ditjen POM, 1995), yang dilakukan seperti berikut :

Satu tablet digerus lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur dan dilarutkan dengan larutan etanol dan diencerkan dengan HCl 0,1 N hingga garis tanda. Larutan disaring dengan membuang beberapa tetes filtrat. Dipipet 5 ml fitrat ke


(38)

dalam labu tentukur 50 ml dan encerkan dengan larutan HCl 0,1 N sampai garis tanda. Larutan ini lalu diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang analisis. Uji ini dilakukan terhadap 10 tablet.

Tablet memenuhi persyaratan dalam keseragaman kandungan jika kadarnya terletak antara 85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%. Jika tidak memenuhi syarat maka dilakukan uji 20 satuan tambahan, dan persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 yang terletak di luar rentang 85% hingga 115% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang tertera pada etiket dan tidak ada satuan yang terletak di luar rentang 75% hingga 125% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari 7,0% (Ditjen POM, 1995).

2.4.6 Uji disolusi tablet

Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat Dissolution Tester.

Medium : 900 ml HCl 0,1N

Alat : tipe 2 (metode dayung)

Kecepatan putaran : 50 rpm

Waktu : 30 menit

Cara :

Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml medium disolusi yang bersuhu 37o ± 2oC. Kemudian dayung diputar dengan kecepatan 50 rpm. Pada interval waktu 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27 dan 30 menit larutan dipipet sebanyak 10 ml cuplikan. Pengambilan cuplikan dilakukan pada posisi yang sama yaitu pertengahan antara permukaan medium disolusi dan


(39)

bagian atas dari dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah (Ditjen POM, 1995). Larutan cuplikan ini diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang analisis. Selanjutnya diperoleh persen kumulatif pelepasan obat.

Persyaratan : Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 75% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket (The United States Pharmacopoeia Convention XXX, 2007).

2.4.7 Uji waktu pembasahan (wetting time)

Kertas saring yang berbentuk lingkaran diletakkan ke dalam cawan petri berdiameter 9 cm yang telah berisi 9 ml larutan metil biru 0,1% b/v dalam air suling. Satu tablet diletakkan perlahan-lahan dibagian tengah cawan petri tersebut, kemudian dicatat waktu pembasahan sempurna dari tablet. Waktu pembasahan (wetting time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk membuat permukaan atas dari tablet menyerap warna (Bhowmik, et al., 2009).

2.4.8 Uji rasio absorbsi air

Kertas saring yang berbentuk lingkaran diletakkan kedalam cawan petri berdiameter 9 cm yang telah berisi 9 ml larutan metil biru 0,1% b/v dalam air suling. Satu tablet diletakkan perlahan-lahan dibagian tengah cawan petri tersebut, kemudian dicatat waktu pembasahan sempurna dari tablet, kemudian ditimbang berat tablet sebelum dan sesudah terbasahi. Rasio absorpsi air dihitung dengan rumus R = 100 x (wa-wb)/wb di mana wb adalah berat tablet sebelum menyerap air dan wa adalah berat tablet setelah menyerap air (Bhowmik, et al., 2009).

2.4.9 Uji waktu hancur di mulut

Uji ini menggunakan 7 sukarelawan untuk 10 kode formula ODT. Sebelum memulai uji, setiap sukarelawan diharuskan mencuci mulut terlebih


(40)

dahulu, lalu diletakkan satu tablet ODT diatas lidah mereka dan dibiarkan tablet hingga hancur sempurna. Waktu yang dibutuhkan agar tablet hancur tanpa mengunyah dihitung, setelah itu tablet segera diludahkan. Titik akhir untuk waktu hancur di mulut adalah waktu dimana tablet yang diletakkan di lidah menjadi hancur (tablet tidak utuh lagi).

2.5 Analisis Data Secara Statistik

Menurut Gandjar (2007), kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan menggunakan metode standar deviasi dengan rumus:

SD =

∑| ��−� |

�−1

Keterangan : Xi = nilai dari masing-masing pengukuran

� = rata-rata dari pengukuran

Untuk mencari thitung digunakan rumus:

t

hitung

=

�−� ��

√� �

Menurut Wibisono (2005), sebagai dasar penolakan data hasil uji analisis adalah thitung ≥ ttabel atau thitung - ttabel. Untuk menentukan kadar zat aktif dalam sampel

dengan taraf kepercayaan 99%, α = 0.01, dk= n-1, dapat digunakan rumus: Kadar sebenarnya : µ = �± t (α/2;dk) x (SD/√� )

Keterangan ;

X = Interval kepercayaan kadar sampel

� = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi

dk = derajat kebebasan (dk = n-1) α = taraf kepercayaan ; dan n = jumlah perlakuan


(41)

2.5.1 Uji statistik terhadap evaluasi waktu hancur

Evaluasi dari ODT dan sediaan tablet domperidon dibandingkan secara in vitro. Data dibandingkan menggunakan uji anova dengan signifikansi (p< 0,05). Analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 17,0.

