Kitosan Optimasi Konsentrasi Kitosan Molekul Tinggi dalam Sabun Transparan Antibakteri

Alkalinisasi dapat menimbulkan kerusakan kulit bila kontak berlangsung lama, misalnya pembilasan tidak sempurna atau pH sabun yang sangat tinggi.Pengasaman akan terjadi setelah 5-10 menit, dan setelah 30 menit pH kulit akan normal kembali. 2. Daya pembengkakan dan pengeringan kulit Kontak air pH 7 pada kulit yang lama akan menyebabkan lapisan tanduk kulit mengembang akibat kenaikan permeabilitas kulit terhadap air. Cairan yang mengandung sabun dengan pH alkalis akan mempercepat hilangnya mantel asam pada lemak kulit permukaan sehingga pengembangan kulit akan menjadi lebih cepat. 3. Daya antimikrobial Sabun yang mengandung surfaktan, terutama kation, mempunyai daya antimikroba, apalagi ditambah bahan antimikroba. Daya antimikroba ini terjadi pula akibat kekeringan kulit, pembersih kulit, oksidasi didalam sel karotin, daya pemisah surfaktan dan kerja mekanis airWasitaatmaja, 1997.

2.3 Kitosan

Kitosan pertama kali ditemukan oleh C. Rouget pada tahun 1859 dengan cara merefluks kitin dengan kalium hidroksida pekat. Dalam tahun 1934, dua paten didapatkan oleh Rigby yaitu penemuan mengenai pengubahan kitin menjadi kitosan dan pembuatan film dari serat kitosan. Perkembangan penggunaan kitosan meningkat pada tahun 1970-an seiring dengan diperlukannya bahan alami dalam berbagai bidang industri Kaban, 2009. Kitosan adalah senyawa biopolimer yang diturunkan dari senyawa kitin yaitu senyawa dengan struktur homopolimer P-1-4 N-acetyl-D-Glucosamine Universitas Sumatera Utara dengan rumus molekul C 6 H 11 NO 4 n. Kitin terdapat secara luas pada hewan- hewan invertebrata di laut, serangga, jamur dan juga ragi. Umumnya cangkang dari hewan laut mengandung 30-40 protein, 30-50 kalsium karbonat dan kalsium fosfat, dan 20-30 kitin. Kitosan diperoleh melalui pemutusan gugus asetil CH 3 -CO. Proses pemutusan ini disebut dengan deasetilasi Shahidi, 1999. Kebanyakan modifikasi kimia dari kitosan ditunjukkan dari gugus amino bebas pada unit glukosaminnya. Modifikasi dari kitosan tersebut dapat mengontrol interaksi antara polimer kitosan dengan senyawa lain yang bersifat racun untuk meningkatkan control racun dan melepaskannya dari matriks senyawa. Ciri-ciri hidrofobik dari kitosan mampu meningkatkan kestabilan dari substitusi kitosan untuk mendegradasi suatu senyawa enzim yang bersifat racun. Gugus asam karboksilat dari kitosan membuat pH kitosan menjadi sensitif. Di bawah kondisi asam, gugus karboksilat tetap tidak terionisasi sehingga kurang bersifat hidrofilik. Sebaliknya dalam kondisi basa, polimer kitosan terionisasi dan bersifat lebih hidrofilik Jayakumar et al. 2011. Kitosan merupakan polimer reaktif yang mudah dimodifikasi. Fungsi potensial dari kitosan dan aplikasinya pada bidang biokimia, obat-obatan, farmakologi, enzimologi, mikrobiologi, agrikultur, nutrisi, dan industri pengolahan. Struktur kitosan dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini: O CH 2 OH NH 2 OH O n Gambar 2.2 Struktur Kitosan Zirkakis, 1963 Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Sifat Antibakteri Kitosan

