Respons mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam angkatan 2009 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film sang pencerah

(1)

i

RESPONS MAHASISWA KOMUNIKASI DAN

PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS ILMU

DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP FILM SANG

PENCERAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

IRVAN FACHMI AKBAR NIM: 107051001532

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayyatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukaj hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 21 August 2011


(3)

iii ABSTRAK

IrvanFachmi Akbar 107051001532

RESPONS MAHASISWA JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP FILM“SANG

PENCERAH”

Film merupakan saluran komunikasi massa yang paling efektif dalam menyampaikan pesan, karena film dapat memberikan efek baik dari aspek afektif, kognitif, maupun konatifdengan mudah kepada penonton. Dalam penyampaian pesannya media film tidak hanya sekedar bercerita akan tetapi juga memberikan gambaran dalam kehidupan sosial sebuah komunitas. Film Sang Pencerah mengisahkan tentang sejarah perjuangan K.H Ahmad Dahlan baik ia sebagai pendakwah dan Pendidik dalam merubah pemikiran masyarakat Kauman yang masih percaya kepada selain Allah, dan juga sejarah Awal mulanya pendirian organisasi Muhammadiyah.

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana respons kognitif, afektif dan respons konatifMahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komuniksi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film “Sang Pencerah”?

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah penghitungan untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang tepat, dan desain penelitian yang digunakan adalah survey, metode survey merupakan metode data yang ada pada saat penelitian dilakukan, data dapat dikumpulkan melalui beberapa teknik, seperti penyebaran angket dan pengamatan. Dan teori yang di ambil dalam penelitian ini adalah S-O-R atau stimulus, organism dan respon teori ini ditemukan oleh Wat Son, aliran behavioristik yang artinya bagaimana sebuah pesan disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mampu menimbulkan efek.

Setelah pengolahan data maka penulis menemukan hasil temuan data seperti dalam respons kognitif, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah telah mempengaruhi secara kognitif atau pengetahuan, dan telah mempengaruhi secara afektif atau perasaan yang timbul setelah menyaksikan film Sang Pencerahsertaresponkonatif atau tingkah laku yang timbul setelah menonton film Sang Pencerah.


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrohiim.

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, serta berkat ridho dan hidayah-Nya pula skripsi yang berjudul Repons Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terhadap Film “ Sang Pencerah” ini dapat penulis selesaikan, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) program studi S 1 pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat serta salam saya haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnyadari zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus disempurnakan. Untuk itu kritik dan saran selalu penulis harapkan demi kemajuan saya di masa depan.

Melalui kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:


(5)

v

1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Suparman Supandji. SH dan Ibunda tercinta

LilisPrihatini Wijaya serta KakakkuAlex Noorman Habibie, SE. dan adikku Muhammad Adam Amiruddin atas inspirasi dan dorongan motivasi yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di UIN Jakarta hingga penulisan skripsi ini.

2. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi beserta Pembantu Dekan. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek 1, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal, M.A selaku Pudek II, dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek III.

3. Bapak Drs. Jumroni, M. Si dan Dra. UmiMusyarofah, MA, selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan sejumlah berkas-berkas perkuliahan.

4. Bapak Zakaria M,Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang banyak memberikan masukan dan ilmunya demi perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Andi Faisal Bakhti, MA, selaku dosen penasehat akademik yang

sejak awal penulis kuliah di FIDIKOM dengan jurusan KPI serta sebelum penyusunan skripsi ini telah banyak memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi dengan baik sesuai harapan.


(6)

vi

6. Seluruh Dosen, serta para staf Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan berbagai hal, terutama ilmu dan pengalaman.

7. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan fasilitas kepustakaan sebagai bahan referensi dalam pembuatan skripsi ini.

8. Bapak IndraGunawan, selaku ketua tim produksi film “Sang Pencerah”

yang telah memberikan waktunya untuk memberikan informasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-temn KPI Angkatan 2007khusunya kelas D yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan masukan, inspirasi, motivasi, dan kenangan indah selama penulis kuliah.

10.Teman-teman kost, NanangSyahroni S.E.I, FuadFaidzinS.Sos.I,

IndraHadinata S.E.I, Taufan Arfianto, Muhajir S.E.I, IrfanWahyudi S.E.I, SyafeiHazami, AzharFirmansyah S.E.I

11.Sahabat-sahabat tersayang, AyuFarahdisaS.Sos.I,Shalahudin Al-ayubi, Ahmad Ghauzi, Abdul Muzjib, Abi Sakti, Riva NurmustofaS.Sos.I ,

Sofyan, IrfanMaulanaS.Sos.I, Maulana Yusuf, Rafki Ismail,

DisyaRamasariRahayuS.Sos.Iyang selalu memberikan semangat dan dorongan bagi penulis.

12.Teman-teman Blacklist, Fajar EriksaS.Kom, Abdul Mannan Akbar Kaban,

ZulfikarHeryansyah, Rama Ferdian, HeruGunawan SE, Fajar Zulkarnaen SH, Ilham Mulya dan teman-teman yang lain yang tidak bisa disebut


(7)

satu-vii

persatu yang telah banyak memberikan penulis pengalaman dan pembelajaran di luar Universitas.

13.Teman-teman seperjuangan, MD, BPI, PMI, Kessos dan Jurnalistik, serta seluruh senior yang secara langsung ataupun tidak telah memberikan motivasi dan informasi kepada penulis.

Serta teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, namun tak mengurangi Respect penulis kepada mereka

semua.Terimakasih atas bantuan, dorongan dan motivasi untuk penulis sampai penulisan skripsi ini selesai.Besar harapan penulis adanya Saran dan Kritik dari pembaca sehingga menjadi pijakan keberhasilan.Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa membawa manfaat.Amin ya RobbalAlamin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Juli 2011


(8)

viii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... vi

BAB IPENDAHULUAN

A... La

tar Belakang Masalah ... 1 B. ... Pe

mbatasan dan Perumusan Masalah ... 4 C. ... Tu

juan dan Manfaat Penelitian ... 4 D... M

etodologi Penelitian ... 5 1. ... M

etodePenelitian ... 5 2. ... Lo

kasi dan Waktu Penelitian ... 6 3. ... Po

pulasi dan Sampel ... 6 4. ... Su

mber Data ... 8 5. ... Te

knik Pengumpulan Data ... 8 6. ... Te

knik Analisis Data ... 9 7. ... De


(9)

ix

E. ... Ti njauan Pustaka ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.... Ru ang Lingkup Respons ... 13 1. ... Pe

ngertian Respons ... 13 2. ... Te

ori S-O-R ... 15 3. ... M

acam-macam Respons ... 18 4. ... Fa

ktor-faktor Terbentuknya Respons ... 19 B. ... Ru

ang Lingkup Film ... 21 1. ... Pe

ngertian Film ... 21 2. ... Je

nis-jenis Film ... 23 3. ... Ka

rakteristik Film ... 26 BAB III GAMBARAN UMUM

A.... Pr ofil Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

SyarifHidayatullahJakarta ... 28 1. ... Se

jarah Singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi .... 28 2. ... Vi


(10)

x

3. ... Pr

ofil Mahasiswa Jurusan KPI angkatan 2009 ... 31

B. ... Pr ofil Film Sang Pencerah ... 32

1. ... Si nopsis Film Sang Pencerah ... 32

2. ... Ka rakter Pemain Film Sang Pencerah ... 38

BAB IV RESPONS MAHASISWA KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA A. Karakteristik Responden ... 42

1. Jenis Kelamin ... 42

2. Latar Belakang Pendidikan ... 43

B. Pernyataan ... 44

C. Analisa Data ... 47

1. Respons Kognitif ( pengetahuan) ... 47

2. Respons Afektif (perasaan) ... 52

3. Respons Behavioral (tingkah laku)... 58

BAB VPENUTUP A.... Ke simpulan ... 64

B.... Sa ran-saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Film adalah satu media komunikasi massa, yang unik dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas, dan tetap. Penerjemahnya langsung melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata. Juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya. Berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk alternatif yang banyak diminati oleh masyarakat, karena dapat mengamati secara seksama apa yang mungkin ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanya. Yang tak kalah pentingnya, film merupakan ekspresi atau pertanyaan dari sebuah kebudayaan ia juga mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang kurang terlihat jelas terlihat dalam masyarakat.1

Film berbeda dengan cerita buku, dalam cerita buku hanya bisa membaca tulisan-tulisan yang terdapat di dalamnya serta memainkan imajinasi akan cerita tersebut tanpa ada latar audio visual serta alat-alat seperti kamera dan latar belakang tempat, lain dengan film yang mempunyai ciri khas sendiri, seperti asas ekonomi contohnya bila kita melihatnya dari kaca mata industri sebagai lahan komersialisasi, dan yang membedakan film dengan lainnya adalah asas sinematografi, sinematografi tidak dapat digabungkan dengan lainnya karena ini berkaitan dengan pembuatan film,

1

Adi Pranajaya, Filmdan Masyarakat; sebuah Pengantar (Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992), h.19.


(12)

2

asas sinematografi berisikan tentang bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambil gambar, bagaimana tata letak properti dalam film, tata artistik, dan sebagai pengatur pembuat film.2

Perkembangan perfilman di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Saat ini perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia. Kerja keras yang sudah dilakukan oleh sinematografi, agar bisa menampilkan film yang lebih berkualitas kini sudah bisa dinikmati oleh penontonnya dilayar lebar.