2.5.2 Uji statistik terhadap profil pelepasan obat

Profil pelepasan obat dari ODT dan sediaan tablet domperidon dibandingkan secara in vitro. Data dibandingkan menggunakan uji anova dengan signifikansi (p < 0,05). Analisa statistik dilakukan menggunakan program SPSS 17,0.


(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Uji Preformulasi Granul Domperidon

Uji preformulasi yang dilakukan meliputi sudut diam, waktu alir, dan indeks tap. Dari hasil uji yang dilakukan dapat diketahui sifat massa yang akan dicetak menjadi tablet. Adapun hasil uji preformulasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Hasil uji preformulasi granul domperidon

Formula Sudut Diam (˚)

Waktu Alir

(detik) Indeks Tap (%) F1 28,43 ± 0,31 3,14 ± 0,07 12,46 ± 2,87 F2 27,13 ± 0,49 5,07 ± 0,05 11,74 ± 1,80 F3 26,71 ± 0,12 4,66 ± 0,06 13,91 ± 3,14 F4 26,65 ± 0,31 6,24 ± 0,17 14,40 ± 1,55 F5 26,39 ± 0,16 4,15 ± 0,09 18,60 ± 1,69 F6 27,72 ± 0,15 5,19 ± 0,18 19,08 ± 1,80 F7 28,87 ± 0,15 5,15 ± 0,12 15,00 ± 1,52 F8 27,53 ± 0,15 6,28 + 0,05 15,25 ± 2,36 F9 28,59 ± 0,19 4,73 ± 0,03 16,11 ± 1,78 F10 27,27 ± 0,17 5,83 ± 0,04 11,80 ± 2,06

Syarat 20-40 < 10 < 20

Keterangan :

F1 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 16,7 : 66,7 : 16,7 F2 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 66,7 : 16,7 : 16,7 F3 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 16,7 : 16,7 : 66,7 F4 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 100 : 0 : 0 F5 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 0 : 100 : 0 F6 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 0 : 0 : 100 F7 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 50 : 50 : 0 F8 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 50 : 0 : 50 F9 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 0 : 50 : 50 F10 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 33,3 : 33,3 : 33,3


(43)

3.1.1 Uji waktu alir

Dari Tabel 2 di atas dan Gambar 1 dapat diketahui bahwa semua formula menunjukkan hasil uji preformulasi waktu alir yang masih berada dalam batas persyaratan uji waktu alir, yaitu F1 sebesar 4,40 detik, F2 sebesar 5,07 detik, F3 sebesar 4,66 detik, F4 sebesar 5,19 detik, F5 sebesar 6,24 detik, F6 sebesar 4,15 detik, F7 sebesar 6,28 detik, F8 sebesar 4,73 detik, F9 sebesar 5,15 detik, F10 sebesar 5,83 detik. Hal ini sesuai persyaratan uji preformulasi waktu alir, yaitu waktu yang diperlukan tidak lebih 10 detik. Menurut Cartensen (1977), waktu yang diperlukan dalam uji waktu alir tidak boleh lebih dari 10 detik, karena jika tidak akan dijumpai kesulitan pada keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin. Hasil uji waktu alir dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram batang waktu alir

Berdasarkan data sifat waktu alir massa tablet dapat diperoleh persamaan : Y = 0,06A + 0,04B + 0,05C – 8,68AB + 2,21AC – 4,98BC – 5,25ABC Y = sifat waktu alir massa tablet (detik)

A = jumlah Avicel Ph102 yang digunakan (bagian) B = jumlah Primogel yang digunakan (bagian) C = jumlah Krospovidon yang digunakan (bagian)

0 2 4 6 8 Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 5 Formula 6 Formula 7 Formula 8 Formula 9 Formula 10 W a ktu ( d e ti k) Jenis formula

Diagram Waktu Alir


(44)

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Avicel Ph102 (0,06) paling berpengaruh dalam meningkatkan sifat alir massa tablet dibandingkan dengan Primogel (0,04) dan Krospovidon (0,05). Hal ini disebabkan karena Avicel Ph102 berbentuk granul yang kecil sehingga menghasilkan waktu alir yang maksimal. Sedangkan Primogel cenderung memperburuk sifat alir granul karena Primogel yang mengalami deformasi elastik dengan pemberian tekanan dan menghasilkan fines yang dapat menurunkan sifat alir granul (Siregar, 2010). Waktu alir yang baik yaitu lebih kecil dari 10 detik (Lachman, 1994). Semua formula memenuhi persyaratan waktu alir karena waktu alirnya lebih kecil dari 10 detik. Contour plot

sifat alir dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1Contour plot sifat alir (detik)

