Otot Polos Agonis Muskarinik Antagonis Muskarinik

13

2.3.3 Lapisan muskularis

Lapisan muskularis didinding saluran pencernaan berupa otot polos yang terdiri atas dua lapis, lapisan sebelah dalam adalah lapisan sirkuler yang bila berkontraksi menyebabkan pengecilan diameter lumen saluran pencernaan. Lapisan sebelah luar adalah lapisan longitudinal yang bila berkontraksi menyebabkan pemendekan saluran pencernaan. Kontraksi otot polos ini bersifat involunter tidak sadar, jadi tidak dibawah pengaruh kehendak, kontraksi ini membantu digesti makanan secara mekanis Herman, 2004. Lapisan otot polos ini seperti halnya pada lapisan submukosa, juga mengandung pleksus syaraf yang disebut pleksus meinterikus atau dikenal juga dengan sebutan pleksus Aurbach yang berfungsi mengendalikan motilitas saluran pencernaan melalui kontrol terhadap kontraksi dan relaksasi baik lapisan longitudinal maupun lapisan sirkuler Herman, 2004.

2.3.4 Lapisan serosa

Lapisan serosa adalah lapisan terluar dari dinding saluran pencernaan. Lapisan ini berupa suatu membran yang terdiri atas jaringan penyambung dan sel-sel epitel Herman, 2004.

2.4 Otot Polos

Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos yang tidak dapat dikendalikan namun berespons terhadap rangsangan dari susunan saraf otonom. Otot polos menghasilkan kekuatan untuk mencampurkan makanan yang masuk dengan getah pencernaan dan mendorongnya sepanjang saluran cerna. Pada dinding usus, serat otot polos membentuk dua lapisan konsentris, serat-serat lapis dalam tersusun 14 melingkar dan yang dari luar memanjang. Kontraksi lapis dalam menciutkan dan lapis luar cenderung memendekkan usus, kerjanya yang terkoordiner menghasilkan gelombang kontraksi peristaltik sepanjang usus untuk mendorong isinya Fawcett, 2002.

2.5 Reseptor Kolinergik

Reseptor kolinergik banyak dijumpai di sistem saraf otonom perifer. Ligan dari reseptor kolinergik adalah neurotransmitter asetilkolin Ach. Reseptor kolinergik terbagi 2 tipe, yaitu reseptor nikotinik dan reseptor muskarinik.

2.5.1 Reseptor nikotinik

Reseptor nikotinik merupakan reseptor yang terhubung dengan kanal ion dan terdiri dari lima subunit yaitu α1, α2, β, γ, dan δ yang masing-masing berkontribusi membentuk kanal ion dan memiliki tempat ikatan untuk molekul asetilkolin. Reseptor ini terdapat di neuromuscular junction, ganglia otonom, medula adrenal dan susunan saraf pusat. Paling banyak ditemukan di neuromuscular junction. Neuromuscular junction adalah sinaps yang terjadi antara saraf motorik dengan serabut otot Rahardjo, 2009.

2.5.2 Reseptor muskarinik

Reseptor muskarinik terdistribusi luas diseluruh tubuh dan mendukung berbagai fungsi vital, di otak, sistem saraf otonom terutama saraf parasimpatis. Reseptor muskarinik merupakan reseptor yang terhubung dengan protein G, terdiri dari 5 subtipe yaitu: M 1 , M 2 , M 3 , M 4 dan M 5 . Resptor M 1 , M 3 dan M 5 terhubung dengan protein Gq. Sedangkan reseptor M 2 dan M 4 terhubung dengan protein Gi dan dengan suatu kanal ion. Respons yang timbul dari aktivasi reseptor 15 muskarinik oleh Ach dapat berbeda, tergantung pada subtipe reseptor dan lokasinya Rahardjo, 2009. Reseptor M 1 ditemukan di sel parietal lambung, reseptor M 2 di otot jantung dan otot polos, reseptor M 3 di kandung kemih, kelenjar eksokrin, dan otot polos, sedangkan reseptor M 4 dan M 5 belum diketahui. Tabel 2.1 Tipe reseptor muskarinik Harahap dkk., 2015. Subtipe Jaringan M1 Ganglion otonom M2 Miokardium, otot polos M3 Otot polos, kelenjar sekretori M4 - M5 - Fungsi dasar reseptor muskarinik diperantai oleh interaksi dengan anggota kelompok protein G, sehingga perubahan fungsi molekul efektor terikat membran yang berbeda diinduksi oleh protein G. Subtipe M 1 , M 2 , dan M 3 mengaktivasi protein G q yang bertanggung jawab untuk stimulasi aktivitas fosfolipase C, hal ini menyebabkan hidrolisis phosphatidylinositol-4,5-biphosphate-P2 menjadi diasilgliserol dan inositol 1,4,5-triphosphat yang menyebabkan peningkatan kadar Ca2+ intraselular. Perangsangan tipe reseptor M 3 oleh asetilkolin mengakibatkan kontraksi otot polos usus Nugroho, 2012. 16