Akan tetapi perfilman Indonesia saat ini tidak selalu mengalami kesuksesan. Hal ini dikarenakan cukup banyaknya film berunsur pornografi atau kekerasan yang beredar di masyarakat. Sedikit sekali adanya film yang memiliki kualitas yang baik dan memiliki nilai-nilai yang bisa didapatkan secara positif, karena film adalah media massa komunikasi yang tepat, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga cerminan bagi para penonton yang menyaksikan, dan sebagai media pembelajaran yang lengkap.

Film “Sang Pencerah” menceritakan tentang seorang pemuda berusia 21 tahun bernama Darwis (Lukman Sardi). Pemuda itu gelisah dengan lingkungannya yang melaksanakan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat. Untuk mendalami ajaran agama Islam, Darwis pun pergi ke Mekkah. Sepulangnya dari Mekkah, Darwis merubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Ia mendirikan sebuah langgar/surau dan mengawali pergerakannya dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman. Tindakannya itu serta merta mengundang

2


(13)

3

kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat yang mengakibatkan surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Cobaan Ahmad Dahlan dalam pergerakannya meluruskan syariat Islam pun tidak hanya sampai di situ. Dirinya juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo, bahkan dirinya disebut kafir.3

Namun semangat Ahmad Dahlan tidak pernah surut. Bersama isteri tercinta, Siti Walidah dan lima murid-murid setianya: Sudja, Sangidu, Fahrudin, Hisyam dan Dirjo, Ahmad Dahlan terus berjuang. Sampai pada akhirnya ia membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.

Ada beberapa pesan yang terkandung dalam film “Sang Pencerah” di antaranya; menjelaskan kepada penonton bahwa Islam bukanlah agama yang sangat rumit. Film ini juga berusaha menyampaikan pesan bahwa takhayul,

bid’ah, dan khurafat itu tidak benar. Dan tak hanya itu, film ini juga memotivasi

kita agar tidak pernah menyerah dalam mendidik dan berdakwah di jalan Allah Swt.

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka peneliti menyusun

skripsi dengan judul “Respons Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam

Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film Sang Pencerah.

3


(14)

4

B. Pembatasan dan perumusan masalah 1. Pembatasan masalah

Dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan masalah yang penulis teliti yaitu mengenai bagaimana respons mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terhadap film “Sang Pencerah” yang diangkat berdasarkan kisah nyata dari sejarah perjuangan dan pembentukan organisasi keagamaan Muhammadiyah.

2. Perumusan masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana respons kognitif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah?”

b. Bagaimana responsafektif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah?”

c. Bagaimana responskonatif Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah?”

C. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui respons Mahasiswa komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah yang mana di dalamnya terkandung pesan dan hikmah.


(15)

5

2. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang ilmu dakwah dan ilmu komunikasi.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru, khususnya bagi peneliti dan masyarakat pada umumnya. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah kontribusi yang nyata berupa aspirasi dan informasi.

D. Metodologi penelitian 1. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat setelah penghitungan untuk menghasilkan hasil kuantitatif yang tepat4. Selain itu, pendekatan kuantitatif memiliki objektifitas yang dapat diketahui dan diamati. Sedangkan desain penelitian ini adalah surve. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mensurvei dan mengetahui respons Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film Sang Pencerah. Metode survey merupakan metode data yang ada

4

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), h. 37.


(16)

6

pada saat penelitian dilakukan. Dan data yang dikumpulkan melalui teknik penyebaran angket5.

2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 22 Maret 2011 sampai dengan tanggal 31 Mei 2011.

3. Populasi dan sampel

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang utama. Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian sebagai data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian, dan sampel merupakan himpunan bagian dari populasi yang menjadi objek sesungguhnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Komuniksi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009, yang mana pada setiap kelasnya masing-masing terdiri dari, kelas A berjumlah 33 orang, kelas B berjumlah 32 orang, kelas C berjumlah 32 orang, kelas D berjumlah 34 orang, kelas E berjumlah 35 orang, kelas F berjumlah 33 orang, dan kelas G berjumlah

5

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Janah, Metode Penelitian Kuantitatif ( Bandung: PT Grfindo Persada, 2005), h. 9.


(17)

7

37 orang. Untuk mendapatkan jumlah sampel dari total populasi, maka penulis

menggunakan rumus Slovin6

n =

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi e = Standar deviasi

Berdasarkan rumus Slovin diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili populasi dengan menggunakan standar deviasi sebesar 10% (biasa digunakan dalam penelitian) yaitu sebesar:

n =

n =

70,2 = 70 Mahasiswa

Hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang dapat mewakili populasi yaitu sebesar 70 mahasiswa, selanjutnya dalam penarikan sampel

dilakukan dengan metode random sampling yaitu penarikan sampel yang

dilakukan secara acak dari jumlah populasi. Dalam memudahkan dan pemerataan penarikan jumlah sampel yang dilakukan pembagian porsi sebagai berikut:

Tabel 1. Komposisi Porsi Penarikan Sampel

No. Kelas Jumlah

Populasi Jumlah Sampel

1 A 33 10

2 B 32 9

3 C 32 9

6


(18)

8

4 D 34 10

5 E 35 11

6 F 33 10

7 G 37 11

TOTAL 70 orang

4. Sumber Data

Adapun data-data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui penelitian lapangan dengan cara menyebarkan angket. Angket sendiri adalah daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden penelitian.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan, untuk mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data pendukung skripsi ini seperti buku-buku, surat kabar, internet.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Angket (kuesioner)

Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Pertanyaan yang diberikan kepada responden bersifat pertanyaan tertutup, yaitu responden menjawab pertanyaan yang sudah


(19)

9

disediakan dan responden tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan dengan memberi tanda.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan kepada subyek penelitian, yang didapatkan melalui buku, artikel, dan internet seperti sinopsis film dan foto-foto yang di dapat dari rumah produksi film Sang Pencerah.

6. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui angket kemudian di proses melalui tahap-tahap: a) Editing,yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk

diteliti dan kemudian dijumlahkan sesuai dengan pengelompokannya. b) Tabulating, yaitu dengan menjumlahkan jawaban-jawaban

selanjutnya yang dinyatakan dalam bentuk tabel, sehingga dapat diketahui kecendrungan tiap-tiap alternatif jawaban.

c) Analisis dan interpretasi data yakni mendeskripsikan data kuantitatif hasil perolehan angket menjadi bentuk kata-kata, sehingga pernyataan tersebut menjadi bermakna.

Penarikan kesimpulan pada setiap variabel ditentukan dengan rata-rata dari setiap indikator. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan hasil kali total responden pada masing-masing skor dengan bobot skornya. Kemudian dibagi dengan jumlah responden keseluruhan. Rumus yang digunakan untuk mencari rataan skor tersebut adalah sebagai berikut :


(20)

10

Dimana: X = Rata-rata

n1=Responden yang memilih skor tertentu s1=bobot skor

N=Jumlah total responden

Interpretasi selanjutnya diperoleh dengan mencari nilai skor rata-rata.Nilai skor rata-rata dapat diperoleh dengan rumus7 :

Dalam penelitian ini digunakan skala Likert dari 1 sampai dengan 5, sehingga nilai rata-rata yang diperoleh menjadi :

Berdasarkan nilai skor rata-rata tersebut, maka posisi kesimpulan memiliki rentang skala seperti Tabel 2 berikut8:

Tabel 2. Rentang Skala Pengambilan Kesimpulan

Kriteria Jawaban Skor/ Bobot

Nilai Rentang Skala

Sangat Tidak Setuju 1 1.00- 1.80

Tidak Setuju 2 1.81- 2.60

Ragu 3 2.61- 3.40

7

Nazir, Metode Penelitian, h.122. 8


(21)

11

STS TS R S SS

Setuju 4 3.41- 4.20

Sangat Setuju 5 4.21- 5.00

Sumber : Nazir, Metode Penelitian, h. 125

Gambar 1Rentang Nilai Skoring

7. Definisi Opersional

Definisi operasional menyatakan bagaimana operasi atau kegiatan yang harus dialakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukan konsep yang dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian karena definisi ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan gejala empirik.9

Dalam penelitian ini definisi operasional didapat dari variabel penelitian yaitu, variabel independen dan dependen, variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independen variabel (x), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat atau dependen variabel (y).10

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :

1. Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang sedang dianalisis pengaruhnya terhadap variabel terikat, dalam hal ini variabel bebasnya yaitu film Sang Pencerah yang dilambangkan X.

2. Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang sedang dianalisis tingkat pengaruhnya oleh variabel bebas dalam hal ini

9 Irawan Soehartono, “

MetodePenelitian Sosial” (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

h.29. 10


(22)

12

Respons Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 UN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai variabel dependen (terikat) yang dilambangkan dengan Y.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka untuk melihat pembahasan skripsi yang sama membahas mengenai respons dan film, dan setelah itu penulis menjadikan skripsi terdahulu tersebut sebagai perbedaan dan perbandingan penulis, seperti “ Respon Jamaah Majlis Taklim Al-Faizin Condet Jakarta Timur Terhadap Film Ayat-ayat Cinta yang dibuat oleh Sri Mulyati dengan NIM 104051002827 pada tahun 2008, Respon siswa SMK Islamiyah Ciputat Terhadap Film Naga Bonar jadi 2 yang dibuat oleh Ela Nurlaila dengan NIM 104051001749 pada tahun 2008. Dalam hal ini yang berbeda yaitu film yang diambil, penulis mengambil film yang bertemakan organisasi keagamaan dan skripsi yang terdahulu lebih kepada tema pendidikan, serta responden yang diambil oleh penulis adalah Mahasiswa Jurusan KPI Angkatan 2009.