3.1.2 Uji sudut diam

Dari Tabel 2 di atas dan Gambar 2 juga dapat dilihat hasil uji preformulasi sudut diamdari semua formula yaitu F1 sebesar 28,43˚, F2 sebesar 27,13˚, F3 sebesar 26,71˚, F4 sebesar 26,65˚, F5 sebesar 26,39˚, F6 sebesar 27,72˚, F7 sebesar 28,87˚, F8 sebesar 27,53˚, F9 sebesar 28,59˚, F10 sebesar 27,27˚. Hasil uji preformulasi sudut diam ini menunjukkan hasil yang beragam dari semua formula,


(45)

namun semuanya masih berada dalam batas persyaratan uji preformulasi sudut diam dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram batang sudut diam

Berdasarkan data sudut diam massa tablet dapat diperoleh persamaan : Y = 0,26A + 0,26B + 0,27C + 9,79AB + 8,30AC + 6,15BC – 4,36ABC Y = sudut diam massa tablet (˚)

A = jumlah Avicel Ph102 yang digunakan (bagian) B = jumlah Primogel yang digunakan (bagian) C = jumlah Krospovidon yang digunakan (bagian)

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Avicel Ph102 (0,26) berpengaruh sangat dominan untuk meningkatkan derajat sudut diam massa tablet jika dibandingkan Primogel dan Krospovidon. Contour plot Sudut Diam dapat dilihat pada Gambar 2.1.

24,5 25 25,5 26 26,5 27 27,5 28 28,5 29 29,5

S

u

d

u

t d

ia

m

(

˚)

Jenis formula

Diagram Sudut Diam


(46)

Gambar 2.1.Contour plot sudut diam (˚)

3.1.3 Uji indeks tap

Dari Tabel 2 di atas dan Gambar 3 juga menunjukkan besarnya hasil uji preformulasi indeks tap dari masing-masing formul. F1 memiliki indeks tap sebesar 12,46%, F2 sebesar 11,74%, F3 sebesar 13,91%, F4 sebesar 14,40%, F5 sebesar 18,60%, F6 sebesar 19,08%, F7 sebesar 15,00%, F8 sebesar 15,25%, F9 sebesar 16,11%, F10 sebesar 11,80%. Hasil uji preformulasi indeks tap ini menunjukkan hasil yang beragam-ragam dari tiap-tiap formula, namun semuanya masih berada dalam batas persyaratan uji preformulasi indeks tap. Menurut Guyot (1978), granul yang bersifat mengalir bebas adalah partikel yang memiliki indeks tap ≤ 20%. Pengujian indeks tap memiliki peran yang sangat penting dalam hal gambaran awal terhadap kelayakan cetak dari massa granul menjadi tablet. Hal ini menunjukkan daya tahan granul terhadap daya kompresi yang diberikan oleh alat pencetak tablet. Semakin rendah persentase indeks tap menunjukkan kualitas yang


(47)

lebih baik dari sifat fisis massa granul yang akan diformulasikan ke dalam bentuk tablet. Hasil indeks tap dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram batang indeks tap

Berdasarkan data indeks tap massa tablet dapat diperoleh persamaan : Y = 0,14A + 0,18B + 0,19C – 6,70AB – 6,00AC – 1,15BC – 1,01ABC Y = Indeks Tap massa tablet (%)

A = jumlah Avicel Ph102 yang digunakan (bagian) B = jumlah Primogel yang digunakan (bagian) C = jumlah Krospovidon yang digunakan (bagian)

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Krospovidon (0,19) berpengaruh sangat besar terhadap persentase Indeks Tap massa tablet jika dibandingkan Primogel (0,18) dan Avicel Ph102 (0,14). Contour plot Indeks Tap dapat dilihat pada Gambar 3.1.

