29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemeriksaan Bahan Tumbuhan 4.1.1 Identifikasi bahan tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Mutmainah, 2014 menunjukkan
bahwa bahan
uji adalah
daun belimbing
wuluh Averrhoa bilimbi L. suku Oxalidaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada
Lampiran 1, halaman 44.
4.1.2 Karakterisasi simplisia
Karakterisasi simplisia telah dilakukan oleh Mutmainah tahun 2014, hasil karakterisasi serbuk simplisia daun belimbing wuluh memenuhi persyaratan
menurut Materia Medika Indonesia Edisi V tahun 1989 dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 49.
4.1.3 Skrining fitokimia simplisia
Skrining fitokimia simplisia telah dilakukan oleh Mutmainah tahun 2014, Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia daun belimbing wuluh dapat dilihat pada
Lampiran 7 halaman 49.
4.2 Hasil Pengujian Kontraksi Seri Konsentrasi Asetilkolin Terhadap Otot Polos Ileum.
Kontraksi yang dipicu oleh asetilkolin dapat diamati melalui pengamatan terhadap perubahan respons kontraksi otot polos ileum terisolasi terhadap
penambahan seri konsentrasi asetilkolin 10
-8
- 3x10
-3
M pada organ ileum Lampiran 20 halaman 71. Persentase kontraksi maksimal otot polos ileum
diperoleh pada konsentrasi asetilkolin 3x10
-3
M dan konsentrasi submaksimal
30
pada konsentrasi asetilkolin 2,91x10
-5
M Lampiran 8 halaman 50. Pemberian secara bertingkat seri konsentrasi asetilkolin menghasilkan terjadinya kontraksi
bertingkat otot polos ileum marmut terisolasi. Pengujian kontraksi bertingkat dengan asetilkolin dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi submaksimal atau
Effective Concentration EC
80
asetilkolin yang selanjutnya akan digunakan untuk pengujian efek relaksasi ekstrak etanol daun belimbing wuluh.
Gambar 4.1 Grafik konsentrasi otot polos organ ileum terisolasi yang
dikontraksi dengan pemberian seri konsentrasi asetilkolin -8,0=10
-8
; -7,5=3x10
-8
; -7,0=10
-7
; -6,5=3x10
-7
; -6,0=10
-6
; -5,5=3x10
-6
; -5,0=10
-5
; -4,5=3x10
-5
; -4,0=10
-4
; -3,5=3x10
-4
; -3,0=10
-3
; -2,5=3x10
-3
M. Data yang disajikan adalah nilai rata-rata ± SEM, n=3.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110
-8,0 -7,5
-7,0 -6,5
-6,0 -5,5
-5,0 -4,5
-4,0 -3,5
-3,0 -2,5
K ont
ra ks
i
Log konsentrasi M ACh
EC
80
31
Asetilkolin merupakan agonis kolinergik yang berarti obat yang memacu atau meningkatkan aktivitas syaraf kolinergik. Asetilkolin akan berinteraksi
dengan reseptor muskarinik pada sel organ efektor syaraf kolinergik misalnya sel perietal lambung, otot jantung, dan otot polos saluran pencernaan. Pada ileum,
asetilkolin akan berinteraksi dengan reseptor M
3
dan M
1
yang akan menimbulkan peningkatan motilitas otot polos Nugroho, 2012. Teori tersebut sesuai dengan
hasil yang didapat pada Gambar 4.1 bahwa pemberian seri konsentrasi asetilkolin 10
-8
- 3x10
-3
M meningkatkan kontraksi pada otot polos ileum marmut.
4.3 Hasil Pengujian Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh EEDBW Pada Kontraksi Otot Polos Ileum Melalui Induksi Asetilkolin
Pengujian efek relaksasi EEDBW terhadap otot polos ileum terisolasi dilakukan dengan cara mengkontraksi otot polos ileum dengan asetilkolin
2,91x10
-5
M, dilanjutkan dengan pemberian seri konsentrasi ekstrak 0,5 - 4 mgml. Efek relaksasi ekstrak diamati melalui pengamatan terhadap perubahan efek
relaksasi ekstrak pada organ ileum
32
Gambar 4.2 Grafik relaksasi setelah pemberian seri konsentrasi ekstrak etanol
daun belimbing wuluh EEDBW pada otot polos ileum terisolasi yang dikontraksi dengan asetilkolin 2,91x10
-5
M. Data yang disajikan adalah nilai rata-rata ± SEM, n=6.
Berdasarkan Gambar 4.2 pemberian EEDBW dengan seri konsentrasi pada otot polos yang sebelumnya diinduksi dengan asetilkolin menunjukkan penurunan
kontraksi dengan adanya korelasi positif antara penurunan kontraksi oleh EEDBW terhadap efek kontraksi ileum r = 0,982 hal ini menyatakan bahwa
sebanyak 98,2 peningkatan persentase efek relaksasi dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi ekstrak. Berdasarkan hal tersebut maka persentase efek
relaksasi ekstrak pada otot polos ileum meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi EEDBW.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
130
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
R el
aks as
i
Dosis Ekstrak mgml Ach+EEDBW
33
4.4 Hasil Pengujian Efek Relaksasi Atropin Sulfat pada Kontraksi Otot Polos Ileum Melalui Induksi Asetilkolin
Pengujian efek relaksasi atropin sulfat terhadap otot polos ileum terisolasi dilakukan dengan cara mengkontraksi otot polos ileum dengan asetilkolin
2,91x10
-5
M, dilanjutkan dengan pemberian seri konsentrasi atropin sulfat 10
-8
– 3x10
-5
M.
Gambar 4.3 Grafik relaksasi setelah pemberian seri konsentrasi atropin sulfat
1=10
-8
; 2=3x10
-8
; 3=10
-7
; 4=3x10
-7
; 5=10
-6
; 6=3x10
-6
; 7=10
-5
; 8=3x10
-5
M pada otot polos ileum terisolasi yang dikontraksi dengan asetilkolin 2,91x10
-5
M. Data yang disajikan adalah nilai rata-rata ± SEM, n=6.
Efek relaksasi atropin sulfat diamati melalui pengamatan terhadap perubahan efek relaksasi pada pemberian seri konsentrasi atropin sulfat
10
-8
– 3x10
-5
M pada organ ileum. Pada Gambar 4.3 pemberian seri konsentrasi atropin sulfat menghasilkan efek relaksasi terhadap kontraksi yang di induksi oleh
asetilkolin 2,91x10
-5
M. Persentase efek relaksasi atropin sulfat pada otot polos ileum meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
130
1 2
3 4
5 6
7 8
R el
aks as
i
Konsentrasi atropin M
Ach+Atropin
34
4.5 Perbandingan Relaksasi Atropin Sulfat dan EEDBW pada