(23)

13

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Ruang Lingkup Respons

Ruang lingkup respons terbagi atas pengertian respons, teori stimulus- respons, macam-macam respons, dan faktor-faktor terbentuknya stimulus respons. 1. Pengertian respons

Dalam kamus lengkap psikologi disebut bahwa “Respons adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau berarti suatu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau satu kuisioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.11

Respons dari kata responseyang berarti jawaban, balasan atau

tanggapan.12Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer di jelaskan bahwa respons adalah tanggapan atau reaksi.13Dalam Kamus Bahasa Indonesia, respons adalah tanggapan, reaksi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi.14

Dan menurut pendapat beberapa tokoh, seperti Abu Ahmadi mengenai definisi respons atau tanggapan yaitu “tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa

11J.P. Chaplin,”Kamus lengkap psikologi”, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, Persada, 2004), Cet ke-9, h. 432.

12

John,Echols dan hasanShadily.Kamus Bahasa Inggris Indonesia.Jakarta:gramedia.2003. 13

Peter Salim dan YennySalim, kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:English Modern Press,1991),h. 1268.

14


(24)

14

pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, sudah berhenti, hanya kesannya saja.15

Respons merupakan timbal balik dari apa yang di komunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi menampakan jalinan sistem yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila unsur-unsur di dalamnya terhadap keteraturan.

Respons akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Ahmad Subandi, respons dengan istilah umpan balik yang memiliki peran atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi, dengan adanya respons yang disampaikan oleh objek dakwah kepada subjek dakwah dari komunikan kepada komunikator, akan meminimalisir kesalahan penafsiran dalam sebuah proses dakwah dan komunikasi.16

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat dalam bukunya psikologi komunikasi respons adalah suatu kegiatan dari organisme itu, bukanlah suatu gerakan yang positif, setiap jenis kegiatan yang ditimbulkan oleh suatu perangsang dapat juga disebut respons. Secara umum respons atau tangapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari pengamatan. Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan tanggapan adalah pengalaman tentang subjek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

15

Abu Ahmadi. Psikologi Belajar.(JakartaRieneka Cipta,1992),h.64. 16


(25)

15

informasi dan menafsirkan pesan, lalu respons terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kognitif, afektif dan konatif.

a. Respons kognitif berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan dan informasi seorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami dan dipersiapkan oleh khalayak. b. Respons afektif berhubungan dengan emosi, sikap dan nilai sesorang terhadap sesuatu. Respons ini timbul apabila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

c. Respons konatif berhubungan dengan prilaku nyata meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berprilaku.17

2. Teori Stimulus― respons

Pada pasca Perang Dunia I, ketakutan terhadap propaganda telah mendramatisasikan efek media massa. Harold Laswell membuat desertasinya tentang teknik-teknik propaganda analisis menganalisa teknik-teknik propaganda pada Perang dunia I. the Institude for propaganda analysis menganalisa teknik-teknik propaganda yang dipergunakan oleh pendeta radio Father Coughlin. Pada saat yang sama, behaviorisme dan psikologi instink sedang popular di kalangan ilmuwan. Dalam hubungan dengan media massa, keduanya melahirkan apa yang disebut Melvin De Fleur (1975) sebagai “ Instinctive S-R theory”.18

17

JalaludinRakhmat, Psikologi Komunikasi,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1991),h.128.

18

Werner J. Severin-James W. Tankard, Jr, “ Teori Komunikasi”, (Jakarta:PT. Kencana,2005), cet ke-5, h.127 .


(26)

16

Teori stimulus-respons, atau biasa disebut teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response, semula berasal dari psikologi, yang muncul antara tahun 1930 dan 1940. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, hal ini dikarenakan objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, prilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.19

Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap situasi tertentu. Teori ini memiliki tiga elemen utama, yakni (a) pesan (stimulus); (b) penerima (receiver); dan (c) efek (respon).20

Teori stimulus respons, menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak pertama (receiver) sebagai akibat dari komunikasi. Menurut teori ini dampak atau pengaruh yang terjadi pada pihak penerima pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus.21

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek

“ how” bukan “what” dan “why”. Dalam hal ini how to change the attitude,

bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

19

OnongUchjanaEffendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2003), Cet Ke-3, h.254.

20

Muhammad Mufid, Komunikasi dan regulasi Penyiaran,(Jakarta:Kencana,2005) Cet.ke-1, h.22.

21

SasaDjuarsaSendjaja, Pengantar Komunikasi,(Jakarta:Universitas terbuka,2005)Cet.ke-9, h.3.24.


(27)

17

Stimulus

Respons (Perubahan Sikap)

Organisme:  Perhatian

 Pengertian

 Penerimaan

Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya”, sebagaimana yang diungkapkan Hovland, Janis dan Alley dalam bukunya OnongUchjanaEffendy, menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting, yaitu: perhatian, pengertian, dan penerimaan.

Gambar 1. TEORI S-O-R

Gambar diatas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.22 Proses berikutnya adalah komunikan mengerti, kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses selanjutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.23

Kelemahan teori stimulus-respons adalah penyamarataan individu. Bagaimanapun, pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu

22

OnongUchjanaEffendy, Ilmu, Teori, dan Filasat Komunikasi,(Bandung:PT. Citra aditya Bakti,2003), Cet.Ke-3, h.255.

23


(28)

18

dalam kondisi kejiwaan yang berbeda. Karenanya, pada tahun 1970, Melvin De fleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respons dengan teorinya yang dikenal sebagai individualdifference theory. DeFleur mengatakan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi berbeda-beda sesuai dengan karakteristik pribadi individu.

3. Macam-macam Respons

Bentuk dan macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan dapat dibedakan berdasarkan indera yang digunakan menurut asalnya ataupun ikatannya, berdasarkan indera yang dipakai tanggapan terbagi menjadi lima macam, dalam hal ini Abu Ahmadi mengatakan: “menurut indera yang digunakan tanggapan pengadilan, tanggapan baru, tanggapan pengecap, tanggapan pendengar, tanggapan peraba,” “menurut ikatannya, tanggapan dibagi menjadi dua

macam yaitu tanggapan keberadaan dan tanggapan pengamatan.24

Sedangkan menurut Agus Sujanto dalam bukunya Psikologi Umum, disebut ada beberapa jenis tanggapan, yaitu :

a. menurut indera yang mengamati, yaitu:

1) Tanggapan auditif, ialah tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain.

2) Tanggapan visual, ialah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat. 3) Tanggapan perasa, ialah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya. b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

24

Abu Ahmadi dan B Harlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta 1992), Cet. Ke-3, h.64.


(29)

19

1) Tanggapan ingatan, ialah tanggapan terhadap sesuatu yang diingatnya di masa lalu.

2) Tanggapan fantasi, ialah tanggapan masa kini atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.

3) Tanggapan fikiran, ialah tanggapan masa datang atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.

c. Tanggapan menuju lingkungannya, yaitu:

1) Tanggapan benda, ialah tanggapan terhadap benda yang

menghampirinya, berada di dekatnya atau yang ada disekitarnya. 2) Tanggapan kata-kata, ialah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau

dilontarkan oleh lawan bicara.25 4. Faktor terbentuknya Respons

Sejak manusia lahir, sejak itulah manusia langsung menerima stimulus sekaligus dituntun untuk menjawab dan mengatasi semua pengaruh.Manusia dalam pertumbuhannya menjawab dan mengatasi semua pengaruh dirinya, untuk mengembangkan fungsi alat inderanya sesuai fungsinya, terus memperhatikan, menggali semua yang ada di sekitarnya.

Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat inderanya dalam menggali lingkungan sekitar serta aspek eksternal (yang mempengaruhi dari luar diri manusia) seperti dikatakan

25


(30)

20

BimoWalgito “alat indera itu penghubung antara individu dengan dunia

luarnya”26

.

Tanggapan dilakukan seseorang dapat terjadi kalau terpenuhi faktor penyebabnya, hal itu perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat menanggapi dengan baik, pada proses awalnya individu mengadakan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, tidak semua stimulus itu mendapat respons individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menerima dirinya. Stimulus mendapat pemilihan dan individu akan tergantung pada dua faktor:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam dirinya.

Manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berada pada lingkungannya

Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang yang menyebutnya dengan faktor stimulus.

Seseorang yang melakukan tanggapan satu waktu menerima bersama-sama stimulus dapat didasari oleh individu, stimulus harus cukup kuat, apabila stimulus tidak cukup kuat bagaimana besarnya perhatian dari individu, stimulus tidak akan di tanggapi oleh yang bersangkutan, dengan demikian ada batasan kekuatan stimulus, agar stimulus dapat

26


(31)

21

memindahkan kesadaran paada individu. Batas kekuatan individu disebut ambang absolute setelah dibawah atau juga disebut ambang stimulus. Kurang dari kekuatan tersebut individu tidak akan menyadarinya.27

B. Ruang Lingkup Film 1. Pengertian Film

Film dikenal dengan movie yang mengandung arti gambar hidup, dan bioskop.28Selain itu film dianggap lebih sebagai media hiburan ketimbang media pembujuk.

Pada dasarnya tontonan bergerak sudah lama ada.Banyak tempat memiliki seni pertunjukan boneka. Namun tidak urung ketika film layar lebar mulai di tayangkan pada tahun 1894, tanggapan publik begitu besar.