0 5 10 15 20 25

In

d

e

k

s

t

a

p

(

%)

Jenis formula

Diagram Indeks Tap


(48)

(49)

3.2 Uji Evaluasi ODT Domperidon

Uji evaluasi yang dilakukan meliputi kekerasan, friabilitas, waktu hancur, waktu pembasahan, rasio absorpsi air, kadar zat berkhasiat, keseragaman kandungan, disolusi, waktu hancur di mulut. Adapun hasil evaluasi tablet domperidon dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Hasil evaluasi tablet domperidon

Formula Kekeras an (kg) Friabilitas (%) Waktu hancur (detik) Waktu Pembasah an (detik) Rasio absorpsi air (%) Kadar Zat Berkhasi at (%) Keseragam an Kandunga n (%) F1 1,556 ± 0,1078 0,47 ± 0,07 15,86 ± 1,50 18,01 ± 2,54 51,05 ± 5,22 99,96 ± 0,808 100,65 ± 1,48 F2 2,212 ± 0,1088 0,24 ± 0,08 25,7 ± 3,56 22,43 ± 4,58 49,90 ± 3,59 100,15 ± 0,4845 101,06 ± 3,65 F3 0,518 ± 0,1073 0,37 ± 0,10 15,00 ± 2,75 16,00 ± 0,10 89,63 ± 1,68 100,74 ± 0,3566 100,88 ± 3,48 F4 2,514 ± 0,2075 0,16 ± 0,12 50,28 ± 3,20 47,86 ± 0,10 34,05 ± 2,15 100,98± 0,8413 100,91 ± 2,39

F5 - - - -

F6 - - - -

F7 1,648 ± 0,072 0,31 ± 0,09 18,83 ± 1,60 37,43 ± 3,51 59,18 ± 7,21 101,47± 0,7471 99,64 ± 4,21 F8 0,86 ± 0,039 0,32 ± 0,09 18,36 ± 1,26 37,00 ± 3,56 71,9 ± 1,00 101,04± 0,5644 101,58 ± 4,33

F9 - - - -

F10 1,354 ± 0,050 0,22 ± 0,18 15,43 ± 2,09 16,87 ± 1,62 65,92 ± 3,42 100,13 ± 0,3701 99,49 ± 3,17

Syarat 0,1 – 2 ≤ 0.8 ≤ 60 90 - 110

Keterangan :

F1 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 16,7 : 66,7 : 16,7 F2 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 66,7 : 16,7 : 16,7 F3 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 16,7 : 16,7 : 66,7 F4 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 100 : 0 : 0 F5 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 0 : 100 : 0 F6 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 0 : 0 : 100 F7 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 50 : 50 : 0 F8 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 50 : 0 : 50 F9 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 0 : 50 : 50 F10 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 33,3 : 33,3 : 33,3


(50)

3.2.1 Kekerasan

Dari Tabel 3 di atas dan Gambar 4 dapat dilihat nilai kekerasan tablet dari masing-masing formula, dimana kekerasan tablet pada F1 adalah 1,556 kg; F2 sebesar 2,514 kg; F3 sebesar 0,518 kg; F4 sebesar 2,212 kg; F7 sebesar 1,648 kg; F8 sebesar 0,86 kg; F10 sebesar 1,354 kg, Orally Disintegrating Tablet (ODT) dirancang supaya mempunyai disolusi atau disintegrasi yang cepat, sehingga tablet umumnya mempunyai porositas yang tinggi untuk menjamin absorpsi air yang cepat ke dalam tablet (Fu, 2004). Oleh karena itu, pada umumnya ODT mempunyai kekerasan yang lebih rendah daripada kekerasan tablet pada umumnya (0,1 - 2 kg). Hasil Kekerasan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram batang kekerasan

Berdasarkan data kekerasan tablet maka diperoleh persamaan :

Y = 2,53A + 0,14B – 6,90C + 1,88AB – 1,70AC + 1,47BC + 1,93ABC Y = Kekerasan tablet (Kg)

A = jumlah Avicel Ph102 yang digunakan (bagian) B = jumlah Primogel yang digunakan (bagian) C = jumlah Krospovidon yang digunakan (bagian)

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 7 Formula 8 Formula 10

Ke

k

e

ra

sa

n

(

Kg

)

Jenis formula

Diagram Kekerasan


(51)

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Avicel Ph102 (2,53) paling dominan berpengaruh dalam meningkatkan kekerasan tablet dibandingkan Primogel dan Krospovidon, karena Avicel Ph102 dapat memperbaiki sifat higrokopisitas Krospovidon, tetapi Primogel dan Krospovidon dapat mengalami deformasi elastik pada saat pentabletan sehingga dapat menurunkan kekerasan.

Contour plot Kekerasan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1.Contour plot kekerasan dari berbagai formula dengan metode cetak langsung.

3.2.2 Friabilitas

Friabilitas memberikan gambaran ketahanan tablet terhadap benturan mekanis pada saat pengangkutan dan pengemasan. Nilai friabilitas yang besar menunjukkan tablet yang rapuh. Menurut Voight (1994), friabilitas dari tablet yang diperbolehkan adalah ≤0,8%.