2.6 Agonis Muskarinik

Agonis muskarinik secara langsung mengaktivasi reseptor muskarinik dan biasanya menimbulkan efek eksitasi. Asetilkolin merupakan suatu neurotransmiter saraf parasimpatis. Reseptor asetilkolin dibagi menjadi subtipe nikotinik dan muskarinik. Asetilkolin yang dilepaskan pada terminal saraf serabut parasimpatik pascaganglion bekerja pada reseptor muskarinik dan dapat diblok secara selektif oleh atropin. Efek muskarinik akibat kerja asetilkolin terutama bersifat parasimpatomimetik dan sacara umum merupakan kebalikan efek yang disebabkan oleh stimulasi simpatis, efek muskarinik meliputi : konstriksi pupil, saliva cair yang sangat banyak, konstriksi bronkus, hipotensi, peningkatan motilitas saluran cerna, kontraksi kandung kemih, dan berkeringat Katzung, 2001.

2.7 Antagonis Muskarinik

Umum dikenal sebagai antimuskarinik, obat ini beraksi secara selektif menghambat aktivitas saraf parasimpatik, sehingga disebut juga parasimpatolitik. Obat ini menghambat secara kompetitif reseptor asetilkolin muskarinik. Efek dari obat antagonis muskarinik adalah berlawanan dengan efek agonis muskarinik, efek antagonis muskarinik pada organ usus yaitu penurunan motilitas. Contoh antagonis muskarinik dari senyawa alami adalah atropin Atropa belladona dan hyosin Datura stramonium Nugroho, 2012. Hambatan oleh atropin bersifat reversibel dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian antikolinesterase. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap asetilkolin eksogen Zunilda, 2007. 17

BAB III METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Tujuan metode eksperimental untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Prosedur yang dilakukan meliputi tahapan persiapan bahan pengujian dan tahapan pengujian efek ekstrak etanol daun belimbing wuluh pada kontraksi ileum menggunakan alat organ bath. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat penelitian Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi mortir dan stamfer, alat-alat gelas laboratorium, neraca analitik Boeco Germany, timbangan hewan Presica Geniweigher, satu set alat preparasi organ Germany, vortex Boeco Germany, pengaduk magnet Bel-Art Products, transduser isometrik MLT0201, Panlab, ADInstruments, Spain, komputer Dell, empat set organ bath volume 50,0 ml ML014650, Panlab, ADInstruments, Spain, pipet volume mikro Socorex, Switzerland, heating and magnetic stirrer Velp Scientifica, Europe, termostat ML014650, Panlab, ADInstruments, Spain, PowerLab 15T serial T15-0676, ADInstruments, Australia, Quad Bridge Amplifier serial 224-0448, ADInstruments, Australia.

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthus Crispus (L.) Blume) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi Secara Kualitatif

6 88 113

Efek Relaksasi Ekstrak Etanol Daun Pugun Tanoh (Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut (Cavia porcellus) Terisolasi Secara In Vitro

8 98 122

Efek Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthus Crispus (L.) Blume) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi Secara Kualitatif

0 0 16

Efek Ekstrak Etanol Daun Keji Beling (Strobilanthus Crispus (L.) Blume) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi Secara Kualitatif

0 0 2

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 15

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 2

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 6

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 10

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 3

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

0 0 30