Namun yang jelas film sebenarnya punya kekuatan bujukan atau persuasi yang besar. Kritik publik dan adanya lembaga sensor juga menunjukan bahwa sebenarnya film sangat berpengaruh.

Menurut Onong Uchyana Efendi film merupakan medium komunikasi yang ampuh, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Menurut Alex Shobur (2003), bahwa film merupakan bayangan yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan selalu ada kecendrungan untuk mencari relevansi antara film dengan realitas kehidupan. Bahkan, Jakob Sumardjo, dari pusat pendidikan film

27

Elizabeth B Harlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Erlangga,1991), h.185. 28


(32)

22

dan televisi, menyatakan bahwa film berperan sebagai pengalaman dan nilai.29 Efek dari film adalah peniruan yang di akibatkan oleh anggapan bahwa apa yang dilihatnya wajar dan pantas untuk dilakukan oleh setiap orang.

Bila dilihat lebih mendalam, film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film memiliki realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu, baik realitas dalam bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukan pada kita jejak-jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang. Sehingga dalam perkembangannya, film bukan lagi sekedar usaha menampilkan

“Citra Bergerak” (Moving Images). Namun juga telah diikuti oleh muatan-muatan

kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia, atau gaya hidup.30

Film dapat digunakan sebagai alat propaganda, karena film dianggap memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional dan popularitas yang hebat. Upaya menyatukan pengembangan pesan dengan hiburan sudah lama diterapkan dalam kesusastraan dan drama.Namun, unsur-unsur baru dalam film memiliki kelebihan dalam segi kemampuannya menjangkau sekian banyak orang dalam waktu yang cepat dan kemampuannya memanipulasi kenyataan yang tampak dengan pesan fotografis, tanpa kehilangan kredibilitas.31 Secara teknis, film

29

AepKusnawan. Et al, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah press, 2004, Cet. Ke-1,h. 94.

30 Victor C. Mambor, satu abad “Gambar Idoep” di Indonesia, http://kunci.co.id/teks/victor .

31


(33)

23

mengkombinasikan fotografi, stereo, grafik digital, komputer dan teknologi perfilman sendiri.32

Film hadir dalam bentuk audio visual. Melalui audio visual inilah, film dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada para penontonnya, pengalaman itu menyampaikan berbagai nuansa perasaan (afektif), dan pemikiran (kognitif) kepada penontonnya, akan tetapi efek yang paling signifikan dari film adalah efek terhadap kognitifnya dibandingkan dengan afektifnya.33Maka dari sinilah film bisa dijadikan sebagai media komunikasi yang berfungsi sebagai media tabligh, yaitu media untuk mengajak kepada kebenaran dan kembali menginjakan kakinya di jalan Allah SWT.

Karena film memerlukan khalayak yang besar, karena pasar merupakan sumber pendapatan utama dan juga kontrol pemerintah selalu mengancam para produser berusaha tidak menyinggung perasaan siapapun.

Mereka memang membuat aneka film tentang kenakalan remaja, skandal asmara, pemisahan rasial, kejahatan dan kesehatan mental, namun mereka berusaha tidak menyinggung kepentingan siapapun.34

2. Jenis-jenis Film

Film-film yang telah beredar memiliki beberapa jenis, jenis tersebut dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

32

Denis Mc. Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Edisi ke-2, Jakarta:Erlangga, 1987, h. 15.

33

Achmad Mubarok,PsikologiDakwah, Jakarta: Pustaka firdaus, 1999,Cet. Ke-1,h.158 34

Wiliam L. Rivers, Media Massa dan Masyarakat Modern,Jakarta:Prenada Media, 2003, h. 252.


(34)

24

1) Drama, adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang hebat, mengandung konflik pergolakan, clash benturan antara dua orang atau lebih. Sifat drama :romance, tragedy, dan komedi.

2) Realism, adalah sebuah film yang mengandung relevansi dengan kehidupan keseharian.

3) Film, Sejarah, menuliskan tokoh tersohor dan peristiwa.

4) Film Perang, menggambarkan peperangan atau situasi di dalamnya atau setelahnya.

5) Film Futuristik, menggambarkan masa depan secara khayali. 6) Film anak, mengupas kehidupan anak.

7) Cartoon, cerita bergambar yang mulanya lahir di media cetak, yang diolah sebagai cerita bergambar, bukan saja sebagai story board, melainkan gambar yang selalu bergerak dengan teknik animation atau singles stroke operation.

8) Adventure, film pertarungan, tergolong film klasik.

9) Crime story, pada umumnya mengandung sifat-sifat heroik. 10)Film Religi, berisikan mengenai ajaran-ajaran suatu agama. 11)Film seks, menampikan erotisme.

12)Film misteri/horror,mengupas terjadinya fenomena supranatural yang menimbulkan rasa wonder, heran,takjub dan takut.35

35


(35)

25

Adapun unsur-unsur yang sangat erat kaitannya dalam produksi sebuah film, yaitu sebagai berikut:

1. Title (judul)

2. Crident title, meliputi: produser, karyawan, artis, dan lain-lain.

3. Tema film

4. Intrik, yaitu usaha pemeranan film untuk mencapai tujuan 5. Klimaks, yaitu benturan antar kepentingan.

6. Plot (alur cerita)

7. Suspense atau keterangan, masalah yang masih terkatung-katung 8. Million setting, yaitu latar belakang terjadinya peristiwa, masa waktu,

bagian kota, perlengkapan, aksesoris dan fashion yang disesuaikan. 9. Sinopsis, yaitu untuk memberi ringkasan atau gambaran dengan cepat

kepada orang yang berkepentingan. 10.Trailer, yaitu bagian film yang menarik

11.Character, yaitu karakteristik pelaku-pelakunya.

Adapun struktur-struktur sebuah film adalah sebagai berikut: 1. Pembagian cerita (Scene)

2. Pembagian adegan (Sequence)

3. Jenis pengambilan gambar (Shoot)

4. Pemilihan adegan pembuka (Opening)

5. Alur cerita dan continuity

6. Intrigue meliputi jealousy, penghianatan, rahasia bocor, tipu muslihat, dan lain-lain.


(36)

26

7. Anti klimaks, penyelesaian masalah.

8. Ending, pemilihan adegan penutup.

3. Karakteristik Film

Film, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai cerita yang dituturkan kepada penonton melalui rangkaian gambar bergerak.

Cerita sebenarnya bisa dikisahkan melalui berbagai media, seperti novel, drama panggung, dan sebagainya. Menuturkan cerita melalui rangkaian film tentu saja berbeda dengan apabila kita menuturkan cerita melalui novel misalnya. Oleh karena itu, pertama-tama kita harus memahami karakteristik film, yaitu sebagai berikut:

a. Film menggunakan unsur gambar sebagai sarana utama untuk

menyampaikan informasi.

Sebagaimana yang kita ketahui, dalam sejarahnya film adalah kesinambungan dari fotografi.Pada mulanya film masih bisu, baru kemudian unsur suara melengkapi unsur gambar.Gambar dan suara, keduanya secara bersama-sama menceritakan cerita pada penonton. Keduanya mengandung apa yang dinamakan ekspresi. Kita melihat gambar dan mendengar suara, bahwa film bisu mampu bercerita tanpa unsur suara memberikan kepada kita satu pengertian, gambar mencukupi untuk mengisahkan cerita. Bertutur menggunakan media film adalah pertama-tama bertutur visual. Dengan demikian, apabila kita ingin menuturkan cerita melalui film, maka kita harus


(37)

27

berpikir visual. Artinya, berpikir bagaimana suatu informasi akan disampaikan dalam bentuk gambar.

Unsur suara (dialog, musik, dan efek) merupakan sarana penunjang. Unsur suara dipergunakan apabila:

1) Gambar sudah tidak sanggup menjelaskan.

2) Gambar tidak efektif dan efisien.

3) Suara digunakan untuk menunjang mood, suasana atau perasaan.

4) Suara dipergunakan sebagai realitas.

b. Film memiliki keterbatasan waktu

Pengarang novel, misalnya, bisa menentukan sendiri kapan mengakhiri novelnya.Tetapi film memiliki panjang tertentu, antara 80 sampai 120 menit, atau bahkan bila kita menentukan waktu 3 jam sekalipun maka batasan waktu telah kita tetapkan.

c. Layar yang luas/ lebar

Film televisi sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran besar.

d. Pengambilan gambar

Sebagai konsekuensi layar lebar, maka pengambilan gambar dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh, atau extreme long shoot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh.


(38)

28

e. Konsentrasi penuh

Dari pengalaman kita masing-masing, disaat kita menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh, kemudian film di putar, maka konsentrasi kita penuh terhadap film tersebut.

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Sejarah Singkat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah fakultas setelah terjadi perubahan nama dari Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Perubahan ini berdasarkan Keputusan Presiden RI. Nomor : 31 tahun 2002 sebagai perwujudan dari gagasan dan hasrat umat Islam, yang merupakan mayoritas bangsa Indonesia, untuk mencetak kader pemimpin Islam bagi keperluan perjuangan bangsa Indonesia. Dan tambahan kata “Komunikasi” sejalan dengan visi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu integrasi keilmuan, keislaman, kemanusiaan dan keindonesiaan.36

Fakultas Dakwah dan Komunikasi adalah fakultas yang merupakan pengembangan dari Jurusan Dakwah pada Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif

36

Praktikum Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, ( Jakarta: Dakwah Press Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2007)h.1.