Dari Tabel 3 di atas dan Gambar 5 dapat dilihat hasil evaluasi friabilitas tablet, yaitu F1 sebesar 0,47%; F2 sebesar 0,24%; F3 sebesar 0,37%; F4 sebesar 0,16%; F7 sebesar 0,31%; F8 sebesar 0,32%; F10 sebesar 0,22%. Hal ini


(52)

persyaratan yang telah ditetapkan. Walaupun hasil yang ditunjukkan bervariasi tetapi masih berada dalam batas penerimaaan evaluasi friabilitas tablet dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram batang friabilitas

Berdasarkan data friabilitas tablet maka diperoleh persamaan :

Y = 1,14A + 5,99B + 3,18C + 9,47AB + 9,31AC + 1,83BC + 1,57ABC Y = Friabilitas tablet (%)

A = jumlah Avicel Ph102 yang digunakan (bagian) B = jumlah Primogel yang digunakan (bagian) C = jumlah Krospovidon yang digunakan (bagian)

Berdasarkan nilai koefisien maka Avicel Ph102 (1,14) paling dominan berpengaruh dalam meningkatkan friabilitas tablet dibandingkan Primogel (5,99) dan Krospovidon (3,18), karena Avicel Ph102 memiliki kompaktibilitas yang baik dibandingkan dengan Krospovidon dan Primogel sehingga tablet yang dihasilkan lebih kompak. Hasil ini menunjukkan bahwa keregasan memenuhi persyaratan yang ditetapkan ≤0,8% yang contour plotnya dapat dilihat pada Gambar 5.1. (Lachman, 1994).

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 7 Formula 8 Formula 10

F

ria

b

ilit

a

s (

%

)

Jenis formula

Diagram Friabilitas


(53)

Gambar 5.1.Contour plot friabilitas dari berbagai formula dengan metode cetak langsung.

3.2.3 Waktu hancur

Pada Tabel 3 di atas dan Gambar 6 juga dapat dilihat bahwa waktu hancur tablet dari semua formula memiliki waktu hancur yang cepat, yaitu F1 sebesar 15,86 detik; F2 sebesar 25,70 detik; F3 sebesar 15 detik; F4 sebesar 50,28 detik; F7 sebesar 18,83 detik; F8 sebesar 18,36 detik; F10 sebesar 15,43 detik.

Dapat dilihat bahwa waktu hancur dari formula tablet yang tidak menggunakan superdisintegran jauh lebih lama dibandingkan dengan formula ODT yang menggunakan campuran superdisintegran memiliki waktu hancur yang cepat. Hal ini mungkin disebabkan karena krospovidon merupakan superdisintegran yang mekanisme kerjanya bertindak sebagai kapiler. Sedangkan primogel merupakan disintegran yang memiliki afinitas yang sangat baik untuk air dan mengembang saat terbasahi. Hasil waktu hancur tablet dapat dilihat pada Gambar 6.


(54)

Gambar 6. Diagram batang waktu hancur

Berdasarkan data waktu hancur tablet maka diperoleh persamaan : Y = 0,48A + 0,01B + 0,01C – 2,59AB – 2,81AC + 6,10 BC + 1,88ABC Y = Waktu Hancur tablet (%)

A = jumlah Avicel Ph102 yang digunakan (bagian) B = jumlah Primogel yang digunakan (bagian) C = jumlah Krospovidon yang digunakan (bagian)

Berdasarkan nilai koefisien regresi dari persamaan tersebut dalam contour plot pada gambar 6.1. Primogel (0,01) dan Krospovidon (0,01) paling berpengaruh sangat dominan dalam mempercepat waktu hancur dibandingkan Avicel Ph102 (0,48). Primogel mempersingkat waktu hancur karena Primogel mempunyai sifat meningkatkan daya kapilaritas. Contour plot waktu hancur dapat dilihat pada Gambar 6.1.

0 10 20 30 40 50 60

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 7 Formula 8 Formula 10

W

a

ktu

(

d

e

ti

k)

Jenis formula


(55)

Gambar 6.1.Contour plot waktu hancur dari berbagai formula dengan metode cetak langsung

Dari hasil yang diperoleh data waktu hancur dari berbagai formula, untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan atau bermakna dari waktu hancur pada ODT formula 1, formula 2, formula 3, formula 4, formula 7, formula 8, formula 10, maka dilakukan uji statistik anova dengan menggunakan program SPSS 17,0 dengan p < 0,05 pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji anova waktu hancur formula ODT Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 4880.836 6 813.473 264.463 .000 Within Groups 86.126 28 3.076

Total 4966.962 34

Keterangan : Between Groups = antar kelompok semua formula Within Groups = dalam satu kelompok formula Sig. = Signifikansi

Dari hasil uji anova diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan atau bermakna antara formula 1, formula 2, formula 3, formula 4,


(56)

mengetahui dimanakah letak perbedaan signifikan atau bermakna dari formula maka dilakukan juga uji Duncan. Hasil uji Duncan evaluasi waktu hancur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji Duncan evaluasi waktu hancur formula ODT

Formula

Subset for alpha = 0.05

N 1 2 3 4

3 5 15.0640

10 5 15.4680

1 5 15.8500

8 5 18.3600

7 5 18.8540

2 5 25.7120

4 5 50.5580

Sig. .511 .659 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.