Kitosan tidak larut dalam air, pelarut-pelarut organik, juga tidak larut dalam alkali dan asam-asam mineral pada pH diatas 6,5. Kitosan bersifat polikationik yang dapat mengikat lemak dan logam berat pencemar. Kitosan mempunyai gugus amina yaitu adanya unsur N bersifat sangat reaktif dan bersifat basa Inoue et al. 1994. Kitosan mempunyai sifat spesifik yaitu adanya sifat bioaktif, biokompatibel, pengkelat, antibakteri dan dapat terbiodegradasi. Kualitas kitosan dapat dilihat dari sifat intrinsiknya, yaitu kemurniannya, massa molekul, dan derajat deasetilasi. Umumnya kitosan mempunyai derajat deasetilasi 75-98 Ramadhan dkk,2010. Proses deasetilasi merupakan proses pengubahan gugus asetamida menjadi gugus amina sebagian ataupun seluruhnya. Gugus amina dalam larutan akan terprotonasi menjadi NH 3 + , dimana kelarutan akan meningkat saat derajat deasetilasi tinggi. Semakin banyak gugus amina pada kitosan maka muatan positif semakin banyak. Muatan positif tersebut akan berinteraksi dengan muatan negatif bakteri, yaitu dapat menarik molekul lipopolisakarida protein dalam membran sel bakteri sehingga menyebabkan kebocoran membran intrasel. Gugus amina juga memiliki pasangan elektron bebas, sehingga dapat menarik Mg 2+ ribosom dan Ca 2+ dinding sel yang terdapat pada bakteri dengan membentuk kovalen koordinasi sehingga mengakibatkan timbulnya kebocoran konstituen intraseluler. Keberadaan kitosan yang mampu mengikat air menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat, molekul air ditahan secara kuat dalam kitosan sehingga terjadi proses penggelembungan sehingga bakteri akan mati Hongpattarakere and Riyaphan, 2008. Universitas Sumatera Utara Parameter penting yang mempengaruhi aktivitas antibakteri kitosan adalah berat molekul dan konsentrasi kitosan, dan jenis mikroorganisme. Aktivitas antibakteri kitosan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi. Kitosan dengan berat molekul tinggi 500 kDa aktivitas antibakterinya kurang efektif dibanding dengan berat molekul rendah. Hal ini berhubungan dengan viskositas sehingga sulit berdifusi, karena berat molekul rendah memiliki sisi kationik yang lebih banyak dan memiliki panjang rantai lebih banyak sehingga lebih aktif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Tsai and Su, 1999.

2.3.2 Kegunaan Kitosan

Kitosan dikenal sebagai senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri dan antijamur yang dapat melawan mikroorganisme, termasuk mikroorganisme patogen pada manusia. Kitosan dapat mencegah pertumbuhan Candida albicans, mempunyai daya antibakteri terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis, selain itu kitosan juga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Corynebacterium michigenenses, Micrococcus luteus, Staphylococcus aureus, Erwinia sp. dan Kliebsiella pneumonia Ibrahim dkk, 2010. Aplikasinya berhubungan dengan aktivitas antibakteri pada bidang industri makanan pengawetan makanan, pertanian perlindungan hasil panen, kosmetik, dan hidrologi pengolahan air buangan. Dalam bidang yang spesifik seperti biomedikal, kitosan memiliki antibakteri yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan dalam proses terapi. Biasanya berat molekul yang lebih rendah dan derajat deasetilasi yang lebih tinggi merupakan perbandingan yang memberikan aktivitas antibakteri yang menguntungkan dari kitosan Sarmento, 2012. Pada bidang pertanian dan pangan, kitosan digunakan untuk pencampur ransum pakan ternak, penstabil, pembawa zat aditif makanan, zat gizi, pestisida, herbisida, virusida tanaman, dan deasedifikasi buah-buahan, sayuran dan Universitas Sumatera Utara penjernih sari buah. Selain itu, biopolimer tersebut juga berguna sebagai antikoagulan, antitumor, antivirus, penambahan dalam obat pembuluh darah-kulit dan ginjal sintetik, bahan pembuat lensa kontak, bahan shampoo dan kondisioner rambut, penstabil liposom, bahan ortopedik, pembalut luka dan benang bedah yang mudah diserap, serta mempertinggi daya kekebalan, dan antiinfeksi. Kitosan juga dapat dimanfaatkan diberbagai bidang biokimia, industri-industri kertas, tekstil membran atau film, dan lain sebagainya Sugita dkk,2009.

2.4 Bakteri