(39)

29

Hidayatullah, yang secara resmi dibuka pada tahun akademik 1990/1991 ( pada waktu itu masih bernama Fakultas Dakwah), 37

Diawali dengan membuka satu jurusan yaitu Penyiaran dan Penerangan Agama (PPA) dengan 2 kelas dan jumlah mahasiswa sekitar 80 orang.

Akhirnya perkembangan Fakultas Dakwah pada tahun 1992-1995 memiliki 2 jurusan yaitu : PPA dan BPA38.

Seiring perkembangan Fakultas Dakwah tersebut, akhirnya pada tahun 1994/1995 terjadi perubahan nama jurusan BPA menjadi BPI yaitu Bimbingan Penyuluhan Islam dan pada tahun 1996/1997 terjadi perubahan nama kembali, yaitu Jurusan Penyiaran dan Penerangan Agama (PPA) berganti nama menjadi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) sampai sekarang. Perubahan tersebut didasarkan kepada surat keputusan Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama tahun 199939.

Seiring dengan kemajuan yang pesat di era globalisasi, jurusan KPI senantiasa menghasilkan perubahan sesuai dengan tantangan zaman. Kurikulum yang ada sekarang tidak kalah jauh dari jurusan komunikasi di kampus lain. pada prinsipnya sama, yang membedakan KPI mempunyai Penyiaran Islam. Untuk ke depan, KPI akan difokuskan kepada hal-hal umum. Terbukti sekarang ada program studi Jurnalistik.

37

Yunan Yusuf, Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi, ( Jakarta: UIN Syahid, 2004-2005),h.14.

38

Yunan Yusuf, Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi, ( Jakarta: UIN Syahid, 2004-2005),h.14.

39


(40)

30

Dengan kemajuan tersebut, KPI dan Jurnalistik sekarang mempunyai praktikum mata kuliah sendiri, antara lain computer. Isi materinya berbeda dengan jurusan lain, lebih kepada desaign grafis, layout majalah, tabloid,bulletin dan Koran. Sedangkan dalam pelaksanaan prakteknya sarana dan prasarana KPI juga

mulai membaik dengan adanya laboraturium Radio, TV dan

Fotografi.Mahasiswanya pun di didik sebagai konseptor acara keagamaan di televisi.40

2. Visi, Misi, Tujuan dan Kompetensi Jurusan KPI

Visi dari Jurusan KPI adalah” Menjadikan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sebagai pusat keunggulan dalam bidang keilmuan Komunikasi dan Penyiaran Islam”. Sedangkan Misi dari Jurusan KPI adalah :

a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang Ilmu

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

b. Melakukan penelitian di bidang Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.

c. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka mengamalkan

Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.

d. Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dengan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

e. Melakukan pembinaan akhlak mulia.

Tujuan dari Jurusan KPI adalah;

40


(41)

31

a. Menyiapkan peserta didik mempunyai kemampuan komunikasi dan

dakwah secara professional baik lisan ataupun tulisan juga di media massa atau elektronik.

b. BerkepribadianIslami yang dapat menjadi teladan bagi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c. Menguasai dasar-dasar metodologi Ilmu komunikasi dan Penyiaran Islam sehingga mampu mengembangkan dan bertindak sebagai sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam

d. Memahami asas-asas pengolahan KPI melalui media tradisional/ modern serta mampu bekerja sesuai keahliannya.41

Sedangkan kompetensi dari Jurusan KPI adalah;

Menjadikan mahasiswa terampil dalam bidang Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam

Menjadikan mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam berkepribadian dan berakhlak mulia, dinamis, kreatif dan inovativ.42

3. Profil Mahasiswa Jurusan KPI Angkatan 2009

Mahasiswa adalah salah satu bagian dari kalangan akademis, yang memiliki daya intelektual dan daya kreatif tinggi. Dalam hal ini, mahasiswa jurusan KPI angkatan 2009 termasuk salah satunya, ini terbukti dengan keikutsertaan mereka dalam berbagai kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KPI maupun Unit Kegiatan Mahasiswa

41

Praktikum Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Jakarta: Dakwah Press Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2007)h.3-4.

42


(42)

32

(UKM) Jurusan atau bisa disebut juga LSO (Lembaga Semi Otonom). LSO yang ada di jurusan KPI antara lain, yaitu Komunitas Mahasiswa Kreatif Audio Visual ( KOMKA) dan Paduan Suara Voice Of Communication (VOC). Sebenarnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh BEMJ KPI maupun LSO-LSO yang ada di jurusan KPI sama saja. Seperti, seminar mahasiswa, pelatihan jurnalistik, workshop film, public speaking, pelatihan penyiar radio atau pembaca berita TV, dan lain sebagainya.

Hanya saja LSO-LSO di jurusan KPI seperti KOMKA dan VOC hanya focus kepada satu kegiatan saja. KOMKA adalah komunitas yang lebih fokus kepada kegiatan audio visual seperti yang berhubungan dengan film dan televisi. Sedangkan Paduan Suara VOC adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dalam bidang tarik suara, tentunya paduan suara VOC diiringi oleh musik, dalam hal ini Paduan Suara VOC juga memilik band, jadi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan VOC hanya berfokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan paduan suara dan musik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa jurusan KPI angkatan 2009 adalah mahasiswa yang benar-benar memiliki sifat kritis, daya kreativitas tinggi diimbangi dengan moral serta akhlak yang baik, dalam mengembangkan ilmu yang di dapat dari perkuliahan. Tentunya hal ini dapat menambah pengalaman dan bekal mereka di masa depan nanti.

B. Profil Film Sang Pencerah


(43)

33

Lahir pada tanggal 1-Agustus-1869 di kampung Kauman Jogjakarta, Muhammad Darwis tumbuh menjadi anak yang cerdas, kritis dan selalu menjadi panutan teman-temannya. Pada usia 8 tahun, Darwis sudah khatam baca Al’quran. Semakin dewasa, Darwis menjadi semakin kritis. Tradisi yang berjalan di lingkungan tempat tinggalnya selalu menjadi bahan pertanyaan di dalam hatinya.

“Kenapa setiap mengaji Yasin selalu ada kopi,apem,makanan dan rokok

untuk orang yang sudah meninggal?”…

“Kenapa harus ada acara nujuh hari,empatpuluh hari,seratus hari memperingati wafatnya seseorang?”…

“Kenapa selalu ada kemenyan?”..

“Ziarah kubur…Ruwatan..Padusan..Grebegan..dst..dst

Jawaban para Alim ulama dan orang yang di tuakan cuma satu dan singkat.”Sudah tradisi”

Jawaban semacam itu jelas sangat tidak memuaskan dan malah menimbulkan pertanyaan baru di dalam hatinya.

“Kenapa tradisi seperti menjadi wajib di dalam Islam?”.

Hari-hari menjadi bulan, bulan menjadi tahun.Kiai Abubakar merasa anaknya sudah cukup umur untuk berumah tangga.Muhammad Darwis di nikahkan dengan SitiWalidah putri dari Kiai Muhammad Fadlil yang tidak lain adalah paman dari Muhammad Darwis sendiri. Berselang beberapa bulan dari pernikahannya, kebahagiaan sebagai mempelai harus di tingalkan karena desakan dari orang tua yang menginginkan Darwis pergi ke Mekkah guna menunaikan


(44)

34

ibadah Haji sekaligus menambah pengetahuan yang luas dan mendalam tentang agama Islam. Siti Walidah tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya.

“Anak pertamaku tidak akan di Adzani oleh bapaknya”…

“Aku Adzani anak kita di hadapan Masjidil Haram”.Darwis mencoba meyakinkan istrinya.

Siti Walidah menghela nafas dan tersenyum. Darwis pun tersenyum lega dan mengecup kening istrinya dengan lembut.

Selama di Mekkah selain menunaikan Haji, Darwis menambah pengetahuan tentang Islam dari beberapa Alim Ulama yang berasal dari Indonesia juga Ulama dari tanah Arab. Pengetahuan ini semakin menambah keberaniannya untuk mempertanyakan dan merubah tradisi di kampungnya.

Setelah enam bulan di Mekkah,Darwis yang sudah mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan kembali ke Tanah Air dengan niat ingin merubah semua tradisi yang di anggapnya telah mengakar dan menyimpang dari inti ajaran Islam.

Setahun sepulangnya dari Mekkah, Kiai Abu Bakar wafat. Secara adat istiadat Kraton Yogyakarta bilamana salah seorang abdinya yang meninggal dunia, maka anak lelaki yang sulung diangkat sebagai gantinya. Jadilah Ahmad Dahlan seorang Khatib Amin,yang di sahkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII.

Permasalahan yang paling ingin di selesaikannya adalah masalah arah sholat atau Kiblat. Selama perjalanannya menyebarkan Syiar agama Islam di sekitar Jogja, Kiai Dahlan beberapa kali menemukan keanehan di dalam arah sholat di beberapa Masjid.Ada Masjid yang arah kiblatnya menghadap timur laut


(45)

35

dan barat daya. Menurut Kiai Dahlan hanya Masjid Demak dan Masjid Panembahan Senopati di Kota Gede yang arah kiblatnya benar. Selain itu tidak ada yang benar arah Kiblatnya termasuk Masjid Gede Kauman.