Dari hasil uji Duncan pada Tabel 5 di atas maka dapat diketahui bahwa bahwa antara formula 1, formula 3, dengan formula 10 tidak ada perbedaan yang bermakna atau signifikan, formula 7 dengan formula 8 tidak ada perbedaan yang bermakna atau signifikan. Sedangkan untuk formula 2 dan formula 4 terdapat perbedaan yang signifikan terhadap semua formula.

3.2.4 Waktu pembasahan (wetting time)

Karena proses disolusi suatu tablet tergantung pada pembasahan tablet yang diikuti dengan disintegrasi tablet, maka waktu pembasahan (wetting time) merupakan salah satu parameter penting dalam evaluasi Orally Disintegrating Tablet (ODT) (Rao, et al., 2009). Waktu pembasahan memberikan gambaran tentang waktu yang dibutuhkan untuk membasahi seluruh permukaan tablet dengan sempurna. Zat berkhasiat akan terdisolusi setelah mengalami proses


(57)

pembasahan dan disintegrasi. Disintegrasi tablet sangat tergantung pada proses pembasahan.

Dari Tabel 3 di atas dan Gambar 7 dapat dilihat hasil evaluasi waktu pembasahan tablet, yaitu F1 sebesar 18,01 detik; F2 sebesar 22,43 detik; F3 sebesar 16 detik; F4 sebesar 47,86 detik; F7 sebesar 37,43 detik; F8 sebesar 37 detik; F10 sebesar 16,87 detik.

Gambar 7. Diagram batang waktu pembasahan

Berdasarkan data waktu pembasahan tablet maka diperoleh persamaan : Y = 0,44A + 0,04B + 1,21C + 5,30AB + 4,44AC + 7,41BC – 3,16ABC Y = Waktu Pembasahan tablet (detik)

A = jumlah Avicel Ph102 yang digunakan (bagian) B = jumlah Primogel yang digunakan (bagian) C = jumlah Krospovidon yang digunakan (bagian)

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Primogel (0,04) paling berpengaruh dalam mempercepat waktu pembasahan dibandingkan Avicel Ph102 (0,44) dan Krospovidon (1,21). Avicel Ph102 dan Primogel mempunyai daya tarik

0 10 20 30 40 50 60

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 7 Formula 8 Formula 10

W

a

ktu

(

d

e

ti

k)

Jenis formula


(58)

tablet (Lieberman, et al., 1989), sedangkan Krospovidon cenderung memperlama waktu pembasahan, karena Krospovidon meningkatkan kohesifitas sehingga dihasilkan tablet yang kompak. Semakin tinggi konsentrasi Krospovidon maka waktu keterbasahan semakin lama, sehingga tidak memenuhi syarat, sedangkan semakin tinggi primogel maka waktu pembasahan semakin cepat yang contour plotnya dapat dilihat pada Gambar 7.1 dan gambar pembasahan sempurna tablet dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 7.1.Contour plot waktu pembasahan dari berbagai formula dengan metode cetak langsung

Gambar 8. Uji waktu pembasahan ( wetting time ) Keterangan : a. pembasahan sempurna tablet


(59)

Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa waktu pembasahan tablet yang tidak menggunakan primogel atau krospovidon pada formula 4 (47,86 detik) memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tablet yang primogel dan krospovidon pada formula 1 (18,01 detik), formula 2 (22,43 detik), formula 3 (16 detik), formula 7 (37,43 detik), formula 8 (37 detik), formula 10 (16,87 detik). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan campuran superdisintegran dapat menghasilkan waktu pembasahan yang lebih cepat.

