Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

Secara praktis, pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca ataupun sebagai bahan kajian baik bagi kalangan akademisi, praktisi hukum maupun para pelaku usaha di Indonesia guna terciptanya persaingan usaha yang sehat di dalam dunia usaha ataupun perekonomian negara, khususnya tentang persaingan intrabrand dikaitkan dengan pembatasan perdagangan secara vetikal dalam hukum persaingan usaha di Indonesia.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan kepustakaan maupun di lapangan, perihal persaingan usaha memang cukup banyak yang diangkat dan dibahas, naun penulisan dengan judul “Persaingan Intrabrand Dikaitkan Dengan Pembatasan Perdagangan Secara Vertikal “ belum ada yang menulis sebagai skripsi dan merupakan hasil karya sendiri, dengan demikian maka penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi-skripsi yang telah ada, sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik. Dalam penulisan skripsi ini khusus membahas jaminan perorangan yang dijabarkan dengan pemikiran, referensi buku-buku dan dari bantuan pihak-pihak lain.

E. Tinjauan Kepustakaan

Persaingan secara umum competition adalah suatu proses sosial ketika ada dua pihak atau lebih saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai Universitas Sumatera Utara kemenangan tertentu. Persaingan terjadi apabila terdapat beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya terbatas atau menjadi pusat perhatian umum. 8 Persaingan dalam pasar dan mekanisme pasar dapat membentuk beberapa jenis pasar. Ada yang disebut dengan pasar persaingan sempurna perfect competition market , pasar monopoli, oligopoli, dan juga posisi dominan. 9 Hukum Persaingan Usaha merupakan instrumen hukum yang menentukan tentang bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Meskipun secara khusus menekankan pada aspek persaingan. Hukum persaingan juga menjadi perhatian untuk mengatur persaingan sedemikian rupa, sehingga tidak menjadi sarana untuk mendapatkan monopoli. Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha, adapun istilah-istilah yang digunakan dalam bidang hukum ini selain istilah hukum persaingan usaha competition law, yakni hukum antimonopoli antimonopoly law dan hukum antiturst antitrust law. Namum demikian, istilah hukum persaingan usaha telah diatur dan sesuai dengan substansi ketentuan UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang mencakup pengaturan antimonopoli dan persaingan usaha dengan segala aspek-aspeknya yang terkait. 10 8 http:www.artikelsiana.com201506pengertian-persaingan-competition-contoh.html diakses tanggal 23 Juni 2015. 9 Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, hlm.10. 10 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Jakarta: Kencana, 2012, hlm.1. Universitas Sumatera Utara Undang-Undang No.5 Tahun 1999 sendiri tidak menjelaskan secara eksplisit mengenai pengertian dari persaingan usaha. Namun dapat kita tarik pengertian persaingan usaha dari pengertian persaingan tidak sehat yang tercantum pada Pasal 1 angka 6 yaitu Persaingan usaha tidak sehat adalah “persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. ” 11 Maka persaingan usaha adalah persaingan seperti yang dijelaskan diatas tanpa ada unsur tidak jujur, melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Materi dari UU No.5 Tahun 1999 ini mengandung 6 enam pengaturan yang terdiri dari: 1. Perjanjian yang dilarang. 2. Kegiatan yang dilarang. 3. Posisi dominan. 4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU. 5. Penegakan hukum. 6. Ketentuan lain-lain. Keberadaan UU No.5 Tahun 1999 yang berasaskan demokrasi ekonomi juga harus memerhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan masyarakat, sehingga Undang-Undang tersebut mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan iklim persaingan usaha yang 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Pasal 1 angka 6. Universitas Sumatera Utara sehat di Indonesia. 12 Iklim dan kesempatan berusaha yang ingin diwujudkan tersebut selengkapnya tercantum dalam ketentuan Pasal 3 UU No.5 Tahun 1999, yang memuat: 13 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. 2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat, sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil. 3. Mencegah praktik monopoli danatau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha. 4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. Persaingan intrabrand disebut juga di Indonesia sebagai persaingan sesama merek. Menurut situs KamusBisnis.com persaingan intrabrand adalah persaingan diantara pengecer atau distributor dari merek yang sama. Menghindari kemungkinan terjadinya persaingan intrabrand maka pada umumnya pelaku- pelaku usaha melakukan tindakan pembatasan perdagangan secara vertikal baik dari sisi penetapan harga price fixing maupun pembatasan perdagangan vertikal secara non-harga Non-price Vertical Restraints. Penetapan harga price fixing adalah kesepakatan diantara para penjual yang bersaing di pasar yang sama untuk menaikkan atau menetapkan harga dengan tujuan membatasi persaingan diantara mereka dan mendapatkan 12 S usanti Adi Nugroho, Op.Cit., hlm.4. 13 Ibid . Universitas Sumatera Utara keuntungan yang lebih banyak lagi . 14 Black’s Law Dictionary, price fixing mengatakan “a combination formed for the purpose of and with the effect of raising, depressing, fixing, pegging, or stabilizing the price of a commodity ”. Sedangkan dalam Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua yang disusun oleh Christopher Pass dan Bryan Lowes, penetapan harga diartikan sebagai penentuan suatu harga price umum untuk suatu barang atau jasa oleh suatu kelompok pemasok yang bertindak secara bersama-sama, sebagai kebalikan atas pemasok yang menetapkan harganya sendiri secara bebas. 15 Menurut Hukum Persaingan Usaha, penetapan harga dikategorikan sebagai perjanjian yang dilarang. Menurut Salim H.S, perjanjian dikatakan adalah hubungan antar dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. 16 Sedangkan menurut Pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian dikatakan sebagai perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Penetapan Harga merupakan salah satu perjanjian yang dapat mengakibatkan pembatasan perdagangan secara vertikal. Didalam penetapan harga dipakai salah satu instrumen yang dapat mengakibatkan terjadinya pembatasan perdagangan secara vertikal yaitu harga. Selain harga, instrumen lain yang dapat berpengaruh adalah hambatan berdasarkan wilayah dan hambatan berdasarkan pada pengguna produk. 14 Suhasril, Op.Cit., hlm.118. 15 Hermansyah, Pokok – Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm.26. 16 Salim H.S, Hukum Kontrak ; Teori dan Praktek Penyusunan Kontrak Jakarta: Sinar Grafika, 2003, hlm.26. Universitas Sumatera Utara Undang-Undang No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat menyatakan bahwa perjanjian didefenisikan sebagai suatu perbuatan satu atau lebih pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih pelaku usaha lain dengan, nama apapun baik tertulis ataupun tidak tertulis. 17 UU No.5 tahun 1999 tentang perjanjian yang dilarang diatur dalam Bab III dalam beberapa pasal yaitu dari Pasal 4 sampai Pasal 16. Sedangkan mengenai penetapan harga diatur dalam Bab III tentang Perjanjian yang Dilarang Pasal 5. Komisi Pengawas Persaingan Usaha adalah lembaga yang tepat untuk menyelesaikan persoalan persaingan usaha yang mempunyai peran multifunction dan keahlian sehingga dianggap mampu menyelesaikan dan mempercepat proses penanganan perkara. 18 Dasar hukum pembentukan Komisi Pengawas adalah Pasal 30 ayat 1 yang menyatakan “Untuk mengawas pelaksanan undang-undang ini dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha. ” 19

F. Metode Penelitian