Niat Kiai Dahlan untuk membetulkan arah Kiblat Masjid Gede Kauman mendapat tentangan dari mayoritas pengurus Masjid. Kiai Penghulu Kamaludiningrat adalah orang yang sangat menentang niat itu.Kiai Dahlan terus berusaha dengan memberi pengertian secara ilmiah dan logika kepada kolega-koleganya terlebih dahulu. Akhirnya Kiai Dahlan merasa perlu mengumpulkan para Alim Ulama dari dalam dan luar kota Jogja untuk memecahkan masalah Kiblat tersebut. Bertempat di Surau miliknya,di hadapan enam belas Ulama dan beberapa pemuda, Kiai Dahlan menjelaskan secara ilmiah tentang arah Kiblat yang benar. Walaupun Tidak ada kata sepakat dalam Musyawarah ini, Kiai Dahlan merasa cukup puas karena sudah menumbuhkan sedikit kesadaran di kalangan Ulama.

Tidak lama dari Musyawarah itu, kampung Kauman geger. Masjid Besar yang menjadi simbol dan panutan warga Jogja, lantainya di garis dengan kapur. Ini di anggap sebagai penistaan. Kiai Penghulu merasa di ganggu dan kewibawaannya di lecehkan.

Kiai Penghulu menduga bahwa peristiwa ini adalah kelanjutan dari musyawarah yang di adakan oleh Kiai Dahlan beberapa waktu yang lalu. Di hadapannya, Kiai Dahlan di paksa untuk memberi tahu siapa yang telah berani melakukan pelecehan terhadap dirinya dan menistakan Masjid Besar.


(46)

36

Peristiwa dan tekanan yang di lakukan Kiai Penghulu terhadapnya tidak menyurutkan niatnya membetulkan arah Kiblat. Kiai Dahlan memperbaiki arah Kiblat di Suaraunya menghadap arah yang di yakininya tepat menghadap Masjidil Haram. Langkah inilah yang semakin membuat Kiai Penghulu bertambah murka dan benci kepada Kiai Dahlan.Melalui utusannya Kiai Penghulu memerintahkan agar Kiai Dahlan segera merobohkan suarunya. Berlinanglah air mata Kiai Dahlan, beliau merasa terpukul.

Pada 15 Ramadhan setelah sholat Tarawih, surau Kiai Dahlan di hancurkan oleh kuli-kuli dari Kawedanan Pangulon yang berjumlah 15 orang. Para jamaah yang sedang melaksanakan Tadarus berhamburan. Penghancuran ini di laksanakan dengan semangat dan riang gembira oleh para kuli. Tidak ada perlawanan yang berarti dari para jamaah surau.

Pagi buta Kiai Dahlan menatap lirih suraunya yang sudah hancur dengan tanah.sejak senja beliau meninggalkan rumahnya karena merasa tidak akan kuat menyaksikan penghancuran itu. Dengan hati yang gundah beliau mengajak istrinya untuk meninggalkan kampung Kauman, bergegas mereka menuju stasiun Tugu.

Niat untuk meninggalkan kota Jogja dapat di cegah oleh Kiai M.Saleh dan istrinya.

“Seorang pemimpin yang baik tidak akan meninggalkan keluarga dan

umatnya ”istri Kiai Saleh coba membujuk.

Setelah peristiwa tersebut Kiai Dahlan memperbaiki dan berangkat Haji yang kedua kali bersama putra pertamanya yang masih berumur enam tahun.


(47)

37

Sekembalinya dari Makkah, beliau mendengar adanya pergerakan nasional yang berisikan para periyayi Jawa. Kiai dahlan sangat tertarik dan ingin mengetahuinya lebih dalam. Lewat Mas Joyosumarto yang kebetulan mempunyai family di Kauman, Kiai Dahlan di perkenalkan dengan Dr.Wahidin Sudirohusodo yang tak lain adalah pendiri organisasi Budi Utomo.Pada kesempatan ini Kiai Dahlan mengutarakan niatnya untuk menjadi anggota Budi Utomo. Niat mulia ini di sambut gembira oleh Dr.Wahidin dan para pengurus Budi Utomo yang lain. Tetapi Sujak, Hisyam, Tamim dan Fahrudin yang notabene para murid Kiai Dahlan mempunyai perasaan sebaliknya. Mereka khawatir Kiai Dahlan akan menyimpang dari ajaran Islam.

Semenjak menjadi anggota Budi Utomo, tingkah laku Kiai Dahlan di anggap aneh oleh beberapa murid dan jamaahnya, beliau mengajarkan murid-muridnya bernyanyi menggunakan biola, menggunakan kursi dan bangku yang di anggap buatan orang kafir.

“Jangan-jangan Kiai sudah terpengaruh oleh orang-orang Budi Utomo

yang kebanyakan kejawen”.

Karena sikapnya ini, perlahan-lahan banyak murid dan jamaahnya meninggalkan Kiai Dahlan dan tidak lagi mengikuti pengajian di Surau beliau. Situasi seperti ini memaksa Kiai Dahlan mengungkapkan dan menjelaskan maksudnya menjadi anggota Budi Utomo dan bersikap sedikit agak nyeleneh.

“Aku sedang belajar cara berorganisasi,cara membuat sekolah, cara mengajar murid-murid secara efektif, semua itu untuk mewujudkan cita-citaku


(48)

38

Keinginan Kiai Dahlan mendirikan organisasi ternyata kembali membuat Kiai Penghulu menjadi marah, beliau menganggap Kiai Dahlan hendak menjadi presiden.

“Kiai Dahlan seorang Khatib,dia memohon menjadi Residen perkumpulan muhammadiyah yang nantinya akan menguasai orang-orang Islam Muhammadiyah lalu menguasai Kauman lalu mereka tidak akan mematuhi

perintah-perintah kami dan Sultan”..

Sontak Rykbestuur tertawa mendengar penjelasan Kiai Penghulu tersebut. Rupanya Kiai Penghulu salah dalam menafsirkan kata Presiden dan Residen, setelah di jelaskan oleh Rykbestuur perbedaannya, Kiai Penghulu mencabut penolakannya terhadap permohonan izin Kiai Dahlan untuk mendirikan Muhammadiyah.

Pada hari Sabtu malam Minggu terakhir dalam bulan Desember 1912 Miladiyah, Muhammadiyah mengadakan rapat Undangan Terbuka untuk memproklamirkan berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah, bertempat di

Gedung LoodgeGebouwMalioboro.

“Dan adakanlah di antara kamu segolongan umat yang menyerukan kepada kebaikan dan menghindari kemungkaran..(Al-Imron ayat 104) Ayat inilah yang mengilhami Kiai Dahlan untuk membuat organisasi Muhammadiyah.


(49)

39

a.Kiai Ahmad Dahlan: Seorang Khatib di Masjid Besar Kauman, dengan gelar Khatib Amin. Budi pekertinya halus, sabar dan suka mengalah asalkan tidak menyinggung hukum agama yang merugikan, selalu menghindari konflik tetapi tegas dalam berkeyakinan apa yang di anggapnya benar.Kritis dalam menyikapi keadaan di sekitarnya. Keinginannya adalah menghapuskan tradisi-tradisi Bid’ah yang sudah mengakar dalam kehidupan umat Islam, walaupun akan merugikan dirinya sendiri.Ingin mengembalikan Islam yang berdasarkan Al’quran dan Hadist Rosul.

b.Muhammad Darwis: Tidak lain adalah nama lahir dari Kiai Dahlan. Kritis, sangat ingin tahu,Seorang anak yang banyak akal, ulet dan pandai memanfaatkan sesuatu,sangat cerdas dalam pergaulan anak-anak sebaya dia selalu di sukai dan di turuti.Pada usia delapan tahun sudah khatam

Al’Quran.

c.NyaiWalidah : Istri dari Kiai Ahmad Dahlan. Budi pekertinya baik,halus dan sabar dalam menyikapi dan melayani Kiai Dahlan. Beliau adalah putri dari Kiai Penghulu Hakim M.Fadlil,

d.Kiai Abubakar :Ayah dari Kiai Ahmad Dahlan. Salah satu Khatib yang sangat di segani di sekitar Jogja. Kharismanya tinggi, halus budi pekertinya, Sangat sayang kepada keluarga, khususnya kepada Kiai Dahlan.

e.Kiai Penghulu Kamaludiningrat: Khatib yang paling di tuakan di lingkungan Masjid Besar Kauman. Dingin, Cukup berpengaruh dan di


(50)

40

segani. Sangat bangga akan kekuasaan yang di embannya. Sangat menjunjung tinggi tradisi di lingkungan dan agama Islam. Sangat menentang ide-ide pembaharuan yang di lontarkan Kiai Dahlan.

f. Kiai Lurah H.M Noor: Seorang alim yang terkemuka di Jogja, berwibawa, mempunyai kedudukan sebagai Imam Rhatib di Masjid Besar, beliau adalah kakak ipar dari Kiai Dahlan.

g.Kiai M Fadlil: Seorang alim yang di segani di Jogja, jabatannya adalah Kiai Penghulu, berwibawa dan berkharisma, beliau adalah ayahanda dari Siti Walidah.

h.Sri Sultan Hamengkubuwono VII: Beliau adalah raja yang sangat di segani oleh rakyatnya. Kharismanya sangat tinggi dan berwibawa.

i. Dr.Wahidin Sudirohusodo: Seorang priyayi. Dokter lulusan STOVIA, beliau adalah salah satu pendiri organisasi Budi Utomo. Berkharisma dan sangat disegani, nasionalismenya tinggi.Kepada beliaulah Kiai Dahlan belajar berorganisasi dan mendirikan sekolah yang benar.

j. Mas Joyosumarto: Asisten Dr.Wahidin Sudirohusodo, mempunyai banyak

family di Kauman. Beliaulah yang menjadi perantara pertemuan anatara Kiai Dahlan dan Dr.Wahidin Sudirohusodo. Memiliki rasa nasionalisme yang cukup tinggi, sangat mendukung cita-cita Kiai Dahlan dalam mendirikan sebuah Organisasi.

k.Kiai M Saleh: Kakak ipar sekaligus guru bagi Kiai Dahlan. Beliau adalah lawan diskusi dan panutan bagi Kiai Dahlan. Budi pekertinya baik, salah satu pendukung Kiai Dahlan dalam usaha memperbaiki arah Kiblat.