3.2.5 Uji rasio absorpsi air

Pada Tabel 3 di atas dan Gambar 9 dapat dilihat bahwa rasio absorpsi air tablet dari semua formula, yaitu F1 sebesar 51,05%; F2 sebesar 49,90%; F3 sebesar 89,63%; F4 sebesar 34,05%; F7 sebesar 59,18%; F8 sebesar 71,90%; F10 sebesar 65,92%. Orally Disintegrating Tablet (ODT) dirancang supaya mempunyai disolusi atau disintegrasi yang cepat, sehingga tablet umumnya mempunyai porositas yang tinggi untuk menjamin absorpsi air yang cepat ke dalam tablet (Fu, 2004). Hasil rasio absorpsi air dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Diagram batang rasio absorpsi air

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Formula 7 Formula 8 Formula 10

R

a

sio

(

%

)

Jenis formula


(60)

Dari gambar 9 diatas dapat diketahui bahwa rasio absorpsi air untuk tablet yang hanya menggunakan Avicel Ph102 pada formula 4 (34,05) lebih kecil dibandingkan dengan tablet yang menggunakan campuran Avicel Ph102 dengan Primogel dan Krospovidon pada F1 (51,05%), F2 (49,90%), F3 (89,63%), F7 (59,18%), F8 (71,90%), F10 (65,92%).

Berdasarkan data rasio absorpsi air tablet maka diperoleh persamaan : Y = 0,25A + 0,13B – 0,01C + 0,01AB + 0,02AC + 2,30BC + 5,07ABC Y = Rasio Absorpsi Air tablet (%)

A = jumlah Avicel Ph102 yang digunakan (bagian) B = jumlah Primogel yang digunakan (bagian) C = jumlah Krospovidon yang digunakan (bagian)

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka Avicel Ph102 (0,25) berpengaruh sangat besar terhadap persentase Rasio Absorpsi Air tablet jika dibandingkan Primogel (0,13) dan Krospovidon (0,01). Sehingga semakin tinggi konsentrasi Avicel Ph102 maka akan dihasilkan persentase rasio absoprsi air akan meningkat yang Contour plot Rasio Absorpsi Air dapat dilihat pada Gambar 9.1.

Gambar 9.1.Contour plot rasio absorpsi air dari berbagai formula dengan metode cetak langsung


(61)

3.2.6 Penentuan kurva serapan dan linearitas kurva kalibrasi domperidon dalam larutan HCl 0.1 N

3.2.6.1 Hasil penentuan panjang gelombang maksimum

Menurut Moffat (2005), domperidon memberikan serapan maksimum dalam pelarut asam pada panjang gelombang 286 nm. Dari hasil penentuan panjang gelombang maksimum diperoleh pada panjang gelombang maksimum yang sama dengan literatur yaitu 285 nm. Gambar kurva dan data serapan domperidon baku pembanding dapat dilihat pada Gambar 10.

(a)

(b)


(62)

3.2.6.2 Hasil penentuan linearitas kurva kalibrasi dalam HCl 0,1 N

Penentuan linearitas kurva kalibrasi domperidon dalam pelarut HCl 0,1 N dilakukan pada rentang konsentrasi 0,00 – 25,00 µg/ml. Dari hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,99, ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara serapan dan konsentrasi dan dari hasil perhitungan diperoleh persamaan regresi Y = 0,02839 X + 0,002292. Gambar kurva kalibrasi domperidon baku pembanding dapat dilihat Gambar 11.

Gambar 11. Kurva kalibrasi domperidon baku pembanding dalam pelarut HCl 0.1 N pada panjang gelombang maksimum 286 nm

3.2.7 Penentuan kadar domperidon dalam tablet

Dari hasil penentuan kadar domperidon dalam tablet ODT untuk formula I sebesar 99,96% ± 1,33; formula 2 sebesar 100,15% ± 0,81; formula 3 sebesar 100,74% ± 0,59; formula 4 sebesar 100,98% ± 1,38; formula 7 sebesar 101,47% ± 1,23; formula 8 sebesar 101,04% ± 0,92; formula 10 sebesar 101,13% ± 0,61. Ternyata kadar yang diperoleh ini memenuhi persyaratan kadar yang tertera dalam Farmakope Indonesia (1995), yaitu tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%.


(63)

3.2.8 Keseragaman kandungan

Dari hasil penentuan keseragaman kandungan domperidon dalam tablet ODT untuk formula 1 sebesar 100,65% ± 1,5; formula 2 sebesar 101,06% ± 3,9; formula 3 sebesar 100,88% ± 3,3; formula 4 sebesar 100,91% ± 2,4; formula 7 sebesar 99,64% ± 4,0; formula 8 sebesar 101,58% ± 4,1; formula 10 sebesar 99,49% ± 3,3. Hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan kandungan menurut Farmakope Indonesia edisi IV (1995) yaitu antara 90% hingga 110% dari yang tertera pada etiket.

3.2.9 Disolusi

Uji disolusi dari ke-7 formulasi ODT domperidon dilakukan pada menit ke-3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30. Hasil uji disolusi dapat dilihat dari tablet domperidon. Hasil uji disolusi dan grafik profil disolusi dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 12.