(51)

41

l. Nyai M Saleh:I stri dari Kiai M Saleh,s eorang ibu rumah tangga biasa,t elaten, lembut, sangat menyayangi keluarganya, beliau adalah kakak kandung dari Kiai Dahlan

m. Sudja: Murid dan kader langsung dari Kiai Dahlan. Salah satu pengurus pertama Muhammadiyah. Selalu mendukung setiap langkah Kiai Dahlan. Wataknya agak sedikit keras, jiwa sosialnya sangat tinggi.

n. Fakhrudin: Salah satu murid dan kader langsung Kiai Dahlan. Adik kandung dari Sudja.


(52)

42

BAB IV

RESPONS MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM ANGKATAN 2009 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH TERHDAP FILM SANG

PENCERAH A. Karakteristik Responden

Setelah melakukan penelitian di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, ditemukan beberapa hal yang menjadi temuan lapangan.

Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2009. Penelitian ini diadakan untuk mengetahui sejauh mana respons mahasiswa dan mahasiswi terhadap film Sang Pencerah. Maka pada penelitian ini yang menjadi sample populasi sebanyak 70 orang yang pernah menonton film tersebut.

Dari 70 kuesioner yang terkumpul valid, peneliti mendapatkan data mengenai karakteristik responden dan selanjutnya peneliti klasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: jenis kelamin dan latar belakang pendidikan.

1. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 70 orang terdapat 52.8% responden mahasiswa laki-laki dan 47.2% responden mahasiswa perempuan.Hal ini menunjukkan bahwa responden laki-laki lebih banyak porsinya dibandingkan dengan jumlah responden


(53)

43

perempuan, selainitu juga menunjukkan bahwa responden mahasiswa laki-laki lebih menyukai dan lebih mengetahui mengenai film Sang Pencerah.Selain itu juga dapat diketahui

bahwa responden laki-lakilebih menyukaidan seringmeluangkanwaktu untuk menyaksikan film-film yang bertemakan sejarah dan kepemimpinan di bioskop.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah Responden Persentase

Laki-laki 37 52.8 %

Perempuan 33 47.2 %

Jumlah 70 100

2. Latar Belakang Pendidikan

Reponden yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sehingga untuk memudahkan penelitian maka karakteristik responden berdasarkan latar belakang pendidikan digolongkan ke dalam beberapa kategori yakni SMU, SMK, Madrasah Aliyah, Pesantren.

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdsarkan Latar Belakang Pendidikan Latar Pendidikan Jumlah Responden Persentase

SMU 24 34.2 %

SMK 4 5.8 %


(54)

44

Pesantren 20 28.6 %

Jumlah 70 100 %

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang berasal dari SMU mendominasi sebagian besar responden, yaitu 34.2%, dan yang berlatar belakang pendidikan SMK memiliki jumlah sebesar 5.8%, responden yang berasal dari Madrasah Aliyah sebesar 31.4%, dan yang berasal dari Pesantren 28.6%.hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden di dominasi oleh responden yang berlatar belakang SMU.

B. Pernyataan

Sebelum mengetahui respons Mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah dari segi Kognitif, Afektif dan Konatif, terlebih dahulu mengetahui pernyataan yang meliputi intensitas menonton, kualitas film, dan manfaat film.

Tabel 4.3 Hasil Jawaban Responden Terhadap Kuesioner Pernyataan responden

No Pernyataan Jawaban Total

Skor Mean

SS S R TS STS

1 Saya suka menonton Film 47 23 0 0 0 327 4.67

2

Saya pernah menonton

Film Sang Pencerah 30 40 0 0 0 310 4.42

3

Saya setuju film itu harus memiliki cerita yang

berbobot 47 21 2 0 0 325 4.64

4

Setujukah anda film sebagai media komunikasi yang efektif


(55)

45

Jumlah 1283 18.31

Rata-rata Skor pernyataan Responden = 18.31: 4 =4.57

Berdasarkan tabel 4.3 pada item pertanyaan 1 mengenai pertanyaan suka menonton film diperoleh data bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 47, dan yang menjawab setuju 23 responden dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh untuk item pertanyaan nomor 1 ini sebesar 4.67 dengan demikian rentang nilai rata-rata 4.67 masuk kedalam rentang sangat setuju.

Hal ini menunjukan bahwa responden yakni mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 sangat setuju bahwa mereka suka menonton film.Dalam hal ini film menjadi salah satu hiburan yang diminati bagi mahasiswa ataupun anak muda saat ini.

Berdasarkan item pertanyaan nomor 2 mengenai pertanyaan pernahkah menonton film Sang Pencerah, disini diperoleh data bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 30, dan yang menjawab setuju sebanyak 40 responden dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh untuk item pertanyaan nomor 2 ini sebesar 4.42 dengan demikian rentang nilai rata-rata (mean) 4.42 masuk kedalam rentang skala sangat setuju.

Hal ini menunjukan bahwa responden yakni mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 sangat setuju pernah menonton film Sang Pencerah.


(56)

46

Berdasarkan item pertanyaan nomor 3 mengenai setujukah jika film itu harus memiliki cerita yang berbobot, disini diperoleh data bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 47, yang menjawab setuju sebanyak 21 dan yang menjawab ragu sebanyak 2 responden dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh untuk item pertanyaan nomor 3 ini sebesar 4.64 dengan demikian rentang nilai rata-rata (mean) 4.64 masuk kedalam rentang skala sangat setuju.

Hal ini menunjukan bahwa responden yaitu mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 sangat setuju bahwa film haruslah memiliki cerita yang berbobot.Dapat dijelaskan bahwa film tidak hanya sebagai tontonan belaka yang hanya sebatas cerita saja tanpa ada makna dan pelajaran yang terkandung di dalamnya.Akan tetapi film harus memiliki cerita yang berbobot karena film juga sebagai media yang mendidik dan berguna bagi yang menontonnya.

Berdasarkan item pertanyaan nomor 4, mengenai pertanyaan setujukah film sebagai media komunikasi yang efektif, disini diperoleh data bahwa responden yang menjawab sangat setuju 42, yang menjawab setuju 27 dan yang menjawab ragu sebanyak 1 responden dengan rata-rata (mean) 4.58 dengan demikian rentang nilai rata-rata (mean) 4.58 masuk kedalam rentang skala sangat setuju.

Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 sangat setuju, film sebagai media komunikasi yang efektif, karena film merupakan media komunikasiyang efektif dalam menyampaikan


(57)

47

pesan-pesan dan nilai-nilai kepada masyarakat, sehingga film terkadang dapat mengubah prilaku penontonnya untuk mengikuti apa yang telah disaksikannya.

Dengan demikian hasil nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh untuk pertanyaan pada item tabel 4.3 dengan lingkup pertanyaan responden mendapatkan rata-rata skor pernyataan responden sebesar 4.57 dalam hal ini masuk kedalam rentang skala sangat setuju, bahwa mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009 sangat setuju bahwa mereka suka menonton film salah satunya adalah film Sang pencerah, dan merekapun berpendapat bahwa film haruslah memiliki cerita yang berkualitas dan berbobot dan merekapun menyetujui bahwasannya film itu merupakan media komunikasi yang sangat efektif.

C. Analisis Data

1. Respons Kognitif (Pengetahuan)

Respon Kognitif atau pengetahuan, yakni respons yang berkaitan dengan pengetahuan dan informasi seseorang mengenai suatu hal. Respons ini akan timbul apabila adanya stimulus atau rangsangan terhadap apa yang dipahami oleh orang banyak.43

Pada tabel dibawah ini terdapat uraian yang berkaitan dengan pengetahuan responden akan tayangan film Sang Pencerah, hal ini untuk mengetahui nilai responden terhadap pengetahuan yang didapat dalam film Sang pencerah.

43


(58)

48

Tabel 4.4 Hasil jawaban Responden Terhadap Kuesioner Respons Kognitif

No Pernyataan Jawaban Total

skor mean

SS S R TS STS

5.

Saya mengetahui Film Sang

Pencerah 35 35 0 0 0 315 4.5

6.

Film Sang Pencerah benar-benar menceritakan perjuangan K.H Ahmad Dahlan dalam

meluruskan ajaran islam yang menyimpang di lingkungannya tempat beliau tinggal.

38 25 6 1 0 310 4.42

7.

Saya mengetahui adanya penolakan masyarakat

Yogyakarta terhadap syiar yang dibawa oleh K.H Ahmad Dahlan

19 33 13 4 1 275 3.92

8.

Setelah menonton Film Sang Pencerah saya mngetahui sejarah terbentuknya orgnisasi

Muhammadiyah

24 33 6 6 1 283 4.04

9.

Saya mengetahui bahwa masyarakat Yogyakarta masih mempertahankan ajaran nenek moyang pada masa itu yaitu kejawen

31 35 3 1 306 4.37

Jumlah 1489 21.25

Rata-rata Skor Kognitif Responden =21.25 : 5 = 4.25

Berdasarkan Tabel 4.4 pada item pertanyaan nomor mengenai pertanyaan mengetahui film Sang pencerah, diperoleh data bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 35, dan yang menjawab setuju sebanyak 35 responden dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh untuk item pertanyaan


(59)

49

nomor 5 ini sebesar 4.5, dengan demikian rentang nilai rata-rata (mean) 4.5 masuk kedalam rentang skala sangat setuju.

Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam sangat setuju bahwa mahasiswa mengetahui film Sang Pencerah.

Berdasarkan item nomor 6 mengenai pertanyaan film Sang Pencerah benar-benar menceritakan perjuangan K.H Ahmad Dahlan dalam meluruskan ajaran Islam yang menyimpang di lingkungannya tempat beliau tinggal diperoleh data bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 38, yang menjawab setuju sebanyak 25, yang menjawab ragu sebanyak 6 dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 responden dengang nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dari pertanyaan nomor 6 sebesar 4.42, dengan demikian rentang nilai rata-rata (mean) 4.42 masuk kedalam rentang skala sangat setuju.

Hal ini menunjukanbahwasannya mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 sangat setuju bahwa film Sang Pencerah benar-benar menceritakan perjuangan K.H Ahmad Dahlan dalam meluruskan ajaran Islam yang menyimpang di lingkungannya tempat beliau tinggal yang mana ketika itu masyarakat Kauman tempat beliau tinggal masih percaya akan ajaran-ajaran nenek moyang yang berbau mistik dan tahayul yang mendekati kepada kemusyrikan mereka masih meminta kepada selain Allah masih meminta kepada pohon dengan memberikan sesajen dengan harapan doa dan keinginan mereka dikabulkan oleh pohon tersebut karena memang pohon tersebut dikeramatkan oleh masyarakat Kauman. Dengan ilmu pengetahuan agama yang ia miliki ia berusaha mengubah kebiasaan mayarakatKauman dengan mendirikan Surau sebagai tempat


(60)

50

mengaji dan belajar. Dalam hal ini mahasiswa jadi mengetahui setelah menyaksikan film Sang pencerah benar-benar menceritakan perjuangan K.H Ahmad Dahlan.

Berdasarkan item pertanyaan nomor 7 mengenai pertanyaan mengetahui adanya penolakan masyarakat Yogyakarta terhadap syiar yang dibawa oleh K.H Ahmad Dahlan pertama kali, diperoleh data bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 17 responden, yang menjawab setuju sebanyak 33 responden, ragu sebanyak 13 responden, tidak setuju sebanyak 4 responden, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 responden dengan nilai rata-rata (mean) yang diperoleh untuk pertanyaan nomor 7 sebesar 3.92, dengan demikian rentang nilai rata-rata(mean) 3.92 kedalam rentang skala setuju.

Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009 setuju bahwa setelah menonton film Sang Pencerah mahasiswa jadi mengetahui bahwa adanya penolakan masyarakat Yogyakarta terhadap syiar yang dibawa oleh K.H Ahmad Dahlan baik itu mengatakan beliau sebagai kyai kafir dan juga dengan merobohkan Langgar yang di dirikannya.

Berdasarkan item pertanyaan nomor 8 mengenai pertanyaan setelah menonton film Sang Pencerah mengetahui sejarah terbentuknya organisasi Muhammadiyah, diperoleh data bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 24 responden, yang menjawab setuju sebanyak 33 responden, yang menjawab ragu 6 responden, yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 responden, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 responden, dengan nilai


(1)

64 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari analisa penelitian ini, maka respons mahasiswa Jurusan

KomunikasiPenyiaran Islam Angkatan 2009 terhadap film Sang Pencerah, data

disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis data respons kognitif melalui 5 butir

pertanyaan telah diperoleh data bahwa mahasiswa jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Angkatan 2009 sangat setuju dengan skor rata-rata

kognitif responden sebesar 4.25, hal ini manunjukan bahwa film Sang

Pencerah telah mempengaruhi secara efek kognitif atau pengetahuan

mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009.

2. Berdasarkan hasil analisis data respons afektif melalui 6 butir

pertanyaan telah diperoleh data bahwa mahasiswa Jurusan

KomunikaasiPenyiaran Islam Angkatan 2009 sangat setujudengan

rata-rata skor afektif responden sebesar 4.36, hal ini menunjukan bahwa film

Sang Pencerah sangat mempengaruhi secara afektif atau perasaan


(2)

65

3. Berdasarkan hasil analisis data respons behavioral melalui 5 butir pertanyaan telah diperoleh data bahwa mahasiswa Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam Angkatan 2009 setuju dengan rata-rata skor konatif

responden sebesar 3.866,hal ini menunjukkan bahwa film Sang

Pencerah mempengaruhi efek konatif atau tingkah laku mahasiswa Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam Angkatan 2009.

B. Saran

Hasil penelitian dalam skripsi ini, penulis akan mengemukakan

saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk Para Sineas Film

Dalam menciptakan film hendaknya memiliki unsur cerita, latar dan

tema yang baik yang mempunyai unsur pembelajaran sehingga film itu

bisa dijadikan contoh dan panutan bagi yang menontonnya, dan film

yang dihasilkan pun dapat mendidik dan mencerdaskan masyarakat.

2. Untuk Mahasiswa

Mahasiswa hendaknya memilah dan memilih dan juga bisa menilai

film apa sajakah yang bisa memberikan wawasan atau manfaat, tidak

sekedar hiburan saja yang tidak memberikan wawasan kepada kita

seperti banyak film yang hanya menonjolkan sensualitas saja tanpa ada


(3)

66

anak-anak muda sekarang, jadi pintar-pintarlah dalam memilih film

dan ambillah pesan baik yang disampaikan dalam film tersebut.

3. Untuk Masyarakat Umum

Hendaknya menyikapi perbedaan pendapat haruslah dengan jalan

musyawarah untuk mencapai mufakat, jangan main hakim sendiri

sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain.

4. Untuk Orang Tua

Hendaknya untuk para orang tua mengawasi anak-anaknya dalam

memilih tontonan, karena banyaknya film saat ini yang

mengedepankan pornografi dan pornoaksi yang dapat merusak mental

dan iman anak.

5. Untuk Para Pemimpin Stasiun Televisi

Hendaknya memilih dan menyaring kembali film atau tontonan yang

akan ditayangkan di televisi dan hendaknya tidak menayangkan

tontonan yang berbau pornografi dan juga berbau SARA agar tidak

merusak generasi muda sekarang dan juga menghindarkankonflik antar


(4)

67

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu.” Psikologi Belajar” Jakarta: Rieneka Cipta, 1992. Ahmadi, Ahmad. “ Psikologi Sosial“ Jakarta: Bulan Bintang, 1982.

Ardianto, Elvinaro, dkk. Komunikasi Massa. Bandung : SimbiosaRekatama Media, 2007.

Chaplin, J.P. “Kamus Lengkap Psikologi“, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Dedikbud.“Kamus Besar Bahasa Indonesia“ (Jakarta: Balai Pustaka, 1996). Echols.John dan Shadily, Hasan.Kamus Bahasa Inggris-Indonesia.Jakarta:

Gramedia, 2003.

Effendi, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

Firmansyah, Bekal KPI Tuk Meraih Masa Depan. Jakarta: JEDA,2005.

Hornby, Oxford Advance English Dictionary of current English. Jakarta: Gramedia, 2009.


(5)

68

Kusnawan, Aep, dkk. Komunikasi dan Penyiaran Islam; Mengembangkan Tabligh melalui Media Mimbar, Media Cetak, Radio, Televisi, Film, dan Media Digital. Bandung: Benang Merah Press, 2004.

Mambor, Victor C. Satu abad,“Gambar Idoep” di Indonesia,

Mufid, Muhammad.Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Kencana, 2005.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Pranajaya, Adi.Film dan Masyarakat: sebuah pengantar. Jakarta: Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, 1992.

Prasetyo, Bambang dan Janah, Lina Miftahul. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Grafindo Persada, 2005.

Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008.

Sendjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: universitas Terbuka, 2005.

Severin, Werner J. And James W Tankard.Jr, “ Teori Komunikasi”, Jakarta: PT. Kencana 2005.

Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Suardi.Film dan Seni. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995.

Sujanto. “Psikologi Kepribadian“, Jakarta: Aksara Baru, 1991.

Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2009.


(6)

69

Yusuf, Yunan. Pedoman Akademik Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.


Dokumen yang terkait

respon mahasiswa fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syahid jakarta terhadap rubrik tajuk rencana republika

0 3 83

Respons mahasiswa fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008 terhadap film Tnah air Beta

0 4 120

Konsentrasi Jurnalistik Jurusan KOmunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Imu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H/2015 M

0 4 94

Respon mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap program Indonesia mencari bakat di Trans TV

1 9 101

Respon mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam uin syarif hidayatullah jakarta terhadap program dakwah hikayat di indosiar

0 20 0

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Respon mahasiswi fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi terhadap komunitas hijaber di uin Syarif Hidayatullah Jakarta

0 3 112

Efektivitas Republika Online Pada Kanal Hikmah Untuk Meningkatkan Informasi Mengenai Islam Bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta

0 8 101

TANGGAPAN MAHASISWA JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI TERHADAP PENYEBARAN INFORMASI ISLAM RADIKAL DIMEDIA SOSIAL

1 14 122

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB I PENDAHULUAN - Ilmu Dakwah Makalah 'Kompetensi Da'i'

0 0 11