Tabel 6. Hasil persen kumulatif rata-rata uji disolusi tablet domperidon

Waktu (menit)

Persen kumulatif (%)

F 1 F 2 F 3 F 4 F 7 F 8 F 10

0 0 0 0 0 0 0 0

3 69,075±1,39 17,063±1,69 64,659±1,16 14,295±2,28 74,445±1,42 56,108±1,85 72,563±1,93 6 73.923±0,55 35,020±0,46 74,832±1,03 26,086±1,48 76,810±1,18 79,463±0,98 76,181±0,69 9 76,415±0,97 59,414±1,16 77,178±1,18 50,337±0,64 78,876±1,63 84,164±1,12 78,616±1,09 12 78,387±1,26 72,615±0,38 79,646±1,76 65,429±2,21 81,182±1,86 86,050±1,51 80,364±1,43 15 80,401±1,65 74,069±0,39 81,442±1,66 74,555±1,06 83,451±1,75 88,180±1,76 82,444±1,27 18 82,533±1,41 75,552±0,45 83,632±1,27 77,224±1,29 85,848±1,62 90,172±2,10 84,650±1,08 21 84,597±1,37 76,997±0,29 85,354±1,10 79,427±1,71 88,239±1,60 92,417±2,15 86,789±1,10 24 86,487±1,28 78,502±0,65 87,297±1,27 81,315±1,89 90,811±1,89 94,870±1,89 89,114±1,58 27 89,227±0,57 80,690±0,66 89,371±0,95 82,831±1,84 93,762±1,55 97,768±1,37 92,197±1,78 30 91,771±0,48 82,796±0,61 91,002±0,97 85,098±1,19 96,646±1,19 100,522±1,38 95,776±1,52


(64)

Gambar 12. Grafik hasil persen kumulatif rata-rata disolusi tablet ODT domperidon dengan berbagai konsentrasi avicel Ph102, primogel dan krospovidon

Keterangan :

F1 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 16,7 : 66,7 : 16,7 F2 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 66,7 : 16,7 : 16,7 F3 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 16,7 : 16,7 : 66,7 F4 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 100 : 0 : 0 F7 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 50 : 50 : 0 F8 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 50 : 0 : 50 F10 = campuran Avicel Ph102 : primogel : krospovidon = 33,3 : 33,3 : 33,3

Uji pelepasan obat secara in vitro dengan Disolution Tester dari semua formulasi ODT dapat dilihat pada tabel 6. Dari semua formula ODT pada menit ke-3 sudah memiliki % kumulatif yang tinggi dimana pada ODT formula 1 sebesar 69,08%; formula 3 sebesar 64,66%; formula 7 sebesar 74,45%; formula 8 sebesar 56,11%; formula 10 sebesar 72,56%, berbeda jauh dengan tablet ODT formula 2 dengan formula 4 yang hanya melepaskan 17,06% untuk ODT formula 2 dan 14,30% untuk ODT formula 4. Hal ini disebabkan karena formulasi ODT menggunakan kombinasi superdisintegran dan Avicel Ph102 dengan perbandingan tertentu. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna dari profil disolusi pada ODT formulasi 1, formulasi 2, formulasi 3, formulasi 4,

0 20 40 60 80 100 120

0 5 10 15 20 25 30 35

% k

u

mu

la

ti

f

Waktu (menit)

Profil disolusi

Formula 1

Formula 2

Formula 3

Formula 4

Formula 7

Formula 8


(65)

formulasi 7, formulasi 8, formulasi 10, maka dilakukan uji statistik ANOVA dengan mengggunakan program SPSS 17,0 dengan p < 0,05.

Berdasarkan data disolusi tablet maka diperoleh persamaan:

Y = 6,08A + 8,40B + 1,29C + 7,43AB + 7,09AC + 1,42BC + 4,66ABC

Berdasarkan nilai koefisien regresi maka primogel (8,40) paling berpengaruh dalam laju disolusi tablet dibandingkan Avicel Ph102 (6,08) dan Krospovidon (1,29), karena Primogel (8,40) bersifar disintegran yang cenderung mempercepat waktu disolusi. Sehingga semakin tinggi konsentrasi Primogel maka akan laju disolusi semakin meningkat yang Contour plot Laju Disolusi dapat dilihat pada Gambar 12.1.

Gambar 12.1.Contour plot profil laju disolusi dari berbagai formula dengan metode cetak langsung


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 18. Gambar alat-alat

Gambar Disintegrator Tester


(5)

Lampiran 18. (Lanjutan)


(6)

Lampiran 18. (Lanjutan)